❐⛓05. Masuk TK (3)

356 50 0
                                    

"Gue udah muak tinggal di panti, terjebak dalam tubuh bocah ingusan ini, apalagi harus kerja, sama bocah itu!" kata Nathan sembari melirik ke arah Tariel.

Tariel yang dilihat dengan tatapan tajam mendengkus. Dia langsung menjawab, "Idih! Siapa juga yang gak muak, kalo harus kerja sama malaikat songong ini! Tariel juga gak mau!"

Mikey menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia berkata, "Tapi---"

"Tapi apa lagi?! Jangan mempersulit hidup, jalani aja!" peringat Nathan.

Mikey membalas, "Dari surat informasi yang gue baca, kita harus punya orang tua atau wali."

"Buat apa?" tanya Tariel.

"Buar daftar," balas Mikey.

Tariel membalas, "Tapi kita di sini yatim piatu. Apa kita minta bantuan Tante Zea aja?"

"Kalo minta bantuan, dia pasti bakal banyak nanya... dan dia juga lagi sibuk-sibuknya," kata Nathan.

Tariel tersenyum, dan menepuk-nepuk dadanya. Tariel menjawab, "Tenang aja! Selama ada orang dalam, semuanya pasti teratasi!"

"Nanti Tariel buat Tante Zea libur kuliah, deh!" lanjut Tariel.

"Beneran?" tanya Mikey.

"Iyalah! Dapet surat informasi aja bisa, apalagi minta bantuan Tante Zea! Pasti mudah!" ucap Tariel.

Nathan menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia lalu berkata, "Semangat bener. Tapi gak papa, pokoknya bujuk dia sampe dapet."

•••

Tariel mencari-cari beberadaan Zea. Dia menemukan Zea di sofa panti asuhan, sembari memegangi sebuah bola rajut. Tariel memanggil, "Tante Zea! Tante Zea! Tante Zea!"

Zea yang dipanggil tante langsung melirik ke arah Tariel. Dia mengeluarkan napas panjang, lalu memperingati, "Jangan panggil Tante ke Kakak. Kakak masih muda, belum nikah juga, jadi panggilnya Kakak aja, oke?"

Pertanyaan Zea dijawab Tariel dengan sebuah anggukan. Tariel menjawab, "Oke! Kak Zea!"

"Nah, gitu dong!" seru Zea senang.

Tariel tersenyum, lalu membalas, "Kak Zea Tariel mau minta bantuan, boleh?"

"Bantuan apa?" tanya Zea.

"Sebenernya, Tariel, Mikey sama Natham mau masuk TK elit yang ada di tengah kota," balas Tariel.

Zea mengangguk mengerti. "Oh, mau masuk TK... bentar, masuk TK?! Kalian bertiga? Tapi usia kalian belum pas lima tahun."

"Emangnya kalian gak takut, pergi jauh?" tanya Zea.

"Kakak gak bisa selalu nganterin kalian, kakak juga belum punya uang," lanjut Zea.

Tariel langsung menjentikkan jarinya, dia berkata, "Kak Zea gak perlu khawatir. Lagian Tariel, Mikey sama Nathan dapet beasiswa! Kami janji gak akan ngerepotin Kak Zea."

Zea mengernyitkan kening. "Hah? Beasiswa? Emangnya Tariel tahu, apa itu beasiswa?"

Tariel meneguk ludahnya sendiri. Dia lupa, jika Zea memandangnya sebagai bocah berusia lima tahun. Langsung saja, Tariel beralasan, "Tadi ada bapak-bapak yang Tariel bantuin nyari jalan! Bapak itu bilang Tariel pinter, sayang banget kalo gak masuk TK elit! Jadinya dia ngasih undangan beasiswa ini! Dia bilang, dengan ini Tariel bisa sekolah tanpa uang."

Penjelasan Tariel yang terburu-buru membuat Zea tersenyum. "Syukurlah ada yang mau bantu kalian buat masuk TK. Tapi kakak gak tahu, gimana caranya nganterin kali---"

"Kakak gak perlu khawatir! Tenang aja! Bapak itu bilang, kalo sekolahnya punya Bus! Jadi, Tariel dianter jemput sama bus sekolah! Gak perlu takut tersesat, atau terlambat!" jelas Tariel.

Zea mengernyitkan kening, memandang Tariel dengan penuh selidik. Sementara Tariel menahan napas, berharap Zea bisa mengizinkannya masuk TK.

"Please, Kak Zea. Izinin Tariel, please. Bantuin Tariel," pinta Tariel dalam hati.

Zea menarik dan mengeluarkan napas panjang. "Tiga bocah ini, memang beda dari yang lain. Sayang kalo dibiarin aja," gumam Zea.

"Oke! Kakak ngizinin kalian nyoba daftar. Tapi kalo kalian gak diterima, kalian kakak sekolahin di TK dekat panti aja, ya?" balas Zea.

•••

MISERABLE ANGEL [Taki Ni-ki Maki] [END]Where stories live. Discover now