03. Gebrakan

1.1K 67 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Haloo!

Apa kabar?

Gimana hari ini

Fyi, insya Allah cerita ini bakal up tiap hari sekitar pukul 19.30 WIB, yaaa!

Happy Reading ❤️

"Kata bunda, Kakak suka sama Ashar?"

Aku menoleh ke ayahku dengan mata yang membulat sempurna, kaget dengan pertanyaan itu.

Sekarang ... aku harus jawab apa?!

Aku batuk-batuk kecil sampai Raja menoleh bingung padaku. "Cuma ... kagum aja, kok, Yah." Jawabku.

Ayahku terlihat menganggukkan kepalanya.

"Enggak apa-apa, kan?" Tanyaku dengan suara pelan.

"Asal jaga diri aja, jangan sampai terjerumus dalam zina." Kata Ayah menasehatiku.

"Iya," balasku sambil mengulum bibir. Ayah dan bundaku, fix restuin aku, nih?

***

Jam sudah menunjukkan pukul 15.03, yang berarti sebentar lagi akan memasuki waktu Ashar, terdengar dari speaker masjid yang sudah mulai melantunkan ayat suci Alquran.

Aku kini tengah berada di warung kelontong bersama bunda dan Ratu. Raja sedang bersama ayah di dalam rumah.

Di dalam warung ini, kami sedang makan cemilan yang tadi dibelikan oleh Ayahku.

"Assalamualaikum, beli!"

"Waalaikumsalam." Aku lantas berdiri saat salah seorang pembeli datang. Aku segera mengambilkan pesanannya. Semuanya tidak jauh-jauh dari kebutuhan rumah tangga, sih. Wong yang kita jual cuma itu.

Setelah melayani pembeli tadi, aku berniat duduk kembali di dekat bunda. Namun mataku yang minus ini malah salfok pada Ashar.

"Ya Allah, Masya Allah, ganteng banget!" Pekikku dalam hati saat Ashar baru saja keluar dari gerbang rumahnya dengan baju koko dan sarung. Walah, jantungku sekarang lagi disko gara-gara itu.

Niat hati, aku tidak ingin menyapanya, tapi bundaku tercinta justru dengan gampangnya menyahut sehingga membuat Ashar menoleh pada kami, mana doi senyum tipis lagi!

"Ya Allah, yang kayak gini maksudku!" Teriakku dalam hati. Aku rasa, saat ini mataku tidak berkedip menatap Ashar.

"Iya, bunda." Ashar menjawab sapaan bunda kemudian pamit.

"Istighfar nak, natap kok enggak kedip gitu. Ini mah bukan mencintai dalam diam dan doa, tapi secara ugal-ugalan!" Papar bunda padaku.

Aku menyengir sebagai balasan. Bundaku tidak tau saja bagaimana aku berdoa setiap harinya tentang Ashar. Kalau tau, mungkin beliau akan tertawa lebih dari sekarang.

Aku ikut tertawa bersama bunda saat sudah duduk di sampingnya. Ashar mau ke masjid itu benar-benar bikin aku jatuh cinta untuk ke sekian kalinya. Bodo amat apa kata orang. Yang jelas, tipe suami idamanku, 100% ada pada Ashar!

"Kalian ketawain apa? Sampai Ratu bingung gitu liat kalian." Aku dan Bunda lantas menghentikan tawa kami saat ayah datang.

Bunda menyengir, saat kulihat beliau ingin menjelaskan, aku menggenggam tangannya. Bermaksud agar bunda tidak menceritakannya.

Namun mau bagaimana lagi, bundaku ini anti banget rahasia-rahasiaan sama Ayahku. Udah deh, beliau ngasih tau alasan kami tertawa yang membuat Ayahku berkata. "Kakak lain kali pandangannya di jaga."

Ashar (End)Where stories live. Discover now