BONANZA - 035

40.7K 1.7K 31
                                    

035'

******

Selesai dengan acara bakar-bakarnya, Nanza yang merasakan aneh dengan perutnya-pun segera meminta izin terlebih dahulu untuk pergi ke toilet. Besar harapan gadis itu, tamu bulanannya tidak datang sekarang. Karena gadis itu merasakan perutnya seperti awal tamunya akan datang.

Namun naas, dugaanya tidak salah, gadis itu benar-benar datang bulan. Masalahnya, akhir-akhir ini Nanza akan merasakan sakit di awal-awal hari datang bulannya. Gadis itu keluar kamar mandi dengan lemas. Tangannya masih memegangi perut bagian bawahnya yang memang terasa sakit.

Melihat Nanza, Rere dan juga Caca segera bangkit menghampiri gadis itu, “Za, lo kenapa? Lo sakit perut?” tanya Caca khawatir melihat Nanza tampak murung.

Nanza mengangguk, “Biasa, tamu bulanan.” ucap gadis itu pelan.

“Nanza emang suka sakit perut akhir-akhir ini kalo lagi dapet.” jelas Rere.

“Kenapa kamu Za?” tanya Citra. Nanza tersenyum, “Nggak Tan, biasa, cewek.” ucap gadis itu lalu melipat ke dalam bibirnya menahan sakit.

“Yaudah, Nanza nya bawa istirahat dulu, Re. Kasihan. Jangan langsung pulang. Pasti sakit itu, hari pertama dapet.” ucap Citra.

Nanza menggelengkan kepalanya, “Nggak Tan, Nanza mau langsung pulang aja, besok juga sekolah. takut kesiangan.” ucap gadis itu berusaha melepas tangan dari perutnya sendiri.

“Tapi, Za. Tante takut kamu nggak kuat buat nyetir sendiri, Za. Jangan mak—”

“Biar Lingga yang anter, Mah.” ucapan Kalingga berhasil membuat semua orang menoleh ke arah laki-laki itu.

“Ah, nggak usah, Kak. Gue mau pulang sendiri aja sekalian bareng Ca—”

“Gue mau nginep di sini, Za.” sekat Caca. Gadis itu mengerti akan kode Rere.

“Udah, Za. Bareng Lingga aja. Bener kata Tante. Keselamatan juga penging, Za.” ucap Rendi membuka suaranya.

Yasudah, tidak masalah. Jarak rumahnya dengan rumah Rere tidak terlalu jauh, jadi gadis itu tidak akan berlama-lama bersama Kalingga.

Nanza mengangguk, gadis itu langsung menyalimi Rendi dan juga Citra bergantian. Lalu gadis itu berjalan lebih dulu ke luar gerbang.

Selang beberapa menit, Kalingga keluar sudah dengan motornya berhenti tepat di depan Nanza. Laki-laki itu turun dari motornya, “Pake helm dulu.” ucapnya langsung memakaikan helm pada gadis itu.

Nanza menahan tangan Kalingga yang ingin mengaitkan tali helmnya, “Gue bisa sendiri, Kak.” ucap gadis itu, tetapi Kalingga tidak memerdulikannya.

“Gak usah banyak tingkah,” ucap Kalingga lalu menutup kaca helm gadis itu.

Nanza hanya bisa menghela napasnya, “Kak, celana gue kotor,” ucap Nanza yang masih bisa di dengar Kalingga meski di balik helm.

“Cepet naik, nanti kita mampir di mini market buat beli kebutuhan lo ganti.” ucap Kalingga lebih dulu naik ke atas motornya.

Tidak mau berlama-lama lagi, Nanza ikut naik ke atas motor Kalingga dengan bertumpu pada pundak laki-laki itu.

Di tengah-tengah perjalanan, Kalingga menarik tangan Nanza agar memeluk perutnya. Namun, itu tidak berlangsung lama. Karena Nanza merasa geli sendiri. Sungguh, ini terlalu lebay bagi Nanza.

“Pegangan!” ucap Kalingga keras agar terdengar Nanza.

Kedua tangan Nanza terangkat untuk memegang pundak Kalingga. Seperti ini lebih baik. Daripada meluk-meluk laki-laki itu, nyari keuntungan saja.

Kalingga berdecak, laki-laki itu sungguh tertarik dengan Nanza. Nanza itu perempuan langka menurutnya. Gengsian lebih tepatnya.

******

Keluar dari mini market, Nanza segera berjalan menuju
motor Kalingga dan mengelapkan kanebo yang baru di basahinya untuk membersihkan jok motor laki-laki itu yang terkena kotorannya.

Kalingga yang melihat Nanza, laki-laki itu berjalan pelan menghampiri gadis itu, “Udah?” tanya laki-laki mengejutkan Nanza. Dengan buru-buru gadis itu memasukan kanebo kotornya ke dalam kantung kresek.

Nanza mengangguk, “Udah, Thanks, Kak. Lo udah mau nungguin gue.” ucap gadis itu di angguki Kalingga.

“Pake helmnya,” Kalingga ingin memakaikan kembali helmnya pada gadis itu, tetapi dengan cepat Nanza mengambil alih helm itu lalu memakainya sendiri.

Kalingga menepuk helm yang sudah terpakai di kepala Nanza. Membuat gadis itu menatapnya tajam. Entahlah, Laki-laki itu merasa gemas sendiri.

Nanza langsung naik ke atas motor Kalingga, “Kak, lo belum tau kan arah rumah gue, bawanya pelan aja. Biar gue kasih tau.” ucap gadis itu membuat Kalingga tersenyum miring di balik helmnya.

Nanza refleks menjatuhkan kantung kresek berisi kanebo yang di pegangnya saat Kalingga mengebutkan motornya. Kalingga emang tidak tahu kira-kira.

Tangan gadis itu dengan ragu memegang erat ujung jaket yang di kenakan Kalingga, “Kak! Pelanan dikit! Pertigaan di depan, lo belok kiri!” ucap gadis itu menatap pantulan Kalingga di kaca spion kiri.

Nanza melotot saat di pertigaan jalan, Kalingga tidak mengikuti petunjuk Nanza. Laki-laki itu malah mengambil jalan lurus yang jelas-jelas bukan arah ke rumahnya.

“Kak! Lo mau ke mana?! Ini bukan jalan ke rumah gue, Kak! Kelewat!” gadis itu menepuk-nepuk punggung Kalingga.

Bukannya berhenti, Kalingga malah menambah tempo kecepatan pada motornya.

“Gue mau ke apart! Lo ikut gue!” pernyataan Kalingga membuat Nanza mencelos. Sudah gadis itu duga, Kalingga tidak akan pernah amanah.

“Lo gila, Kak?! Ngapain ke apart?! Baju sekolah gue di rumah Mamah, Kak!” teriak gadis itu emosi sendiri.

Kalingga tersenyum menatap Nanza di pantulan kaca spionnya, “Besok kita libur! Kita habisin waktu berdua di sana!” lagi-lagi laki-laki membuat Nanza menahan emosinya.

“Nggak bisa ya, Kak! Besok hari senin! Lo udah kelas dua belas, Kak! Masa lo libur?!” Nanza menepuk punggung Kalingga lebih keras dari sebelumnya.

“Gue nggak perduli! Kita harus feedback dong!” ucap Kalingga membuat mulut Nanza menganga di buatnya. Belum sempat menyahuti laki-laki itu lagi, perut gadis iu kembali sakit.

“Peluk gue biar perutnya nggak sakit.” Kalingga kembali menarik tangan kiri Nanza agar memeluknya.

Baiklah, gadis itu akan memeluk Kalingga. Nanza menautkan kedua tangannya memeluk perut laki-laki itu. Entah hanya kebetulan atau bukan, rasa sakit di perutnya benar-benar surut.

Merasa nyaman dengan posisinya, Nanza memiringkan kepala menyimpan dagunya ke atas bahu kiri Kalingga, “Gue pinjem bahu lo sebentar.” ucap gadis itu pelan.

Kalingga yang mendengar ucapan Nanza barusan, laki-laki itu tersenyum senang, “Jangan tidur!”

“Nggak, Kak!” protes Nanza membuat Kalingga tertawa.

******
TBC
.

BONANZA •  [TERBIT]✓Where stories live. Discover now