BONANZA - 063

26K 1.3K 53
                                    

TRING!
TRING!
TRING!

TRING!
TING!
TING!

HAPPY READING!

063'

******

Lo denger kan kalo dia nggak sengaja?!”

Nanza menelan susah salivanya. Tidak pernah terlintas di pikirannya kalau Kalingga akan datang dan mengamuki siswa berjaket hitam di depannya yang sempat sewot karena tidak sengaja tertubruk gadis itu.

Nanza berusaha menarik tangan Kalingga agar menjauh dari siswa itu, “Kak, udah. Apaan si, jangan buat keributan,” ujarnya menatap sekitar yang mulai mengerumunimya.

Laki-laki berjaket hitam itu menatap remeh Kalingga, “Siapanya cewek ini si, sampe harus ngebela segitunya?” tanya laki-laki itu sesekali menatap Nanza.

“Dia pacar gue!”

Nanza memejamkan matanya seraya meringis. Habislah.... Semua orang di sana yang awalnya tidak tahu, menjadi tahu hubungan Kalingga dengannya.

Bisik-bisik membicarakannya sudah terindahkan oleh telinga Nanza. Gadis itu dengan cepat menarik tangan Kalingga sekuat tenaganya membelah kerumunan.

Napas Nanza memburu saat gadis itu berhasil membawa Kalingga ke kelas kosong yang sudah biasa gadis itu kunjungi. Nanza melepas cekalannya pada tangan Kalingga, “Kak! Gue mohon, Stop ikut campur sama urusan gue!” sarkasnya.

“Gue muak, Kak! Kenapa juga lo harus ngakuin hubungan kita di depan semua orang kayak tadi? Pasti mereka mikir buruk tentang kita.” Nanza langsung menghela napasnya.

“Kemana aja?” pertanyaan itu keluar dari mulut Kalingga yang sedari tadi hanya menatap gadis itu.

Nanza berdecak, gadis itu mengalihkan tatapannya ke arah lain, “Gue mau hubungan kita selesai di sini aja, Kak. Lo juga pasti  muak kan lama-lama bareng gue?”

“Maksud lo? Nggak usah ngawur, Za. Gue nanya, kenapa lo nggak bales Chat gue? Kenapa juga lo nggak angkat telpon gu—”

“Kak,” Nanza mencoba menatap kembali netra laki-laki itu, “Gue tau lo ngerti maksud gue, Kak. Nggak usah ngalih-ngalih pembi—”

“Lo! Lo yang ngalih-ngalih pembicaraan!” Nanza terkejut dengan sekatan laki-laki itu.

“Yang harusnya di bahas itu, masalah ini, Za....” kedua tangan Kalingga terangkat untuk menyentuh pipi Nanza. Laki-laki itu maju satu langkah, “Semalem kemana aja? Nyoba gingkarin janji? Belajar mengabaikan? Lupa caranya buka chat dan angkat telpon juga, ya? Nggak sengaja, atau emang ngehindar dari gue?”

Nanza mengerjap, tangannya menarik tangan Kalingga agar terlepas dari pipinya, “Gu...gue.... Gue serius, Kak! Gue mau kita selesai. Dan masalah itu.... Sory, gue emang serius. Kita putus, ya? Lo juga pasti nggak suka sikap gue semalem, kan? Lo pasti sebel sama gue. Dan lo, lo juga pasti mau putus sama gue. Iya, kan?”

Laki-laki bergelang hitam itu tersenyum miring tertoleh ke samping, “Iya!” sentaknya lalu mengusap  bibirnya sendiri. Dengan rahang yang mengerat, Kalingga memejamkan matanya beberapa detik sebelum kembali terbuka, “Harusnya, lo jangan dateng sekalian! Nggak usah hadir! Kalo akhirnya kayak gini, buat apa gue berjuang jadi pribadi yang lebih baik demi, lo! Gue tau lo cewek jagoan yang asal-asalan mempermainkan perasaan cowok bodoh kayak gue, tapi kenapa harus gue yang jadi korbannya?!”

Kedua lengan Nanza terkepal di bawah sana. Tenang.... Bukankah ini yang gadis itu inginkan. Sebentar lagi, gadis itu akan benar-benar terbebas dari Kalingga. Laki-laki itu akan memutuskannya sekaligus membencinya nanti. Tidak apa. Nanza tidak akan menyesal.

“Lo lagi eror, Za. Gue yakin ucapan lo barusan cuma sebatas kata di luar kendali. Lain kali jangan kayak gini,  ya? Kalo ada masalah, bilang. Kita selesaikan baik-baik. Gu....”

Ucapan Kalingga terhenti saat Nanza menepis tangan laki-laki itu yang hendak menyentuh pundaknya, “Gue serius!” tegas Nanza, “Nggak ada masalah yang perlu di selesaikan, selain hubungan kita yang nggak sama sekali punya tujuan ini.”

Kedua alis Kalingga tertaut, entah apa yang merasuki gadis di depannya sampai-sampai harus berkata seperti ini? Sungguh, ucapan gadis itu menggores hatinya. Nggak sama sekali punya tujuan? Lalu, selama ini Nanza benar-benar mempermainkan dirinya? Tidak ada sedikit sajakah perasaan untuknya?

Rasa terenyuh di hatinya seakan menyetrum mata laki-laki itu untuk mengeluarkan cairan. Sebisa mungkin laki-laki itu menahan dan menyembunyikan air matanya agar tidak keluar dengan cara mengerjap-kerjapkan matanya. Baru kali ini Kalingga dapat merasakan perih di hatinya karena sosok perempuan.

Kalingga mengangguk, wajahnya tertunduk menatap lantai, “Ya, lo bener. Hubungan kita emang nggak ada tujuan. Lo berhak pergi. Gue sadar gue nggak pantes buat maksa lo jalanin hubungan yang nggak jelas kayak gini. Bener kata Alex. Gue terlalu serakah.”

Nanza di buat kicep saat mendengar isakan keluar dari Kalingga. Laki-laki itu menangis?

Baru saja Nanza ingin memiringkan wajahnya memastikan apakah laki-laki itu sungguh menangis? Kalingga malah melewatinya keluar kelas meninggalkan Nanza.

Sekarang sungguh berakhir?

******

“Aduduh, ada yang galau ni tampaknya. Sekarang perasaan lo gimana?” tanya Caca dengan kunyahan di mulutnya.

Nanza menatap malas semangkuk baso di depannya. Napsu makannya hilang berbarengan dengan suasana hatinya yang buruk. Entahlah, rasanya gadis itu hanya ingin diam dengan mulutnya yang terkatup rapat.

“Za.... Semoga aja keputusan lo emang udah tepat. Lo juga harusnya tetep ceria, dong. Masa galau gini si, liat noh basonya, ikutan sedih dia.” ujar Caca berusaha membujuk Nanza karena sedari pagi gadis itu tidak mengeluarkan satu patah kata 'pun.

Nanza menghela napasnya, “Gue jahat banget, Ca.” gadis itu membuka suara seraya memainkan baso-baso kecil di mangkuknya.

“Maka dari itu, gue sama Rere nanya lo berkali-kali saat lo mau ngebuat keputusan kayak gini supaya lo nggak nyesel nantinya.”

Pernyataan Rere membuat Nanza kembali menghela napasnya, “Gue nggak nyesel! Tapi gue ngerasa bersalah. Gue tega banget tadi ngebuat Kak Lingga nangis. Gue sakit liat dia nangis kayak tadi, Ca.”

Kedua alis Caca tertaut, “Lo sakit hati?” tanya gadis itu meyakinkan.

Nanza mengangguk lemah, “Ucapan gue tadi kayaknya keterlaluan, deh.”

Caca memikirkan sesuatu, “Za, coba deh, lo kasih hati lo waktu buat mencerna gimana sesungguhnya isi hati lo itu. Gue yakin lo punya perasaan sama Kak Lingga walaupun lo sendiri nggak tau sebesar apapun itu. Cinta tetep cinta, Za. Secuil 'pun, itu akan mempengaruhi tanpa lo sadari.”

Mendengar ucapan Caca, hati Nanza semakin bimbang. Apakah benar gadis itu memiliki perasaan untuk Kalingga? Perasaan apa? Kasihan, atau cinta?

******
TBC
.

Mari peluk Kalingga yang sedang Sadboy :(

**
VOTE NYA MANA NIH, YANG BELUM, SOK PERIKSA LAGI, TAKUTNYA LUPA... LANJUTT???

BONANZA •  [TERBIT]✓Where stories live. Discover now