❐⛓07. Satu Menit (2)

280 47 0
                                    

Sebastian berkata, "Sembarangan! Mana ada gelandangan secakep gua!"

Nathan menyindir, "Percuma cakep, tapi dompetnya gak tebel! Nyamar jadi manusia aja, mentok jadi dinas sosial."

Sebastian mengepalkan kedua tangannya. Dia berkata, "Lu ngatain gua? Awas aja!"

"Stop! Jangan berantem dulu! Sekarang, Tariel tahu cara masuk TK elit ini kayak apa!" peringat Tariel.

Mikey mengernyitkan kening, begitu pula dengan Nathan. "Gimana caranya?" tanya Mikey.

Tariel menatap ke ruang operator TK. Dia lalu berkata, "Setelah Tariel amati lebih jelas, ternyata malaikat pembawa rezeki ada di bagian operator aja! Para operator, lagi dibanjiri sama banyak rezeki!"

Mikey menebak, "Pasti banyak anak orang kaya, yang nyuap petugas operator!"

"Enaknya jadi anak orang kaya ya gini. Semuanya serba mudah, tinggal disuap pake cuan aja! Kalo kayak gini, gak perlu susah payah dapetin beasiswa," jelas Mikey.

Nathan terdiam, sembari menatap tajam ke arah Sebastian, berbeda lagi dengan Tariel yang melangkah ke arah satpam. "Om Satpam. Tariel dapet bea... bea... bea... apa ya namanya? Oh itu! Beasiswa buat masuk TK ini, tapi karena telat satu menit... pintu gerbangnya ternyata udah ditutup. Boleh izinin Tariel masuk, buat daftar ulang?"

Permintaan Tariel membuat Nathan berdecak. "Percuma ngemis-ngemis, tanpa bantuan malaikat pembawa rezeki."

Nathan menyilangkan tangan di depa dada, sementara Mikey sendiri langsung berjalan menuju Tariel. Dia ikut menyatukan kedua tangan kecilnya di depan sang satpam, lalu meminta, "Please, bantuin kami, ya. Om Satpam?"

"Kami dari panti asuhan kumuh, tapi kami pengen masuk TK di sini, dan kami gak punya koin sepeser pun," lanjut Mikey.

Berbeda dari apa yang Nathan pikirkan, Satpam di depannya ternyata malah tersentuh dengan ucapan Tariel dan juga Mikey. Tak butuh waktu lama, bagi penjaga gerbang itu membuka gerbangnya lebar-lebar. "Lah? Kok luluh?" tanya Nathan tak percaya.

Pada akhirnya Nathan ikut berterima kasih kepada sang satpam. Begitu pula dengan Sebastian yang telah memulihkan tenaganya. Dia langsung menunjukkan tanda pengenal miliknya, dan mendapatkan izin untuk masuk ke TK.

Nathan bertanya, "Kalo tahu semudah ini caranya, kenapa gak dilakuin dari tadi?"

"Nathan kelamaan mikir sih," ucap Tariel.

Mikey berkata, "Udah-udah, gak usah dipikirin lagi. Sekarang siap-siap tes wawancara dulu!"

Nathan berkata, "Loh? Katanya cuman daftar ulang doang, kok sekarang tiba-tiba ada tes lagi? Gue gak liat tes tertulis di buku informasi."

Mikey menjelaskan, "Emang gak ditulis, tapi katanya udah jadi tradisi. Setiap gerakan kita, diawasi lewat CCTV."

Nathan mendengkus, dan berkata, "Mau masuk TK aja, ribetnya minta ampun."

Tariel menjelaskan, "Gak papa Nathan, paling pertanyaannya gampang. Seputar nama, umur, alamat, orang tua aja."

Sebastian mengeluarkan napas panjang, kemudian mendorong pelan bahu Tariel, dan juga Mikey. "Ayo-ayo jalan dulu ke antrian operator, nanti kita ditikung orang-orang kaya lagi."

"Iya!" jawab Tariel.

Setelah masuk dan melewati tes wawancara, akhirnya Mikey, Tariel dan Nathan selesai juga. Mereka keluar dari TK sembari mengeluarkan napas panjang, begitu pula dengan Sebastian yang mengusap keningnya. "Syukurlah berhasil juga."

"Ternyata pertanyaannya gampang-gampang," ucap Nathan.

Tariel menjawab, "Kan udah Tariel bilang, pertanyaannya emang gampang-gampang."

"Iya, karena lo udah nyontek duluan kan?" tanya Nathan.

Tariel membalas, "Sembarangan! Tariel gak nyontek, tapi sering nemuin pertanyaan kayak gitu pas lagi ngawal anak-anak kecil! Kan Tariel suka deket sama anak-anak!"

"Oh," balas Nathan.

Mikey melirik ke arah Nathan, dan memberitahu, "Sekarang, kita tinggal nunggu pengumuman aja. Katanya, nanti siang baru diumumin."

•••

•••

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
MISERABLE ANGEL [Taki Ni-ki Maki] [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora