BONANZA - 048

31.4K 1.5K 20
                                    

048'

******

“Nggak, Kak. Kakak cari kesempatan!” Nanza menatap Kalingga sangat kesal.

Kalingga tertawa renyah, “Ya.... Yaudah sih, kalo nggak mau tau lagi, paling lo sendiri yang mati penasa—”

“Oke!” Nanza bangkit seraya menatap sekitar, gadis itu berjalan memutari meja kecil dan berdiri di samping Kalingga.

Gadis itu membungkukkan tubuhnya. Tidak apa, hanya di pipi. Ya, hanya di pipi!

Ketika bibirnya hampir sampai di pipi kanan Kalingga, laki-laki itu malah menolehkan wajahnya. Alhasil, kecupan Nanza mendarat  tepat di bibir laki-laki itu. Sialan.

Nanza kembali menegakkan tubuhnya, “Kak!” gadis itu menyentil telinga kanan laki-laki itu.

Kalingga tersenyum miring lalu menjilat bibirnya sendiri, “Gue suka,” ucapnya.

Nanza kembali duduk dengan emosinya yang masih meningkat, “Pokoknya, jelasin sekarang!”

“Intinya, cinta gue sama Sonya udah berakhir. Dan waktu gue bandingin lo sama dia, ya cuma  buat mancing lo doang. Mana ada gue ngelakuin hal lebih sama Sonya. Gue nggak seberengsek itu.” jelas Kalingga.

Nanza langsung merasakan hatinya tenang dan senang. Gadis itu tersenyum menatap Kalingga membuat laki-laki itu bingung, “Beneran, kan?”

“Tergantung. Lo percaya sama gue atau nggak. Intinya, gue udah jelasin semuanya.”  Ucap Kalingga lalu menyeruput kopinya yang baru datang.

Melihat Kalingga sangat menikmati seruputan kopinya, Manza refleks mentap kopinya setelah waitress pergi dari table mereka. Gadis itu tertarik untuk mengangkat gelas kopinya mendekatkannya dengan hidungnya. Wangi. Gadis itu menghirup dalam-dalam aroma kopi itu.

“Minum, Za. Jangan cuma di hirup doang.” ucap Kalingga membuat Nanza mengangguk.

Saat Nanza menyeruput kopinya, gadis itu melotot. Tangannya buru-buru mengambil tisu untuk memuntahkan kembali kopinya, “Kak! Pahit!” rutuk gadis itu.

Kalingga tertawa seraya membantu gadis itu membersihkan mulutnya, “Lo sendiri lho, yang ikut-ikutan pesen  espresso.”

“Lo nggak bilang kalo kopinya pahit.” ucap Nanza lalu berdecak.

Kalingga menepuk-nepuk pucuk kepala Nanza, “Yaudah maaf, Lain kali harus tahu rasa-rasa kopi, ya? Mau pesen lagi atau pulang aja?”

Nanza melirik arloji di tangan kirinya, “Pualang aja. Gue punya PR.” ucap gadis itu.

“Yaudah, bentar lagi, ya? Tunggu kopi gue abis,” Kalingga kembali menyeruput kopinya. Tangan laki-laki itu menarik tangan kanan Nanza untuk di genggamnya.

******

Nanza melirik handphonenya yang tersambung video call dengan Kalingga. Memangnya pacaran harus seperti ini ya?

Di meja belajar, gadis itu sengaja menyimpan handphonenya di samping buku yang dimana kamera handphonenya tidak menyorot gadis itu sama sekali.

“Mana mukanya si, Za.” ucap Kalingga di sebrang sana.

Nanza berdeham, “I...ini, Kak. Bentar, bentar lagi selesai. Tanggung banget ini.”  ucap gadis itu seraya mempercepat tempo menulisnya.

Terdengar Kalingga berdecak di sebrang sana, “Kalo gini gue ke sana aja, Za.

Selesai tugasnya, Nanza segera mengambil handphonenya lalu beranjak menuju kasur, “Jangan! Ini gue, Kak.” ucap gadis itu menengkurapkan tubuhnya ke atas kasur.

BONANZA •  [TERBIT]✓Where stories live. Discover now