33. Ngambek

659 38 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim....

Assalamualaikum halo semuanya!

Apa kabar?

Yaww, akuu update lagiww🤍🫰🏻

Tandai kalau ada yang typo, ya!

Happy Reading ❤️

“Moonluv, aku izin main sama Sunday habis ngajar nanti, boleh?” Tanyaku pada Ashar kala kami sedang menikmati sarapan pagi buatan suamiku.

Ashar menatap ke arahku kemudian menjawab. “Iya boleh, tapi pulangnya jangan sore-sore banget, ya?” Ungkap Ashar yang dengan cepat kuangguki.

“Hari ini kamu enggak ada jadwal kuliahkah?” Aku kembali bertanya pada Ashar yang memang masih menggunakan pakaian rumahan.

“Enggak ada, nanti Cuma mau cek pekerjaan aja. Terus nanti niatnya kalau kamu pulangnya sebelum Ashar, kita mulai hitung biaya kos-kosan yang kita diskusikan semalam.” Papar Ashar yang membuatku menganggukkan kepala sebagai tanda mengerti.

“Okey, deh. Kalau gitu, aku cuci piring dulu sebentar baru minta tolong anterin ke sekolah.” Terangku.

“Iya, luv.” Balas Ashar.

**

Seperti kataku yang meminta izin pada Ashar kemarin, kini aku sedang bersama dengan best friend-ku, si Sunday.

“Kita ke mana Bu guru?” tanya Sunday padaku. Alasannya memanggilku Bu guru sebenarnya simpel-simpel saja; aku sedang memakai seragam guru.

“Seblak?” jawabku memberikan saran pada Sunday.

“Boleh, ayo!” Kemudian Sunday pun mulai menjalankan motornya menuju tempat seblak andalan kami.

Sesampainya di sana, kami langsung saja memesan dua porsi seblak seperti biasa. Setelahnya barulah aku dan Sunday duduk di bangku pojok.

“Gimana, Sya? Nikah seru?” pertanyaan pertama dari Sunday sebagai pembuka pembicaraan kami.

“Seruuu poll! Apalagi nikah sama crush, hehehe.” Kataku sembari menyengir kuda.

“Ye ni bocah!” Sunday dan aku sontak tertawa karena hal itu.

“Oh iya, Sun. Gue pulangnya sebelum Dzuhur enggak apa-apa, kan? Soalnya gue sama Ashar ada yang mau di bahas.” Ucapku pada Sunday.

Sunday menganggukkan kepalanya. “Iya, enggak apa-apa, dong. Paham gue mah. Gue juga enggak bisa lama-lama, sih. Banyak tugas.” Balas Sunday. “Oh iya, Sya. Lo masih manggil Ashar tanpa embel-embel gitu? Biasanya kan kalau udah nikah manggil abang kek, mas kek, kakak kek atau apa gitu.” Lanjut Sunday, sahabatku itu terlihat penasaran sekali dengan jawabanku.

“Kalau untuk opsi yang O kasih tadi, gue belum milih, belum diskusi juga sama Ashar sih. Gue juga baru nyadar, kalau manggil Ashar doang kesannya enggak sopan di orang-orang. Cuma, kalau gue sama Ashar, udah punya panggilan tertentu kok.” Balasku yang kuyakini akan membuat Sunday semakin penasaran.

“Panggilan apa, tuch?!” Kan, sesuai prediksiku, Sunday begitu penasaran dengan panggilan tertentu yang kuucapkan tadi.

“Ada, deh, rahasia. Only me and my husband, untuk sekarang.” Kataku dengan tertawa kecil, untuk sekarang, aku memang tidak ingin menyebarluaskan panggilan kesayangan antara aku dan Ashar.

Sunday tampak mengerucutkan bibirnya. Meski gadis itu begitu penasaran, ia tidak lagi bertanya sebab adanya kata rahasia yang kuucapkan.

“Oh iya, sekarang lo gimana sama si itu?” Tanyaku pada Sunday yang bertepatan dengan datangnya pesanan kami.

Ashar (End)Where stories live. Discover now