Dirinya bersyukur bahwa Dewa sepertinya mengirim bocah cantik berhati malaikat kepada keluarga dan klannya.

Bahkan bocah ini rela mengorbankan dirinya demi orang yang baru saja dia temui.

Mungkin jika tidak ada bocah cantik itu. Semua orang di dalam klan akan terbunuh ditangan anaknya sendiri "Itachi".

Memikirkan Itachi yang mengotori tangannya sendiri demi kedamaian desa membuat hatinya sebagai seorang ibu terasa menyakitkan.

Bagaimana nasib kedua anaknya yang akan saling membenci dan membunuh satu sama lain.

Dan saat ini Itachi didiagnosa dengan penyakit yang memberatkan dan merasa lega bahwa penyakit itu dapat disembuhkan sedini mungkin.

Perasaannya langsung tumpah di bahu kecil Cale yang terasa hangat dan menenangkan.

Mikoto juga menyadari hal itu untuk pertama kali bocah kecil yang terlihat rapuh dari pandangan pertamanya memiliki mata yang terlihat lelah.

Seperti dia telah mengalami hal-hal yang tidak dapat dijelaskan olehnya.

Terlihat beban tak kasat mata dibalik bahu kecilnya.

Mikoto berharap bisa meringankan beban di pundak bocah merah cantik itu menjadikan dirinya sebagai Wali dari bocah cantik dan anak sahabatnya itu.

Dia memutuskan akan membicarakan ini dengan suaminya nanti.

'Aku akan melindungi kalian berdua.'

Tatapan tegas dan berapi terlihat jelas
di mata Mikoto yang melihat Cale dan Naruto dengan pandangan berbeda.

Semua orang yang melihat pemandangan itu tersenyum hangat.

Sedangkan Cale yang merasakan pandangan Mikoto yang memelototinya terlihat menakutkan.

'Aku ingin pergi dari sini dengan cepat sekarang juga!!'

Naruto hanya memiringkan kepalanya bingung.



***



Seseorang dengan topeng spiral terlihat duduk santai diatas pohon disekitar kawasan Uchiha.

"Sepertinya rencana untuk membunuh klan Uchiha telah gagal."

Sorot mata yang memiliki Sharingan terlihat tajam dibalik topeng spiral yang dikenakan olehnya.

"Untuk saat ini sepertinya rencanaku masih tertunda."

Suara sinis terdengar jelas.

"Tetapi tidak direncana berikutnya."

Perlahan sosok itu seperti tersedot kedalam dimensi lain dan menghilang menyisakan keheningan malam yang tenang.




***



"Jadi kau ingin tempat tinggal baru?"

Cale menganggukkan kepalanya mendengar penuturan dari Hokage ketiga.

"Ya, lagipula apartemen itu tidak akan cukup untuk 4 orang seiring berjalannya waktu."

Hokage memahami kondisi dari keempat anak yang akan tumbuh dewasa jika menempati apartemen kecil Naruto.

"Lalu siapa dua orang bocah ini?"

Hokage ketiga melihat kedua bocah yang masih berdiri berdampingan satu sama lain.

"Namaku Shin dan ini adikku."

Shin yang merasakan tatapan Hokage Ketiga segera memperkenalkan dirinya dan adiknya.

"Aku tidak memiliki nama."

Bocah berambut hitam nampak malu dan sedih bahwa dia masih belum memiliki nama.

Shin yang mengetahui perasaan adiknya segera menggenggam tangannya menenangkan.

"Namanya Sai."

Shin dan bocah hitam itu segera menoleh melihat bocah cantik yang memandangi mereka dengan senyumnya.

Raut bocah hitam itu terlihat sumringah mendengar nama barunya.

'Dia mengingatkanku disaat memberi nama pada Raon.

Tapi aku hanya bisa memberikan nama sesuai jalan ceritanya.'

Sorot mata sedih Cale dengan cepat menghilang.

"Lalu bagaimana kriteria tempat tinggalmu?"

Cale memikirkan rencana masa depan yang akan dia jalani.

"Aku hanya ingin tempat yang damai dari kerumunan dan memiliki pekarangan luas jika ada."

'Aku perlu tempat yang sunyi agar dapat mencapai rencanaku selanjutnya.'

"Baiklah, tapi kau harus memiliki seorang Wali jika menyangkut tempat tinggal yang kau inginkan.

Ehem... Jika kau tidak punya aku..."

Perkataan Hokage ketiga terputus oleh jawaban dua orang yang saat ini masih dikamar rawat inap Cale.

"Aku bersedia jadi Walinya."

"Aku akan menjadi Wali Cale."

Uchiha Fukagu dan Hyuuga Hiashi menjawab disaat yang bersamaan.

Semua orang tercengang mendengar penuturan dari kedua klan yang mengklaim ingin menjadi Wali Cale.

"Kau tak perlu repot-repot Hyuuga-san cukup aku saja yang menjadi Wali Cale."

"Klanku berhutang banyak pada Cale jadi bukankah aku berhak menjadi Walinya?"

Gambar pandangan kedua orang itu seperti terlihat arus listrik dikedua matanya masing-masing.

Hokage ketiga melihat itu mendesah lelah tak pernah terbayangkan dipikirannya kedua klan bertingkah kekanak-kanakan memperebutkan hak Wali dari bocah berambut merah.

'Mengapa mereka berebut menjadi Waliku?'

Cale tidak habis pikir dengan jalan pikiran dari kedua orang itu.

"Kenapa kalian repot-repot dengan sampah sepertiku?"

Tanpa sadar Cale mengeluarkan pendapatnya.

Mata semua orang langsung tertuju pada bocah berambut merah.

Cale berkeringat dingin melihat semua orang melihatnya dengan tatapan ganas.

'Apa aku salah bicara?!'

Kehidupan Ketiga Cale HenituseWhere stories live. Discover now