BONANZA - 040

40.4K 1.5K 49
                                    

040'

******

Nanza menghentikan langkahnya saat seseorang merangkulnya, gadis itu dengan cepat menepis tangan laki-laki itu dari bahunya, “Apaan, si.” ketus gadis itu.

Alex tersenyum, laki-laki itu melipat baju seragam bagian lengannya sebatas sikut, “Pulang kemana?” tanya laki-laki itu masih mengekori Nanza.

Nanza merotasikan kedua matanya, “Ke rumah, lah.” jawab gadis itu masih dengan nada ketusnya.

Alex tersenyum, “Nggak usah galak-galak dong, Za. Gue liat, akhir-akhir ini lo sering ngelewatin perbatasan. Lo pulang ke luar kota?” laki-laki itu melangkah lebih dulu menghalangi jalan Nanza.

Nanza berdecak, “Mau gue pulang ke luar kota, ataupun ke luar negeri. Itu bukan urusan lo. Jadi, stop ngeganggu gue.” Nanza mencoba melewati Alex.

Alex tidak tinggal diam, laki-laki itu kembali menghalangi jalan Nanza, “Lo nggak risih apa? Setiap hari lo di ikutin Kalingga. Gue nggak tau si apa mau laki-laki itu. Asal lo tau, dia ngikutin lo setiap hari pas pulang sekolah. Nggak curiga apa?”

Tanpa di sadari, Alex memberi Nanza informasi yang sangat baik. Gadis itu melipat bibirnya ke dalam menahan dorongan hatinya yang menginginkan gadis itu untuk tersenyum detik itu juga. Bukan karena Alex, tetapi karena Kalingga. Gadis itu salting?

“Terus, lo kok bisa tau? Bukannya lo juga ngikutin gue ya?” Nanza membenarkan tas yang di gendongnya.

“Gu...gue, ya.... Nggak sengaja aja nemuin lo waktu itu. Sekarang, lo mau langsung pulang? Sendiri?” laki-laki itu berjalan mundur mengikuti langkah Nanza.

Netra Nanza menangkap Kalingga di parkiran, “Gue pulang sama Kak Lingga. By!” gadis itu langsung berlari meninggalkan Alex. Alex mengepalkan kadua lengannya. Lagi-lagi laki-laki itu kalah saing.

Nanza menepuk punggung Kalingga yang tengah memakai helmnya,  “Hay, Kak. Mau langsung pulang?” tanya gadis itu membuat Kalingga membuka kaca helmnya.

Kalingga mengangguk, “Pulang. Lo buruan pake helm lo. Nanti keburu macet. Kalo lo cape, lo berhenti dulu. Jangan maksain. Kalo perlu, lo bilang sama gue.” ucap laki-laki itu menatap intens ke arah Nanza yang berdiri di sampingnya.

Nanza mengangguk patuh, “Oke! Tungguin gue.”  gadis itu langsung berlari ke arah motornya untuk bersiap membelah jalanan.

Entahlah, Hati Nanza masih berbunga karena ucapan Alex tadi.   Gadis itu kira, Kalingga tidak seperduli itu terhadap dirinya sampai harus mengekori gadis itu di jalan saat pulang. Memang bukan pertama kalinya gadis itu ketahui mengenai Kalingga mengikutinya. Tetapi kali ini, hatinya sangat merasa senang. Entah mengapa.

Nanza menggigit bibirnya sendiri. Kalingga benar-benar meresahkan. Aw!

Saat di perjalanan, Nanza mengintip Kalingga sesekali di kaca spionnya. Tolonglah, entah ke sambet apa, gadis itu merasa Kalingga lebih tampan sekarang. Nanza gila. Gadis itu kembali fokus saat Kalingga menghidupkan klakson. Dan gadis itu menyadari bahwa ia hampir saja menubruk mobil di depanya kalo ia tidak mengerem motornya. Nanza sungguh gila!

******

Nanza menghela napasnya saat tiba di apartemen. Gadis itu mendongak saat tangan Kalingga tiba-tiba memegang pergelangan tangannya, “Cape, ya?” tanya laki-laki itu mengelus telapak tangan kanan Nanza.

Nanza berdeham, “O...oh, nggak kok. Lo yang cape ya, Kak?” kini Nanza yang meraih telapak tangan kanan Kalingga. Gadis itu mengusap-ngusapnya seperti tadi yang laki-laki itu lakukan padanya.

“Kalo gue bilang cape, apa yang mau lo lakuin buat meredam rasa cape gue?” tanya Kalingga seraya memencet tombol lift.

Nanza sempat berfikir, “Gue sih, cuma bisa ngucapin kata, 'sabar' ya, Kak. Karena gue sendiri nggak tau apa kata selain itu yang bisa meredam cape seseorang.”

“Lo salah, obat cape gue cuma satu,” Kalingga menarik pinggang Nanza. Laki-laki itu memeluk Nanza seraya menyelundupkan wajahnya pada leher gadis itu.

Nanza yang terkejut dengan tingkah Kalingga' pun, gadis itu mengerjap beberapa kali. Tolong, jantungnya berdegup lebih cepat dari sebelumnya. Gadis itu jadi takut Kalingga akan mengetahui kondisi jantungnya yang sudah tidak normal itu.

“Ka...Kak, bentar lagi sampe di lantai lima.” ucap Nanza perlahan mendorong dada Kalingga.

Bukannya melepaskan Nanza, Kalingga malah semakin erat memeluk gadis itu, hingga akhirnya, pintu lift terbuka. Nanza melototkan matanya saat di luar sana sudah ada Neneknya. Dengan posisi seperti ini?

Nanza dengan cepat mendorong Kalingga sekuat tenaganya, “Nek!” gadis itu langsung keluar lift menghampiri Neneknya.

Nanza meringis merutuki dirinya itu, bodoh, mau di taruh dimana harga diri Nanza sekarang di depan Neneknya. Gadis itu menatap Neneknya yang masih menatap Nanza dan juga Kalingga bergantian.

“Nak Lingga?” Nenek Nanza menghampiri Kalingga yang ikut terkejut itu. Nanza sendiri menautkan kedua alisnya bingung.

“So...sore, Nek.” Kalingga berusaha menormalkan suasana. Laki-laki itu menyalimi Nenek Nanza.

Nenek Nanza tersenyum, “Kalian baru pulang?” tanya wanita paruh baya itu.

Nanza dan juga Kalingga mengangguk ragu, “Ne...Nenek mau kemana?” tanya Nanza gugup.

“Nenek mau ke mini market.” jawab Nenek Nanza. Wanita paruh baya itu tersenyum dalam diam, “Kenapa jadi canggung gini? Biasa aja kali. Yaudah, Nenek mau lanjut jalan dulu,” Nenek Nanza ingin melanjutkan perjalananya.

Dengan cepat Nanza menarik tangan Neneknya itu, “Biar Nanza yang ke mini market!” gadis itu langsung berlari ke arah pintu jalur evakuasi.

Kalingga maupun Nenek Nanza, mereka menatap bingung ke arah gadis itu. Apalagi Nenek Nanza. Wanita paruh baya itu menoleh ke arah Kalingga, “Ah, Nak Lingga, mending kita mampir ke rumah Nenek dulu.” wanita paruh baya itu menarik Kalingga menuju apartemennya.

Kalingga hanya menuruti Nenek Nanza saja, laki-laki itu sendiri sangat senang jika seperti ini, apakah Nenek Nanza merestuinya? Ah, Kalingga jadi melting.

Di luar sana, Nanza mengacak-ngacak rambutnya sendiri. Bodoh! Gadis itu lupa bertanya kalau Neneknya mau membeli apa? Sungguh sialan. Sekarang apa yang harus gadis itu lakukan? Ini semua gara-gara Kalingga!

Nanza berusaha mengatur napasnya, “Za! Lo kenapa jadi ogeb gini, si!” rutuk gadis itu seraya menghentak-hentakkan kakinya, gadis itu duduk di salah satu kursi panjang di pinggir jalan, “Sekarang gimana? Nenek pasti nganggep gue cewek murahan.”

******
TBC
.

FYI!
Setelah BONANZA And, Moosque mau buat Story baru nih, kira-kira, kalian suka cerita yang Happy And /
Sad And?

Jangan lupa kasih tahu ya....

BONANZA •  [TERBIT]✓Where stories live. Discover now