²⁶Aku menyukai nama itu

37.9K 3.2K 30
                                    

HAPPY READING🌸
Jangan lupa Vote dan komen.
෴෴
30vote yukkk, hehe
╬⊰⁠⊹Typo tandain yaa


PRANG!

"ANAK BODOH SIALAN! TIDAK BERGUNA!"

PLAK!

"Ibu sakit! Hiksss, kumohon cukup ibu!"

"Tidak ada kata cukup! Kau membuatku malu Yesen!"

"Hikss ibu, maafkan a-aku.."

"ARGH! DASAR ANAK BODOH!" Yesen bocah itu menangis sembari menatap punggung ibunya yang perlahan menghilang dari arah pandangnya.

Dalam diam bocah itu menangis. Ia memendam semua yang ia rasakan. Ingin rasanya ia berkeluh kesah pada dunia, namun diusianya yang masih muda ia sudah harus berfikir dewasa.

Yesen kecil tau, bahwa ibunya mendapatkan penghianatan dari ayahnya. Maka dari itu, Yesen selalu merelakan dirinya jika dijadikan pelampiasan amarah ibunya.

Ia ingin ibunya berbagi rasa sakit itu padanya. Ia tidak mau ibunya merasakan pedihnya dunia sendirian.

Ia muak! Muak sangat! Namun ia tidak bisa membenci ibunya. Hanya wanita itulah keluarganya saat ini. Ayahnya bahkan tidak pernah mengunjunginya beberapa tahun silam.

"Ibu,, aku tau apa yang ibu rasakan. S-selagi ibu ada didunia bersamaku, maka aku rela menjadi pelampiasanmu ibu." Gumam Yesen kecil.

Masa kecilnya memang sudah direnggut untuk menjadi dewasa, namun ia bangga jika bisa membuat ibunya senang.

Namun, kenapa ia sering gagal soal akademik? Kenapa? Kenapa ia tidak bisa membuat ibunya selalu bangga karena nilainya? Kenapa?

Ia mau ia selalu mendapatkan nilai tertinggi dan mendapatkan kebahagiaan untuk ibunya. Walaupun hanya senyum tipis yang ia dapatkan, namun Yesen senang! Setidaknya ibunya selalu menghargai hasil jerih payahnya.

Tangan kecil Yesen mengambil buku disebelahnya. Ia meringis pelan merasakan perihnya pipi bagian kanannya. Pipinya terasa amat perih, pasalnya bekas tamparan yang diberikan ibunya.

"T-tuan muda? Ada apa dengan----"

"Aku tidak apa. Kembalilah."

"Tetapi---"

"Kembalilah aku tidak apa!" Tatapan teduh bocah kecil yang belum berusia 5 tahun itu berubah menjadi dingin tak tersentuh.

Wanita yang sudah mengurusi sosok tuan mudanya meneteskan air mata tanpa bersuara. Ia merasa kasihan pada tuan mudanya. Ia ingin membawa pergi bocah jelek itu, namun ia bukanlah siapa siapa.
•••

Kini Yesen memasuki perpustakaan pribadinya sembari membawa buku tebal ditangan kanannya. Walaupun ia merasa mati rasa dipipinya, namun ia menepis semua perasaan sakit itu. Yang terpenting sekarang, ia harus belajar!

Tangan kecilnya membolak balik lembaran kertas yang ada ditangannya. Membaca satu persatu kata demi jata dengan teliti.

Back to the Past?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora