30. Maaf

769 43 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Assalamualaikum halo semuanya!!

Apa kabar?

Gimana, nihh, kalian tim yg udh terima rapor atau masih besok?🥹

Happy Reading ❤️

“Isya!” baru saja aku dan Ashar ingin menutup pagar rumah kami, panggilan yang sangat familiar di telingaku itu terdengar, membuat aku dan Ashar sontak menghentikan kegiatan menutup pagar dengan ekspresi terkejut dan bingung.

“Ibu?” gumamku menatap wanita yang telah melahirkanku, kini berdiri di hadapanku, setelah sekian lama kami tidak berjumpa.

“Isya, ibu boleh masuk, enggak?” Kata ibuku yang berhasil membawaku kembali sadar setelah cukup lama diam.

Aku tersenyum dengan sedikit terpaksa, lalu kemudian mengizinkan ibuku masuk. Aku, Ashar dan ibuku kini duduk di sofa ruang tamu bersama-sama, entah apa maksud kedatangan tiba-tiba ibuku ke sini.

Satu lagi, di mana beliau mendapatkan alamatku?

“Isya,” panggil ibuku yang lantas membuatku menatap ke arahnya. “Ibu minta maaf, benar-benar minta maaf enggak sempet hadir di pernikahan kamu.” Ucap beliau yang hanya ku balas dengan senyum getir.

“Ini suami kamu, ya?” tanya ibuku seraya menatap ke arah Ashar.

Aku tersenyum kemudian menganggukkan kepalaku. “Iya.” Balasku.

“Siapa namanya, nak? Maaf ya enggak sempet datang ke pernikahan kalian.” Ujar ibuku pada Ashar.

Kulihat, Ashar tersenyum sopan lalu menjawab. “Nama saya Ashar, Bu. Iya enggak apa-apa.” Ungkap suamiku.

Setelah itu, dapat kulihat ibuku mulai menarik nafasnya sejenak. Entah apa lagi yang akan beliau katakan.

“Jujur, Sya. Ibu benar-benar merasa bersalah sama kamu selama ini. Mau, ya, maafin ibu?” kata ibuku seraya menatap padaku dengan mata berkaca-kaca.

Aku yang melihat itu lantas menundukkan pandanganku sejenak. Menahan sesak di dada. Sungguh, aku sangat menyayangi ibuku, tetapi di sisi lain juga begitu kecewa terhadap beliau atas semua yang terjadi.

Tidak ada pilihan lain, aku mengangkat kepalaku lagi lalu tersenyum dan menganggukkan kepalaku. “Isya udah maafin ibu kok.” Balasku berusaha ikhlas.

Ibuku terlihat tersenyum manis mendapatkan jawaban dariku. Membuat hatiku juga tampak lega, sekaligus sedikit berharap, dengan ini, hubunganku dengan ibuku jauh lebih baik lagi setelahnya.

“Oh iya, ibu mau minum apa?” Ashar membuka percakapan setelah aku dan ibuku saling bermaaf-maafan dan terdiam cukup lama.

“Apa aja, nak.” Timpal ibuku yang lantas di angguki oleh Ashar, setelahnya suamiku itu lantas menuju dapur membuat minuman, meninggalkanku berdua dengan ibuku.

“Ibu ke sini sendirian aja?” tanyaku memecahkan keheningan.

“Iya, suami ibu lagi sama adek-adek kamu di rumah.” Kata ibuku yang lantas kutanggapi dengan senyum terpaksa.

Ya Allah, aku salah enggak, sih, kalau tidak begitu senang dengan adikku dari pihak ibuku? Padahal, aku begitu menyayangi adik dari pihak ayahku?

“Oh iya, Sya. Ibu lihat tadi kamu bawa banyak barang, itu apa?” tanya beliau yang rasanya tidak memiliki rasa canggung seperti diriku.

“Oh itu makanan, Bu. Tadi Isya sama Ashar habis bagi-bagiin makanan sama tetangga, kebetulan kami pesannya kebanyakan, jadinya kelebihan deh.” Ungkapku.

Ashar (End)Where stories live. Discover now