"Ya, tentu."

"Lalu bagaimana keluargaku saat ini?"

"Mereka saat ini menjalani kehidupan dengan nyaman. Mereka juga menyampaikan salam padaku bahwa mereka juga merindukanmu."

"Benarkah?"

Alis Cale terangkat tak percaya.

"Benar, mereka sangat baik (dengan penuh ancaman tentunya)."

"Baiklah, saat ini kau lolos dari kemarahanku jika kau melakukan hal aneh lagi aku akan menghajarmu!"

"Tolong percaya padaku.

Dan sepertinya kau harus kembali ketempatmu saat ini."

Dewa Kematian menjentikkan jarinya dan Cale menghilang dari hadapannya.

"Tunggu! Sepertinya aku juga melupakan sesuatu...

Sudahlah, mungkin itu tidak terlalu penting."

Dewa Kematian mengedikkan bahu tidak peduli.

Dewa Kematian akan menyesali ketidak peduliannya dan Cale akan menghajarnya tapi itu untuk di masa depan.



***




Semua petugas medis tampak sibuk merawat para korban yang ditimbulkan oleh Danzo.

Didalam salah satu ruangan berkumpul keluarga Uchiha dan Naruto yang menggenggam tangan Cale yang masih tidak sadarkan diri.

"Nii-chan kumohon sadarlah."

Airmata Naruto masih mengalir di kedua pipinya.

Tak jauh berbeda dengan Sasuke saat ini yang juga terlihat menangis melihat kondisi kakak cantiknya.

Mikoto mencoba menenangkan kedua bocah itu.

Meski raut wajah khawatirnya tak bisa tertutupi.

Itachi keluar saat ini untuk memberi tahu ayahnya dan Shisui serta kedua bocah yang berada diapartemen Naruto saat ini.

Beberapa derap kaki terdengar mendekati ruangan mereka.

Pintu terbuka memperlihatkan Fugaku, Hyuuga Hiashi, dan Hokage ketiga.

Mereka mendengar kabar dari Itachi, mengakhiri rapat lebih cepat dan menemukan kedua bocah yang masih menangis disamping bocah yang tak sadarkan diri bersama Mikoto yang menemani kedua bocah itu.

"Bagaimana kondisinya saat ini?" Ucap Fugaku pada Mikoto.

"Petugas medis mengatakan tak menemukan masalah apapun tapi sampai saat ini dia masih belum sadar."

Mikoto menghampiri ketiga orang itu.

Dirinya tak mempungkiri kekhawatiran yang dimilikinya saat ini.

Disaat semua orang masih berbicara Naruto dan Sasuke yang melihat pergerakan kecil bocah cantik berambut merah perlahan membuka kedua matanya.

Memperlihatkan iris coklat kemerahan yang terlihat berkilau dibawah cahaya.

"NII-CHAN!!"

"CALE NII-SAN!!"

Teriak Naruto dan Sasuke bersama.

Semua orang mengarahkan pandangan kepada dua bocah yang berteriak dan segera menghampirinya.

Hal pertama yang mereka dengar hanya kekhawatiran dari bocah berambut merah.

"Kalian tidak ada yang terluka?"

Pada saat yang sama Itachi, Shisui, dan kedua bocah itu mendengar sesuatu yang seharusnya tidak pernah diucapkan seseorang yang baru saja sadar dari pingsannya.



***



Cale baru saja membuka matanya dan mendengar teriakan kedua bocah.

Dia melihat mata kedua bocah yang terlihat merah dan sembab.

Dia juga mendengar langkah kaki yang menghampirinya dan pintu ruangan yang terbuka.

'Kenapa semua orang terlihat muram?'

'Apa ada yang salah?'

"Kalian tidak ada yang terluka?"

Semua orang memandangnya dengan perasaan rumit.

'Kenapa tatapan mereka begitu menakutkan?'

Cale tanpa sadar gemetar ketakutan melihat tatapan semua orang.

Naruto yang berada didekatnya segera melepas jaket dan menyampirkan ditubuh Cale.

Pandangan Cale tertuju pada Naruto yang memberikan jaket padanya.

"Apa masih dingin Nii-chan?"

Cale merasa seperti mengambil permen dari anak kecil.

Dia mencoba mengembalikan kembali kepada Naruto.

Tetapi bocah berambut kuning itu menggelengkan kepalanya dengan keras menolak jaket pemberiannya akan dikembalikan.

"Nii-chan terluka jadi jaket itu hanya sebagian kecil untuk mengatasi hawa dingin padamu."

Cale panik melihat airmata Naruto terlihat akan keluar lagi dan memutuskan menerima pemberian jaket Naruto.

"Baiklah, terima kasih."

Cale menepuk kepala kedua bocah itu dengan lembut.

Segera mengarahkan pandangan kesemua orang terutama pada Itachi dan bocah berambut abu-abu itu.

"Dan kalian lebih baik memeriksakan diri untuk saat ini.

Aku tidak ingin sesuatu terjadi pada kalian."

'Lagipula itu akan merepotkan jika tidak ditangani lebih awal.'

Semua orang tidak dapat memahami isi kepala bocah berambut merah.

Bukankah seharusnya semua perkataan itu harusnya ditujukan padanya sendiri?




Kehidupan Ketiga Cale HenituseWhere stories live. Discover now