29. Es Krim

807 39 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Assalamualaikum halo semuanya!!

Apa kabar?

Hari ini aku kembali update!! 🥨🧸🤎🦪🥟🍯🫰🏻🫶🏼🤍

Happy Reading

Sekitar pukul setengah sembilan pagi, aku dan Ashar sudah bergegas menuju toko serba ada untuk membeli beberapa kebutuhan kami yang memang sebelum ke sini sudah kami catat—demi menghindari kalap beli ini itu yang sebenarnya tidak perlu.

Aku dan Ashar mulai berjalan menuju stan sabun-sabun dan sejenisnya, mengambil yang sudah kami catat. Lantas setelahnya berjalan menuju beberapa stan lagi.

Aku pribadi, sebab dulunya sering ikut berbelanja kebutuhan warung bersama bunda jadi tau banyak tentang harga barang-barang di sini yang jauh lebih murah daripada di supermarket makanya lebih memilih untuk membeli di sini.

“Loh, kan itu enggak ada di catatan, Moonluv, kok di ambil?” tanyaku heran, karena tadi kami sudah sepakat untuk tidak mengambil selain dari yang kamu catat.

“Aku suka permen karet, Luv, jadi ambil satu bungkus, di sini juga harganya lebih murah daripada di supermarket, jadi boleh, ya?” Ashar memasang muka memelasnya, memohon agar aku menuruti keinginannya untuk membeli permen karet.

Akhirnya, karena aku memang lemah dengan yang imut-imut mau tidak mau, aku menuruti keinginannya. Enggak apa-apalah, belanja pertama kalinya kami ambil selain daripada yang kami catat. Toh, uang dia juga, hehehe.

“Aku mau ambil es krim dan coklat juga kalau gitu, boleh?” aku juga ikut minta izin untuk membeli selain daripada yang kami catat.

“Boleh, kali ini kita belanja yang enak-enak dulu, bebas dari catatan, mumpung masih pengantin baru.” Ucap Ashar seraya mengusap puncak kepalaku selanjutnya ia kembali mendorong troli belanja kami yang sudah cukup penuh.

**

Setelah dari pusat perbelanjaan, aku dan Ashar kini sudah di dalam mobil menuju rumah.

“Moonluv, mau enggak?” aku menawarkan es krim yang sedang kumakan pada Ashar.

Suamiku tersebut menganggukkan kepalanya. “Suapin, luv. Aku lagi nyetir.” Ujarnya yang membuatku tersenyum.

Lantas, aku pun segera menyuapi bayi gedeku es krim. “Moonluv, aku bingung deh.” Paparku yang dibalas kerutan kening oleh Ashar, ia juga menoleh sekilas ke arahku.

“Bingung kenapa? Tiba-tiba banget pas habis nyuapin aku.” Katanya.

Aku menatap es krimku sejenak lalu menatap lagi ke arahnya. “Aku bingung. Sebenarnya, yang manis itu, es krim atau kamu sih?” ucapku pelan yang hampir saja membuat Ashar merem mendadak, untungnya ia masih bisa mengendalikan diri, meskipun telinganya sudah sangat memerah.

“Ya Allah, Luv!” ungkapnya kesal-kesal gemas yang membuatku tertawa terbahak-bahak.

Ashar lantas menatap ke arahku seraya bertanya. “Istriku ini, siapa, sih, yang ngajarin gombal, hm?” tanya suamiku dengan sebelah tangannya mengusap-usap kepalaku.

Aku tersenyum malu-malu. “Enggak tau, tiba-tiba aja muncul pikiran gitunya.” Balasku yang membuat Ashar kembali menggelengkan kepalanya.

“Oh iya, pesanan kita datangnya kapan, ya, Moonluv?” timpalku lagi saat kami sudah memasuki kawasan rumah kami.

“Jam-jam sebelas kayaknya, soalnya kan kita pesannya jam makan siang, biasanya di rumah makan aku begitu.” Jawab suamiku yang membuatku menganggukkan kepalaku mengerti.

Ashar (End)Onde histórias criam vida. Descubra agora