⁵⁵Menjaga.

31.6K 2.8K 75
                                    

HAPPY READING🌸
Jangan lupa Vote dan komen.
෴෴෴⁠


Dengan terpaksa Putri Amoure membuka matanya. Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah hidung mancung seseorang layaknya sebuah perosotan. Mancung sekali.

"Aku dengar kau tidak menyentuh makananmu sama sekali. Ada apa?" Putri Amoure mengerutkan alisnya. Haiss, kenapa pria ini bisa tau?

"Aku hanya--- hanya merasa kenyang saja." Jawab putri Amoure dengan cepat. Duke Leysen menghela nafas mendengar jawaban Putri Amoure.

"Baiklah kalau begitu tidu--- kruyukkk---" Duke Leysen mengerutkan alisnya. "Suara ayam jantan dari mana itu?" Gumam Pria itu dengan bingung.

Ingin rasanya Putri Amoure memukul wajah Duke Leysen yang terlihat bingung dengan bantal ditangannya. Itu suara perutku bodoh! Bukan suara ayam jantan!

Kruyukkkk

Duke Leysen menajamkan pendengarannya. Ia lalu mendekatkan telinganya keasal suara.

Kruyuukkkk

Merasa mengerti dengan sumber asal suara ayam jantan itu, Membuat pria itu menggeleng gelengkab sembari terkekeh pelan.

"Rupanya perutmu ya. Aku baru mendengar ada yang berkata tidak lapar. Kenyataanya cacing cacing nakal diperutnya berontak meminta makanan." Malu sekali rasanya. Itulah yang dirasakan Putri Amoure sekarang.

"Tunggulah disini. Aku akan mengambilkan makanan untukmu." Duke Leysen bangkit. Ia lalu menuju dapur Duchy guna mengambilkan makanan untuk istrinya.

Putri Amoure hanya diam membiarkan Pria itu mengambilkan makanan untuknya. Pipi gadis itu memerah karena malu. Untung saja malam ini sangat gelap. Jadi, pipi nya yang memerah tidak akan terlihat karena gelapnya malam.

Sekitar beberapa menit, Duke Leysen kembali dengan makanan ditangannya.

Ia meminta Putri Amoure agar menghabiskan semua makanan itu. Sedangkan pria itu terlihat membaca sesuatu ditangannya.

Tidak ambil Pusing Putri Amoure langsung memakan makanan itu. Salahkan cacing cacing sialan diperutnya yang tidak tau diri! Huh!

Setelah selesai memakan steak di piringnya. Putri Amoure memakan buah plum berwarna ungu tua wadah yang berbeda.

Buah plum itu sangat manis. Ia menyukai tekstur buah plum itu yang terasa lembut namun tidak terlalu lembut. Buah itu masih memiliki tekstur.

Setelah selesai membaca beberapa pekerjaannya, Duke Leysen mendekat kearah Putri Amoure.

"Apa sudah kenyang?" Tanyanya. Putri Amoure menganggukkan Kepalanya sembari memakan buah plum itu. Duke Leysen hanya diam memperhatikan apa yang tengah dilakukan oleh gadisnya.

"Soal ucapanmu tadi---"

"Aku seorang pria normal. Ada saatnya untukku. Namun aku tidak bisa Memaksamu." Putri Amoure menganggukkan kepalanya pelan. Maafkan aku Olivier, aku belum bisa untun sekarang. Aku--- aku belum siap. Entah banyak alasan yang berada dikepala Putri Amoure.

Back to the Past?Where stories live. Discover now