BONANZA - 036

40.9K 1.7K 15
                                    

036'

******

Sampai di parkiran apartemen, Kalingga membuka helmnya. Lalu laki-laki itu menatap Nanza yang tengah membuka helmnya sendiri. Tangan laki-laki itu terangkat untuk membantu Nanza.

“Makasih buat malam ini, Kak. Gue mau ke apart Nenek aja.” ucap Nanza langsung turun dari motor Kalingga. Saat gadis itu ingin memutar tubuhnya, Kalingga menarik pinggang Nanza. Alhasil, gadis itu menubruk dada bidang Kalingga.

Kalingga menunduk menatap mata tajam Nanza, “Segampang itu?” tanya Kalingga memiringkan wajahnya mengamati gadis itu.

Nanza tersenyum, “Terus apa lagi? Lo ikhlas kan, Kak. Bantu gue? Meski lo malah bawa gue ke sini. Tapi nggak masalah, besok gue absen dulu. Oke, kalo gitu gue balik, ya?” perlahan gadis itu mendorong Kalingga yang masih terdiam.

Berhasil lepas dari Kalingga, Nanza menatap heran ke arah laki-laki itu. Kalingga tidak menyahutinya? Apa laki-laki itu sungguh membiarkan Nanza pergi?

Hati Nanza mencelos saat Kalingga  malah beranjak lebih dulu meninggalkan gadis itu. Tolonglah, apakah sifat asli laki-laki itu kembali kambuh? Kalingga marah padanya?

Tidak mau bertengkar dengan laki-laki itu, Nanza berlari menyusul Kalingga, “Kak!” teriak gadis itu mempercepat tempo larinya saat Kalingga sudah memasuki lift.

Berhasil masuk ke dalam lift, Nanza mengatur napasnya. Sialan, perut gadis itu kembali sakit. Namun sebisa mungkin gadis itu menahannya.

“Lantai lima?” tanya Kalingga membuat Nanza mendongak. Tangan gadis itu menarik tangan Kalingga yang belum sempat memencet tombol lift.

Nanza menarik jaket bagian dada Kalingga agar laki-laki itu menunduk. Kini Nanza dapat menatap wajah Kalingga sangat pas, “Gue yang PMS, lo yang marah-marah.” ucap gadis itu.

Kalingga mengangkat sebelah alisnya, “Siapa yang marah-marah? Gue nggak tuh, lo takut gue marah, ya?” ucap laki-laki itu langsung menjilat bibir bawahnya sendiri.

Nanza mengerjapkan matanya, sialan. Dugaan gadis itu salah. Apakah ini taktik baru laki-laki itu? “Owh, gue kira lo marah.” ucap Nanza langsung berbalik dan memencet tombol lantai lima.

Kalingga tersenyum miring menatap kepala Nanza. Laki-laki itu dengan sengaja meniup-niup rambut bagian belakang Nanza.

Saat lift sampai di lantai lima, Kalingga tiba-tiba saja memencet tombol agar lift kembali tertutup. Nanza menatap kesal laki-laki itu.

“Kak, kenapa juga di tutup lagi?” gadis itu membuang kasar napasnya.

“Lo pikir segampang itu,” Kalingga langsung menggendong Nanza layaknya membawa karung beras saat lift terbuka di lantai enam.

Nanza yang kaget pun refleks mencengkeram jaket bagian punggung Kalingga, “Kak! Turunin gue! Gue mau pulang!”

Pukulan, cubitan, itu tidak akan bisa menggoyahkan Kalingga. Laki-laki itu terus berjalan sampai tiba di depan apartemennya, “Lo pulang, pulang ke rumah gue.” ucap laki-laki itu seraya membuka pintu lalu masuk mengunci kembali pintu itu dari dalam. Sial, Nanza lupa untuk mengintip sandi pintu Kalingga.

Barulah Kalingga menurunkan gadis itu, “Lo mandi, gue tunggu lo di sini.” Kalingga berjalan ke arah sofa dan duduk di sana.

Nanza mengekori laki-laki itu lalu berdiri di depannya, “Kak, gue mau pulang. Lo ngerasa nggak, si? Lo itu nyulik anak orang Kak. Lo bilang senantiasa bakal anterin gue ke rumah Mamah, Papah. Eh, malah ke sini. Maksud lo apa coba.”

“Mandi.” ucap Kalingga tidak ingin di bantah. Kalingga emang sesialan itu.

******

Selesai membersihkan tubuhnya, Nanza menuruni tangga untuk melihat Kalingga. Pakaian gadis itu sudah berganti dengan pakaian Kalingga. Langkah gadis itu memelan saat melihat laki-laki itu tidur di sofa.

Nanza berjongkok menatap wajah Kalingga lebih dekat. Gadis itu terpaku dengan aura Kalingga saat tertidur. Laki-laki itu terlihat lebih tenang dan damai. “Coba aja lo nggak ngeselin. Pasti banyak kok cewek baik yang suka sama lo.” ucap gadis itu lalu memasamkan wajahnya.

Saat Nanza ingin bangkit, tengkuknya di tarik Kalingga membuat gadis itu terkejut, “Lo kira cewek yang ngantri sama gue sedikit?” tanya laki-laki itu masih dengan mata terpejam.

Nanza berusaha melepaskan tangan Kalingga dari tengkuknya, “Lepasin dulu, Kak. Leher gue sakit.”

Kalingga melepaskan tengkuk gadis itu lalu mendudukkan tubuhnya. Nanza segera bangkit dan berkacak pinggang di depan laki-laki itu, “Gue yakin sedikit si cewek yang suka sama lo, karena mereka aja ogah liat sifat lo.”

Kalingga berdecih, “Sifat gue tergantung mereka, kalo menurut gue dia nggak carmuk dan tulus, gue akui mereka.”

“Owh, berarti Kak Sonya cocok dong sama sifat Kakak. Beda sama gue, gue mah apa si, cuma cewek yang carmuk dan nggak tulus sama lo.” ucap gadis itu memalingkan wajahnya.

“Emang lo tulus sama gue?” tanya Kalingga membuat Nanza kembali menoleh ke arahnya.

Nanza menurunkan kedua tangannya dari pinggang, “Lo kira,  gue nggak tulus?” gadis itu berbalik nanya.

“Mana buktinya kalo lo tulus?” tanya Kalingga lagi-lagi membuat Nanza menelan salivanya.

Begini, sebenarnya Nanza tidak tahu dengan isi hatinya sendiri. Jika di bilang tulus, gadis itu sendiri merasa kalo ia hanya semata menyelesaikan misi awalnya untuk mendekati laki-laki itu. Jika di bilang tidak, gadis itu terlalu takut untuk menjauh lagi dari laki-laki itu. Lalu bagaimana gadis itu menjawab pertanyaan Kalingga kali ini.

“Gu...gue, serius! Ya, gue serius.” jawaban Nanza menarik perhatian Kalingga. Laki-laki itu bangkit lalu mendorong tubuh Nanza hingga gadis itu duduk di sofa.

Kalingga menumpukan tangannya pada penyandar sofa mengurung Nanza di sana, “Serius? Maksud lo serius kayak gimana, ya? Yang kita bahas perihal cari muka dan tulus. Gue nanya sama lo, mana bukti lo kalo lo tulus sama gue. Gue nggak nanya sama sekali perihal serius.”

Tangan Nanza mengepal di bawah sana, bagaimana ini? Kenapa juga gadis itu harus mengucapkan kata-kata yang sama sekali tidak muncul di otaknya itu, “O...oh, gue salah ngomong, Kak. Sory.” tangan gadis itu yang terkepal terangkat untuk mendorong dada Kalingga yang di rasa posisi laki-laki itu terlalu dekat dengannya.

“Sekali lagi, gue mau bukti lo kalo lo emang tulus sama gue.” ucap Kalingga menuntut gadis itu.

Nanza yang di gelutkan dengan otaknya sendiri itu bingung harus bagaimana sekarang, sampai terbesit ide bodoh muncul di otaknya itu.

Nanza menarik tengkuk Kalingga membuat wajah laki-laki itu menjadi lebih dekat dengan wajahnya. Tanpa di duga, gadis itu langsung mencium pipi kanan Kalingga.

“Gue.... Tulus sama lo!” ucap Nanza langsung mendorong dada Kalingga dan berhasil lolos dari kurungan laki-laki itu.

Nanza berlari ke arah dapur meninggalkan Kalingga yang terlalu terkejut dengan tingkah gadis itu. Kalingga menyentuh pipi kanannya sendiri, “Bocah.”

******
TBC
.

BONANZA •  [TERBIT]✓Where stories live. Discover now