BONANZA - 014

43.1K 1.8K 3
                                    

014'

******

“Kamu serius mau di sini, Za?” tanya Tama seraya menyimpan tas gendong Nanza ke atas sofa.

Nanza duduk di samping neneknya, “Iya. Nanza serius. Nanza betah sama Nenek, Pah.”

Nanza memang membuat keputusan mendadak. Gadis itu akan tinggal di apartemen bersama Neneknya. Bukan hanya alasan itu saja, gadis itu juga ingin memantau Sonya.

“Yaudah, tapi Papah mau nanya sekali lagi, nih. Kamu sanggup pulang pergi sekolah ngabisin waktu satu jam di jalan?” tanya Tama.

Nanza mengangguk antusias, jangankan satu jam, dua jam 'pun gadis itu akan sanggup. Tidak-tidak, Nanza bukan robot. Nanza adalah gadis lemah lembut.

“Oke kalo gitu, Papah mau langsung pulang aja. Besok harus ngantor. Kamu jagain Nenek, ya? Semua peralatan kamu ada di koper sama tas kamu.” Tama menyalimi Seruni-Ibunya. Nenek Nanza.

“Hati-hati, nak.” ucap Nenek.

Nanza dan Neneknya mengantar Tama ke depan. Setelah Tama pergi, Nenek dan Nanza kembali masuk ke dalam mengunci pintu.

“Nenek mau istirahat duluan. Udah malem. Kamu nggak apa-apa kan beres-beres sendiri?” tanya Nenek.

Nanza mengangguk, “Nggak pa-pa kok, Nek. Nenek istirahat aja. Nanza mah bisa sendiri.” ucap gadis itu seraya menarik kopernya ke lantai dua. Diamana kamarnya berada.

“Nek jangan lupa bangunin Nanza jam empat!” teriak Nanza.

“Iya!” sahut Nenek di dalam kamarnya di lantai satu.

Setelah menyimpan beberapa seragam sekolahnya ke lemari, gadis itu langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur.

Nanza mendudukkan tubuhnya, “Kalo gue di sini. Gue bisa pantau Kak Lingga dan Kak Sonya. Gue juga bisa kali ya ganggu mereka.” gadis itu tersenyum.

“Oh iya, Kak Sonya kan belum tau gue tinggal di depan apart nya. Gak ada salahnya gue kerjain dia. Iya sih harus.” Nanza langsung beranjak dari kasur.

Jam di dinding menunjukkan pukul sebelas malam lebih lima belas menit. Nanza menuruni anak tangga menuju dapur. Gadis itu harus mencari ide bagaimana mengerjai Sonya.

Setelah mengelilingi seluruh isi dapur, gadis itu belum menemukan satu pun bahan jahil. Sampai di ruang tamu, Nanza melihat topeng di atas meja. Gadis itu tersenyum menang.

Tidak menunggu lama lagi, Nanza langsung memakai topeng itu dan menutupi seluruh tubuhnya dengan kain merah milik Neneknya.  Sedikit berlari, gadis itu keluar apartemen.

Saat sampai di depan apartemen Sonya, Nanza mengetuk pintu di depannya itu dengan kencang. “Misi! Delivery atas nama Sonya!” teriak gadis itu kencang agar terdengar Sonya.

Selang beberapa detik, pintu di buka oleh Sonya. Saat itu juga Sonya terpekik, gadis itu berlari ketakutan ke dalam. Nanza ikut masuk karena pintu apart gadis itu tidak di tutup.

Nanza tertawa seperti tante kun membuat Sonya semakin ketakutan. Bahkan dapat Nanza lihat Sonya sampai ngompol di celana. Gadis itu menahan tawa ngakaknya di balik topeng.

“Haaa! Pergi! Gue mohon pergi!” teriak Sonya seraya menutup kedua wajahnya.

Mendengar Sonya mulai teriak minta tolong, Nanza langsung berlari menutup pintu apartemen Sonya dan langsung masuk ke apartemen Neneknya tanpa Sonya ketahui. Barulah Nanza tertawa ngakak mengingat tingkah Sonya tadi. Sungguh berhasil.

BONANZA •  [TERBIT]✓Where stories live. Discover now