BONANZA - 037

39.2K 1.7K 13
                                    

037'

******

Merasa sakit di perutnya kumat, Nanza yang tertidur itu terbangun. Gadis itu melirik jam di dinding, 12.02. Nanza mendudukkan tubuhnya. Gadis itu menoleh ke bawah melihat Kalingga yang sudah tidur dengan pulas.

Nanza dan Kalingga sudah sepakat. Kalau Nanza ingin menginap di apartemen Kalingga, asalkan mereka tidur terpisah. Dan ini sama halnya seperti waktu sebelumnya.

Tangan Nanza terulur untuk menaikkan selimut Kalingga hingga dada laki-laki itu. Nanza tidak bosan memandang Kalingga saat tertidur. Entahlah, gadis itu hanya merasa ikut tenang melihatnya.

Nanza tersedak salivanya sendiri saat Kalingga membuka matanya perlahan, buru-buru gadis itu tidur dengan dengan asal. Kalingga tidak boleh tau dirinya terbangun malam-malam seperti ini. Bagaimana kalo laki-laki itu merasa terganggu.

“Gue tau lo bangun. Bilang, lo kenapa? Atau mau apa? Nggak usah pura-pura.” Kalingga bangun, laki-laki itu menumpukkan lututnya pada kasur lantai yang di tidurinya untuk menatap wajah Nanza.

Nanza berusaha tenang, gadis itu menggeliat membelakangi Kalingga seakan tidak terjadi apa-apa. Barulah gadis itu membuka matanya, kenapa Kalingga harus ikut-ikutan bangun juga, si.

Merasa Nanza terus-terusan berlindung di kebohongannya, laki-laki itu merangkak ke atas kasur dan memeluk Nanza dari belakang. Otomatis mata gadis itu terpejam, jantungnya berdegup lebih cepat dari sebelumnya.

“Perutnya sakit lagi? Hm?” tanya Kalingga. Laki-laki itu menarik selimut agar menutupi tubuhnya dan juga Nanza. Tolonglah, Nanza harus apa sekarang.

“Za....” Kalingga menghirup dalam-dalam wangi rambut gadis itu. Tangannya tergerak untuk mengusap perut Nanza  yang terbalut oleh baju kaus laki-laki itu.

Nanza mati sekarang, gadis itu benar-benar akan mati karena sulit bernapas. Bukan apa, tangan Kalingga yang menyentuh perutnya itulah yang membuat gadis itu sulit bernapas, sakit perutnya sungguh benar-benar sembuh. Tetapi jantungnya yang sekarang malah tidak normal. Nanza gila.

“Kalo Sonya, pasti udah meluk gue balik.” ucap Kalingga mencoba memancing Nanza.

Nanza yang mendengar ucapan laki-laki itu, gadis itu terusik. Apaan maksud Kalingga membandingkan dirinya dengan Sonya. Gadis itu dengan cepat menepis tangan Kalingga dari perutnya. Detik itu juga Kalingga tersenyum, rencananya sungguh berhasil.

Nanza membalikkan tubuhnya menghadap Kalingga. Kini posisi mereka sungguh berhadapan dengan jarak yang tidak bisa di bilang jauh, “Gak usah bawa-bawa Kak Sonya!” ucap Nanza ngegas.

Kalingga menopang kepalanya dengan tangan yang menjadikan sikut kanan sebagai tumpuan pada kasur. Kini laki-laki itu dapat melihat wajah Nanza dengan jelas.

“Kenapa bangun? Perut lo sakit lagi, ya?” tanya Kalingga mendapat  tatapan tidak suka dari gadis itu.

“Gue bilang ya, Kak. Nggak usah bawa-bawa Kak Sonya apalagi banding-bandingin gue sama dia.” tegas Nanza. Gadis itu benar-benar di buat emosi sendiri.

Tangan kiri Kalingga terulur untuk menyingkirkan rambut Nanza yang menutupi gadis itu, “Kalo gitu, makanya nggak usah bohong. Lo yang mulai duluan. Ngapain juga pura-pura tidur.”

BONANZA •  [TERBIT]✓Where stories live. Discover now