18. Akad

1K 52 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim....

Assalamualaikum Semuanya!

TOLONG MAAFKAN SAYA YG BARU UP LAGI😭😭😭😭

Nasib author yang masih sekolah, ya gini😔✌🏻

Btw, tandai kalau ada yg typo yaaa 🌷

Happy Reading ❤️

"Bunda, aku pake baju ini aja, atau pake baju yang ini?" Tanyaku pada bunda sembari memperlihatkan dua gamis yang sedang ku pertimbangkan ingin memakai yang mana.

"Yang ini aja, kak, cakep." Kata bundaku sembari memilih gamis yang memang sangat cantik.

"Oke deh, terima kasih bunda!" Ujarku kemudian kembali masuk ke dalam kamar untuk memakai gamis yang menjadi pilihan bundaku

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Oke deh, terima kasih bunda!" Ujarku kemudian kembali masuk ke dalam kamar untuk memakai gamis yang menjadi pilihan bundaku.

Aku memadukan gamis tersebut dengan warna yang senada. Tidak lupa pula, aku memoles wajahku dengan sedikit make up.

"Cantik banget! Pasti Kak Ashar bakalan pangling."

Mataku sedikit melotot kala bisikan setan tersebut mulai muncul dalam hatiku. Segera aku menghapus kembali make up ku. Takut jika setan kembali menggodaku hanya karena aku berpenampilan berbeda dari biasanya.

"Astaghfirullah, jauhkanlah hamba dari godaan setan, ya Allah, aamiin...." Gumamku berdoa.

Setelahnya, aku berjalan keluar kamar setelah siap. Menghampiri bundaku yang sudah menunggu di sofa ruang tamu. Kami akan segera menunju ke rumah Kak Ima, alias Ashar, sebab hari ini adalah hari akadnya Kak Ima.

"Loh, bunda kirain kamu make up dulu kak makanya lama." Ungkap bundaku seraya menatap heran padaku.

Aku tersenyum kemudian menjelaskan pada bundaku tentang sisi nakal salam diriku yang tadi berharap di notice Ashar hanya karena menggunakan makeup dan tampil berbeda dari biasanya. Makanya, untuk menggagalkan niat jelekku itu, aku menghapus make up ku.

"Ya Allah, anak bunda." Bundaku menutup mulutnya yang terbuka setelah mendengar penjelasanku. Beliau kulihat terbaru, aku senang dengan hal itu.

"Semoga Istiqomah selalu, ya, kak. Jatuh cinta memang sulit kak." Bunda mengusap puncak kepalaku lalu mengelusnya pelan. Aku tersenyum lebar karena hal itu.

Usai percakapan singkat kami, aku dan bunda segera bergegas menuju rumah depan untuk melihat acara akad nikah Kak Ima.

Karena memang istilah kerennya 'lima langkah dari rumah', aku dan bundaku sampai di rumah Kak Ima tidak cukup satu menit.

Kami kemudian duduk bersebelahan di kursi tamu yang tersedia. Di depan sana, sudah ada calon suami Kak Ima yang mungkin sedang menghafalkan ijab kabul sembari menunggu penghulu datang.

Ashar (End)Onde histórias criam vida. Descubra agora