EXTRA CHAPTER - BONANZA

32.9K 1.4K 34
                                    

******

"Aduh, harusnya kami yang makasih banyak sama kalian. Kalo nggak ada kalian, mungkin kami nggak bakal nyampe sini. Apalagi tadi ujan deres banget di jalan. Sekali lagi makasih banyak, Mba." Serin mengusap punggung tangan Citra.

"Ah, santai aja, Mba. Justru saya senang bisa bertemu kalian tadi. Kalo nggak, mana bisa saya tahu kita satu tujuan apalagi fakta kalo kalian adalah orang tua Nanza."

Citra langsung melirik Nanza dan juga Kalingga bergantian. Begitupun yang lainnya. Tama dan juga Rendi yang berbeda topik ikut menatap anak mereka yang sedari tadi diam.

"Ya ampun, Ga. Kenapa nggak dari dulu aja si kamu ngasih tau alamat apartemen kamu. Mungkin kami bisa kenal lebih cepet. Ya nggak, Mba?"

Serin terkekeh, "Iya. Nanza juga belum pernah cerita kalo dia punya temen satu sekolah sebelumnya. Eh ternyata nak Lingga."

"Iya lho, aku nggak nyangka juga kalo Mba udah kenal anak aku. Tenang aja, dia pasti bisa jagain Nanza, kok kalo di sini." Citra meyakinkan.

Serin mengangguk, "Iya. Saya percaya. Apalagi kan Lingga udah pernah ke rumah sebelumnya."

Nanza yang masih menatap kedua jemarinya yang tertaut itu menelan susah saliva. Emang boleh sebentrok ini? Rasanya kok aneh saat kedua orang tuanya bertemu langsung dengan orang tua Kalingga. Dan ... Lihatlah, laki-laki di sampingnya terlihat biasa saja.

"Khem, BTW kalian tadi lagi apa tuh?" kini suara Tama yang terdengar.

Detik itu juga Nanza menegakkan punggungnya. Bagaimana ini? Apa yang harus gadis itu katakan?

"Tunggu, Mas. BTW itu apa, ya?" tanya Rendi bingung. Pasalnya, baru kali ini pria itu mendengar Bapa-Bapa menyebutkan kalimat yang di singkat.

Citra dan juga Serin tertawa, "BTW itu singkatan dari By The Way, Pah. Ya ampun gitu aja nggak tau. Gimana, si?" ujar Citra kembali tertawa.

"Owalah, iya. Maaf-maaf. Baru kali ini saya mendengar kalimat itu di singkat." Rendi ikut menertawakan dirinya sendiri.

"Makanya jangan terlalu formal jadi orang. Gini kan jadinya." Citra mencibir.

"Iya-iya. Kembali ke laptop. Jadi, kalian tadi ngapain hayoh... Sampe terkejut gitu. Hm hm?" Rendi menunjuk Kalingga dan juga Nanza bergantian dengan telunjuknya.

Nanza melirik Kalingga yang masih diam, "Ah, tadi tuh Nanza nggak sengaja kelilipan, Om. Untung Kak Lingga bantu Nanza."

Kalingga berdecak, laki-laki itu sungguh muak. Kenapa juga ada gangguan seperti ini, padahalkan harusnya sekarang laki-laki itu tengah menghabiskan waktu bersama Nanza. Sial, sial.

Merasa paha Nanza menyenggolnya, Kalingga langsung mendekatkan mulutnya pada telinga gadis itu, "Kenapa nggak bilang aja si, kalo mereka ganggu waktu kita." bisik laki-laki membuat Nanza melotot.

Citra yang melihat anaknya itu tersenyum geli, "Bilang aja kali, Ga. Kenapa harus bisik-bisikan, si."

"Ka-"

"Kak Lingga mau keluar, Tan. Dia nggak enak sama Mamah Papah katanya kalo bilang langsung." Ujar Nanza berhasil menyekat laki-laki itu.

"Ah, ya ampun, Ga. Nggak pa-pa dong. Kalo mau keluar mah keluar aja. Ayo, Za. Anter Lingga ke luar. Mamah masih mau ngobrol sama Mba Citra."

Nanza mengangguk, gadis itu segera bangkit seraya menarik tangan Kalingga membawanya keluar dari Apartemen.

Kalingga menatap punggung Nanza yang tengah menutup pintu dari luar.

BONANZA •  [TERBIT]✓Where stories live. Discover now