❐⛓14. Guratan Takdir (2)

238 40 1
                                    

Mikey yang mendengar ucapan sang pengasuh langsung tersenyum lebar. Jari jemarinya tak berhenti untuk mengelap meja, kemudian berkata, "Kata Bu Guru, kami harus bantu-bantu orang tua di rumah. Berhubung kami gak punya orang tua, jadinya kami bantu Bibi."

Ucapan Mikey yang terdengar polos, membuat bola mata sang pengasuh berkaca-kaca. Biasanya wanita itu akan mengomel, atau bahkan memarahi anak panti yang biasa berulah. Namun sekarang? Wanita itu langsung mengelap cairan di matanya, sebelum jatuh ke pipi. Dia menjawab, "Betul. Jadi, kalian juga gak boleh nyusahin, dan harus selalu bantu-bant---"

Belum sempat pengasuh mengakhiri ucapannya, terdengar suara piring pecah di arah dapur. Spontan, sang Pengasuh tersentak kaget. Dia mengepalkan kedua tangannya, sebelum mendengar teriakan Tariel, "Aduh! Piring yang Tariel bawa kebesaran terus loncat ke lantai! Tolongin Tariel, Bibi!"

"Tariel!" Sang pengasuh yang awalnya terharu, kini mengepalkan kedua tangannya. Dia berjalan terburu-buru ke dapur, dengan tatapan tajam. "Bocah, ya tetep aja bocah. Kalo cuman bisa nambah-nambah kerjaan, mendingan gak usah sok bantu-bantu segala," omel wanita itu.

Tariel tak peduli dengan apa yang dikatakan pengasuh panti. Kaki kecilnya sibuk memilih jalan keluar, dari lantai yang dihiasi pecahan piring. Terkadang, Tariel tersenyum tak berdosa karena piring yang dia jatuhkan. Setelah keluar dari lingkaran pecahan kaca, kini Tariel harus berhadapan dengan pengasuhannya yang terkenal galak.

Sebelum wanita itu mengomel, Tariel menyatukan kedua tangannya di depan dada. Setelah itu, dia membinarkan matanya, dan meminta, "Maaffin, Tariel, ya? Tariel cuman mau bantu-bantu, tapi karena piringnya kegedean jadi dia gak mau dipegang tangan Tariel."

Tariel menjulurkan telapak tangan kecilnya ke depan, setelah itu dia berkata, "Lihat ini, tangan Tariel kekecilan. Jadi piringnya gak mau dibawa Tariel, dan ujung-ujungnya lompat ke lantai. Bibi mau maaffin Tariel kan? Tariel janji, kalo ada tugas gampang yang bisa Tariel kerjain, Tariel pasti bantuin Bibi."

Penjelasan yang dibuat Tariel membuat sang pengasuh terdiam, dengan mata memelotot. Akhirnya wanita itu menunjuk ke arah tempat anak-anak panti bermain, setelahnya dia berkata, "Pergi ke sana, dan masukin kotak kubus mainan ke tempatnya lagi! Jangan ikut campur urusan dapur!"

Setelah diperintah, Tariel langsung kabur sebelum pengasuh berubah pikiran. Malaikat itu merasakan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, bersamaan dengan keringat yang membasahi kening. "Akhirnya Tariel selamat dari monster itu. Ih, serem banget."

Tariel mengajak Mikey untuk pergi ke tempat bermain. Sesuai perintah sang bibi pengasuh, keduanya memasukkan kotak kubus yang sudah tidak dipakai bermain, ke dalam tempatnya lagi. Mata mereka tertuju pada Zea yang tengah memisahkan dua anak panti, karena keduanya sedang bertengkar. Gadis itu begitu sabar, mendengarkan masalah tanpa ikut marah. Dia akhirnya memberi solusi, supaya kedua anak tidak bertengkar hanya karena berebut mainan.

Sembari memasukkan mainan, Mikey berkata, "Gue gak bisa bayangin, kalo Kak Zea gak ada di tempat ini."

"Dia selalu jadi penengah dan ibu sambung buat semua anak panti. Orang kayak dia seharusnya ngerasain kebahagiaan sebelum meningg*l. Dibanding dibuat kesel sama kelakuan anak panti," lanjut Mikey.

Tariel tersenyum lebar, setelah itu dia memberitahu, "Menurut Tariel, Kak Zea bahagia kok."

"Bahagia apanya? Lo gak liat dia harus susah payah ngurus anak-anak panti cengeng itu?" tanya Mikey.

"Kak Zea bahagia, karena hobinya emang ngurus anak-anak. Kalo pun Kak Zea gak suka, udah pasti dia bakalan nelantarin panti ini sejak dulu," jelas Tariel.

"Meskipun Kak Zea ngurus panti ini karena peninggalan orang tuanya, tapi... dari mata Kak Zea Tariel bisa tahu kalo Kak Zea suka sama pekerjaannya ini," ucap Tariel.

Tariel dan Mikey mengobrol sembari memasukkan mainan ke dalam kotaknya. Bola mata mereka berkaca-kaca, memikirkan semua nasib anak-anak panti jika Zea tak ada di sini. Sedangkan, Nathan sendiri tiba-tiba datang dan memberitahu, "Kayaknya ada yang salah sama pandangan gue sekarang. Malaikat maut itu, gak ngikutin Kak Zea. Cuman..."

Mikey dan Tariel memelototkan mata. Mikey bertanya, "Cuman apa?! Siapa yang bakal ga ada?!"

"Iya! Siapa yang bakal gak ada selain Kak Zea?!" tanya Tariel heran.

••• 

••• 

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.
MISERABLE ANGEL [Taki Ni-ki Maki] [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant