❐⛓08. Golongan Iblis(1)

311 53 0
                                    

Karakter baru; Unlock

K andteam as Key

K andteam as Key

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

"Kakak pasti golongan Setan, ya?" tanya Tariel.

Detik demi detik terus bertambah, menjadi menit. Ketika sadar, mulutnya sudah asal bicara. Tariel langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan kecil. Dia melihat Key mengernyitkan kening, Nathan memelototkan mata, lalu Mikey yang terburu-buru melangkah ke arahnya--- walaupun sempat tersandung.

Mikey berkata dengan gagap, "Kak... Kakak! Kakak... g... gak usah dengerin omongan bocah ini. Maklum, Kak! Masih bocah, suka ceplas-ceplos."

Key malah semakin mengernyitkan kening. Begitu juga dengan Nathan yang menepuk jidat. Nathan bergumam, "Malah makin aneh. Ada bocah bilang bocah ke bocah lainnya."

Sebastian tersenyum, dengan mata menyipit. Malaikat itu akhirnya berkata, "Maaf, mulutnya Tariel emang suka ceplas-ceplos. Kebanyakan nonton kartun. Lalu Mikey sendiri, dia sering niru omongan di sekitarnya. Maklum, masa-masa imitasi bocah."

Pemuda yang ada di depan Tariel tak mengatakan apa pun. Dia menatap kosong ke depan, lalu berbalik ke belakang karena seorang petugas kantin memanggil namanya, "Key! Cepet ke sini! Bantu angkatin bahan makanan buat kantin besok!"

"Iya, Bu!" sahut pemuda itu. Tanpa berpamitan, atau melihat ke arah Tariel sedikit saja. Akhirnya pemuda itu pergi, meninggalkan Mikey dan Sebastian yang bernapas lega.

Berbanding terbalik dengan Nathan yang memelototkan mata. Kemudian menggerutu kepada Tariel, "Lo itu bisa mikir gak? Udah tahu kita ini berwujud manusia, bukan malaikat! Kalo mau ngomong aneh-aneh, jangan di depan manusianya langsung!"

Tariel menundukkan kepala, sembari meremas bungkus roti miliknya. Dia berucap, "Maaf."

Sebastian mengeluarkan napas panjang. Dia kemudian berjongkok di depan Tariel, dan berkata, "Sebenernya gak salah juga, kalo Tariel bilang aura Setan manusia itu begitu kuat. Karena, gue juga ngerasa hal sama."

Topik yang dibahas memancing rasa penasaran Mikey. Mikey langsung melirik ke arah pemuda yang sekarang sudah berjalan menjauh. "Dilihat dari penampilannya, dia kayak pemuda nakal. Gue tebak, mungkin usianya 20 tahun ke atas, tapi dia seorang pengangguran, yang cuman bantuin emaknya di kantin ini."

"Pasti banyak Setan yang seneng ngerayu dia," balas Mikey.

"Tapi... tapi... dia baik, kok. Mau bantuin ibunya," celetuk Tariel.

Nathan menyipitkan mata, melihat pemuda bernama Key itu mengangkat satu persatu kardus. Key mendengarkan setiap arahan dengan sabar, tanpa mengelak perintah wanita paruh baya si pengurus kantin. "Kita gak bisa nilai dia, dari sekali pandang aja."

"Apa dia ditempeli arwah hitam, ya?" tanya Mikey.

Ketika para malaikat sedang berpikir, tiba-tiba terdengar bunyi burung gagak. Sebastian melirik ke arah jam tangan hitam miliknya. Dia menarik dan mengeluarkan napas panjang, kemudian berkata, "Ada tugas baru, sepuluh menit lagi. Kalian gak masalah, 'kan? Gua tinggal?"

Nathan menjawab, "Buat kita gak masalah. Lagian kita juga bisa pulang sendiri. Tapi buat pengurus panti? Mereka pasti bertanya-tanya, ke mana dinas sosial yang nganterin kita."

"Mereka juga bakal banyak nanya soal seleksi ini," ucap Nathan.

Sebastian melihat ke arah jarum jam di tangan. "Kalo gak salah, waktu pengumuman seleksi sebentar lagi akan diumumin. Jadi, kalian tunggu dulu di sini. Setelah beres nyelesain misi, gua baru bakalan balik ke sini jemput kalian."

"Oke," jawab Nathan.

Sebelum Sebastian pergi dari pandangan mata, Mikey tiba-tiba menarik jas malaikatnya. Hal itu membuat Sebastian melirik ke arah Mikey, dan bertanya, "Apa lagi?"

"Itu... kami tahu malaikat gak punya banyak duit, tapi kasih kami duit dikit lagi aja... buat beli eskrim," ungkap Mikey.

Sebastian melirik ke arah kantin. Tepat di sana, terdapat berbagai pilihan eskrim dengan toping yang sedang di pandang. Akhirnya Sebastian merogoh sakunya. Dia memberikan satu lembar uang pada masing-masing malaikat. "Cukup gak cukup, cukup-cukupin aja."

Setelah mengatakan hal itu, Sebastian hilang ditelan kabut. Nathan mengernyitkan kening, Mikey tersenyum lebar, dan Tariel meneliti uang di depan matanya. Tariel bertanya, "Apa ini beneran uang asli, ya?"

Mikey tak ambil pusing. Dia kemudian mengajak, "Ayo jajan lagi. Kita harus niru anak-anak yang suka jajan. Biar manusia gak curiga, kalo kita bukan bocah."

Nathan mengangguk, dan Tariel menjawab, "Oke deh, Tariel jadi mau nyobain eskrim rasa cokelatnya."

•••

MISERABLE ANGEL [Taki Ni-ki Maki] [END]Where stories live. Discover now