37. Ibu 2

585 33 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Assalamualaikum halo semuanya!!!

Apa kabar?

Tandai kalau ada yg typo yaaa!

Happy Reading ❤️

“Luv, nanti Umi sama Bunda mau datang ke sini temenin kamu.” Kata Ashar dikala kami sedang menikmati sarapan

“Mereka tau?” Tanyaku pada Ashar.

Ashar tersenyum menatapku. “Iya.” Balasnya yang membuatku menganggukkan kepalaku mengerti.

Setelah itu, Ashar kemudian pamit ke kampus setelah aku selesai cuci piring. Sesuai kesepakatanku bersama Ashar, hari ini aku tidak di izinkan olehnya untuk mengajar dulu karena masalah ibu kemarin.

“Ah iya!” Aku tiba-tiba saja terpikir sesuatu. Segera aku mengambil ponselku dan mengecek nomor ibuku.

“Di blokir.” Gumamku melihat kontak Ibuku tidak lagi memiliki foto profil dan bio seperti biasanya.

Jujur, aku sangat amat sedih dengan perkataan ibu kemarin. Benar-benar tidak menyangka beliau yang jelas-jelas adalah ibu kandungku akan berkata demikian. Mungkin memang sudah takdirku memiliki ibu kandung seperti ibuku.

“Assalamualaikum Isya!”

“Waalaikumsalam!” jawabku langsung sebab sudah sangat familiar dengan suara salam tersebut. Pasti beliau bundaku, dan mungkin datang bersama Umiku.

“Ya Allah, nak! Insya Allah, Isya pasti bakal cepat hamil, kok!” baru saja aku membuka pintu, bundaku sudah memelukku dengan erat seraya mengucapkan kalimat tersebut. Air mataku sontak menetes, apalagi Umi juga ikut ke dalam pelukan kami.

Pelukan kami cukup lama sampai akhirnya terlepas, aku lantas mengajak bunda dan Umiku untuk masuk ke rumahku.

“Bunda kecewa sama ibu kamu, Sya! Maaf banget, bunda beneran kecewa untuk kali ini!” papar bundaku setelah menegak teh yang kubuat.

Aku mengerucutkan bibirku, bundaku yang jelas-jelas sangat mendukungku berbaikan dengan ibuku pun dibuat kecewa dengan ibuku.

“Umi sama bunda Cuma bisa doakan yang terbaik untuk kalian.” Umi ikut nimbrung yang membuatku memeluk beliau lagi.

“Tapi Mbak kecewa juga kan sama ibunya Isya? Demi Allah mbak, Isya ini anak kandung beliau loh, beliau yang lahirin, bisa-bisanya begitu!” Bunda kembali menyahut, dari nadanya terdengar sedikit emosi meski suara beliau sangat lembut, jika orang yang tidak mengenal bunda, pasti tidak akan mengira bahwa nada tersebut adalah nada yang sedikit emosi.

“Udah loh, dek. Ini kita di minta Ashar ke sini buat nenangin Isya, bukan malah begini.” Umiku kembali berucap.

“Iya, sih! Tapi ya Allah, Mbak, anakku di gituin sama ibu kandungnya, ya Allah, kecewa plus kesel aku!” timpal bundaku yang membuatku mengusap-usap punggung beliau guna menenangkan.

“Tapi enggak apa-apa, Sya! Ibu kamu doakan kamu ikut ayah kamu kan? Tenang, Sya! Ayah kamu bukan mandul, buktinya, bunda hamil kembar, kok! Jangan sedih, Sya! Kita doa kencang-kencang!” ungkap bundaku selanjutnya yang membuatku tertawa kecil.

“Nah, ketawa anakku!” lanjut bunda seraya mengusap-usap puncak kepalaku.

“Bundaaa!” rengekku dengan manja yang kini justru membuat bunda dan Umi tertawa.

“Eh, iya, shopping aja yuk!” tiba-tiba saja Umi mengusulkan agar kami pergi shopping.

“Tiba-tiba banget, mbak?” tanya bundaku.

Ashar (End)Where stories live. Discover now