❐⛓07. Satu Menit (3)

351 48 0
                                    

Mikey melirik ke arah Nathan, dan memberitahu, "Sekarang, kita tinggal nunggu pengumuman aja. Katanya, nanti siang baru diumumin."

"Harusnya kita bisa masuk TK ini, lagian operatornya hormat banget sama Senior. Meskipun Senior gak punya duit, sih," ucap Mikey.

Sebastian menggeleng-gelengkan kepala. Dia lalu berkata, "Kayaknya yang ada di otak kalian ini cuman duit aja. Perlu gue ingetin, kalo malaikat gak butuh duit?"

Mikey menjawab, "Tapi sekarang kami bukan malaikat lagi, melainkan manusia. Wajar aja kalo kami mata duitan, kan? Di bumi ini semuanya butuh uang loh, Senior."

Sebastian menyilangkan tangan di depan dada. Dia berkata, "Serah lu, kalo butuh duit usaha aja sendiri. Kayak si Tar---"

Belum sempat Sebastian menyelesaikan ucapannya, terdengar suara perut berbunyi. Spontan, Mikey melirik ke arah Tariel. Lalu Tariel langsung menggelengkan kepala. "Bukan Tariel, kok! Tapi Nathan, tuh!"

Nathan terdiam sembari memegangi perut kecilnya. Sebastian lalu melirik ke arahnya, dan bertanya, "Lo laper?"

"Iya," jawab Nathan.

"Bilang dong dari tadi, jangan cuman diem-diem aja! Nanti kalo lu pingsan, gua juga yang repot," ucap Sebastian.

Mikey merotasikan mata, lalu berkata, "Tuh, kan! Udah Mikey bilangin dari awal!"

Sebastian lalu mengajak, "Yaudah! Ayo kita pergi ke kantin, sambil nunggu pengumuman!"

Tariel memincingkan mata, dan bertanya, "Malaikat Senior udah punya uang sekarang? Atau... mau ngutang dulu?"

"Tariel gak mau ngutang. Dibanding ngutang, mendingan minta sama rekan malaikat Tariel aja," lanjut Tariel.

"Enggak, ngutang Bocah! Palingan maling doang!" gerutu Sebastian.

Tariel menjawab, "Tapi kan malaikat gak boleh maling."

"Lama-lama gua tendang lu! Banyak banget nanya! Kalo mau makan ikutin gua, kalo enggak duduk di sini tungguin sama pengumuman dimulai!" jelas Sebastian.

Tariel tersenyum, lalu tertawa kecil. Dia berkata, "Malaikat Senior ngomongnya ketus-ketus, tapi ternyata perhatian sama kita, ya."

•••

Ketika sudah sampai di kantin TK, mata Mikey langsung memelotot lebar. Dia menemukan berbagai macam makanan asing, yang baru pertama kali dia lihat. Mikey jadi bertanya-tanya, apakah ini memang benar kantin untuk anak TK, atau sebuah restoran bintang lima.

"Ini kantin TK-nya? Serius? Kita bisa jajan di sini tiap hari?" kata Mikey tak percaya.

Tak beda jauh dari Mikey, Tariel pun ikut melirik satu persatu makanan yang ada. Dia berkata, "Tariel mau yang ini, Tariel mau yang itu. Mau ini itu, mau semuanya pokoknya!"

Sebastian merotasikan matanya, lalu memperingatkan, "Cukup ambil satu yang bikin kenyang aja!"

Nathan ikut merotasikan matanya. Dia berkata, "Percuma punya tempat jajan yang gede, kalo duitnya gak ada."

Tariel menundukkan kepala, lalu berkata, "Tapi Tariel mau semuanya!"

Sebastian memperingati, "Makan-makanan manusia terlalu banyak ini gak baik, apalagi kebanyakan makanan di sini mengandung gula. Lu mau gigi susu lu sakit karena gula berlebih?"

Tariel menggelengkan kepala lalu menjelaskan, "Tapi Tariel gak makan buat Tariel sendiri! Tariel mau banyak, supaya bisa dibagiin sama anak-anak panti!"

Sebastian berkata, "Gak bisa."

Tariel membinarkan matanya, bersiap untuk membujuk Sebastian dengan rengekan. Namun, Sebastian sudah lebih dulu berkata, "Kalo deket sama gue, jangan bersikap kayak bocah. Pokoknya gue kasih satu, ya satu!"

Nathan berkata, "Bilang aja gak punya duit."

"Lu---" Belum sempat Sebastian memarahi Nathan, Nathan sudah lebih dulu berkata, "Senior, beliin kami roti yang gede aja! Cepet, gak pake lama."

Setelah membeli roti untuk ketiga bocah jadi-jadian, Sebastian menarik dan mengeluarkan napas panjang. Berbeda lagi dengan ketiga bocah yang sudah ditraktir, mereka fokus makan, sembari tertawa kecil.

Mikey berkata, "Kasian Senior. Gara-gara uangnya gak cukup, dia cuman bisa beli tiga roti aja. Nathan! Coba kasih senior rotinya dikit aja."

Saran dari Mikey ditolak, dan Mikey langsung berkata, "Gue sama Tariel udah ngasih dikit, sekarang giliran lo."

"Gak," tolak Nathan.

Mikey membalas, "Kayaknya si Nathan udah terbujuk rayuan setan, jadinya dia gak mau berbagi."

"Sembarangan kalo ngomong!" jelas Nathan.

Tariel berhenti mengunyah makanannya. Dia lalu berkata, "Setan? Tariel udah lama gak liat penampakan setan. Ada di mana merek---"

Belum sempat Tariel menyelesaikan ucapannya, dia langsung mengernyitkan kening. Sesosok pemuda pekerja kantin berjalan melewatinya, dengan aura yang aneh. Oleh karena itu, Tariel tanpa sadar berkata, "Wah, auranya kuat banget. Kakak ini pasti golongan Setan, ya?"

••• 

••• 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MISERABLE ANGEL [Taki Ni-ki Maki] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang