30. Kenjiro vs Lauren

38 5 5
                                    

Untuk mereka: para pejuang kehidupan
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kami tahu, kami tidak layak hidup. Kami tahu kami adalah sekumpulan pendosa yang tidak bisa termaafkan. Kami tahu kami adalah bagian sampah negara, sampah masyarakat, dan bagian dari yang paling terburuk yang pernah ada. Namun,
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
We loser or lover, but you live sucks!!
.
.
.
.
.
.
Kami adalah manusia seperti kalian. Kami memiliki hati nurani, kami juga ingin dikasihi, kami juga ingin diperjuangkan haknya, kami juga ingin....
.
.
.
.
.
.
.
Kehidupan seperti kalian! - LOSEVERS
.
.
.
.
.

30. Kenjiro vs Lauren

Rivanno mengatakan jika penyebab kebakaran sekolah tidak hanya satu. Saat ia ada di tempat itu, ia menemukan beberapa bekas pemicu terjadinya kebakaran di beberapa tempat lokasi sekolahnya. Kemungkinan besar itu sudah disiapkan oleh pelaku jauh hari sebelum rencana kebakaran itu di mulai. Mevia merasa heran mengapa Rivanno begitu tertarik dengan kasus itu.

"Apa karena ini ada hubungannya sama lo?" tanya Mevia pada Rivanno.

"Maksudnya tentang mafia Hybrid's," Mevia mengangguk meski tahu ia tidak dapat melihatnya. "Ya."

"Yah, gue awalnya menyelidiki kebakaran sekolah lo karena ada hubungannya sama gue. Lalu gue disuruh sama seseorang untuk pergi ke tempat itu. Sekedar untuk memastikan." ucap Rivanno terdengar seperti pengakuan.

Aneh. Untuk orang sekelas ketua geng dan pemimpin sekolah paling brutal di kota ini- adakah orang di luar sana yang berani menyuruh dia melakukan sesuatu-selain keluarganya?

"Apa... Mafia yang bernama hybrid itu benar-benar ada sungguhan? Kenapa lo bisa terlibat dengan mereka?" tanya Mevia tanpa bisa mencegah rasa penasarannya.

Ada jeda keraguan di sana. Mevia merasa tidak enak mengatakan ini. "Maaf. Mungkin itu privasi lo yang nggak seharusnya gue tahu,"

"Nggak. Gue akan ngasih tahu. Sebenarnya sulit untuk menjelaskannya. Gue adalah musuh mereka dan mereka jelas benci banget sama gue." ucap Rivanno. Entah mengapa Mevia yakin dia sedang tersenyum miring di sana.

Kali ini Mevia tidak merasa heran. Orang berbahaya dan tidak tertembus seperti dia, pasti memiliki musuh yang setara seperti dirinya.

Apakah ia harus memberi tahu tentang itu sekarang? Bahwa dia dan kedua temannya akan berkunjung ke sekolahnya di hari minggu?

Mevia masih memikirkan tentang hal itu. Ia takut jika Rivanno memarahinya lagi. Tapi kenapa ia cemas akan hal itu. Dia melakukan itu untuk dirinya, bukan? Mengigat bagaimana Rivanno khawatir padanya saat dirinya pergi ke sana sendirian.

Cowok ini jelas menghormati dan menghargai perempuan!

"Mev, lo masih di sana?" tanya Rivanno karena mendapat jeda yang cukup lama.

"Em.. ya."

"Gue udah urusan sekarang. Salah satu anggota gue ngerockin mulu dari tadi." ucap Rivanno terdengar buru-buru.

"Oke, kalau gitu gue tutup teleponnya." Mevia ingin mengakhiri panggilan tapi suara Rivanno menginterupsi.

"Dengerin gue baik-baik." Suaranya terdengar dingin dan tajam. "Jangan pernah dateng ke sekolah gue tiba-tiba kayak kemaren."

"Kalau gitu gue akan ngasih tahu lo dulu-"

"Nggak. Jangan pernah dateng ke sini. Kalau lo ada urusan sama gue, kita bisa ketemu langsung tanpa harus pergi ke sekolah gue. Nggak ada gunanya lo pergi ke sekolah gue. Itu tindakan sia-sia dan lo nggak dapet apa-apa di tempat itu." lanjutnya masih sama. Tajam namun tidak menusuk. Lebih seperti peringatan dan permohonan.

LOS(V)ER: You Live SucksWhere stories live. Discover now