⁵⁷Ruang kerja.

31.9K 2.8K 85
                                    

HAPPY READING🌸
Jangan lupa Vote dan komen.
෴෴෴⁠ 


"Aku harus kabur! Yaa! Bagaimanapun caranya. Aku harus---"

"Kau terlambat adik."

"Kau!"

Putri Hana terlihat menatap kesal kearah suara. Bagaimana bisa dia ada disini? Bukankah seharusnya dia berlatih bersama pasukan hitam?

"Apa? Kau terkejut aku berada disini?" Ya dia adalah Pangeran ketiga. Pangeran Allan, kakak kandung Putri Hana.

"Tentu saja aku kesini atas perintah ayah." Ayah? Oh siall! Apakah mereka semua sudah ada disini? Batin putri Hana bertanya tanya.

"Tenang saja, wahai adik. Ayah belum tiba dikekaisaran ini. Kau pasti bertanya, bagaimana bisa aku tiba lebih dulu dari Ayah dan ibu bukan?"
Pangeran Allan berjalan mendekat agar lebih dekat dengan Putri Hana.

Didekat adiknya itu, Pangeran tampan itu terlihat menatap kesana kemari. Ia lalu meneliti pempilan adiknya. "Baiklah, aku akan menjawab pertanyaanmu." Ucapnya.

"Aku menaikki kuda, belum lagi tempatku berlatih berada cukup dekat dengan perbatasan. Makannya aku tiba lebih dulu dari rombongan Ayah."

"And than, menurutku kau harus siap siap adik." Putri Hana mengepalkan tangannya. Kenapa kakaknya tidak membelanya yang jelas jelas adiknya?!

"Kenapa kau tidak pernah membelaku?! Aku ini adikmu. Dia hanyalah saudara angkatmu Allan!" Pangeran Allan mengangguk dengan tenang.

"Aku tau itu, Hana. Namun, aku merasa membelamu tidak akan berguna. Walaupun kau adikku, dan darahku mengalir didarahmu, tetapi aku tidak bisa menerimamu." Ucapnya dengan lirih diakhir kata.

Putri Hana mengepalkan tangannya. "Lalu kenapa kau membela Amoure?! Seharusnya kau lebih membencinya Allan!" Wajah Putri Hana memerah karena kesal dan marah. Sialan sekali kakak kandungnya ini!

"Ouh tentu saja, itu berbeda untuk Kakak perempuan. Aku menyayanginya lebih dari menyayangi diriku sendiri." Jawab Pangeran Allan sembari memandang kearah luar.

Walaupun Putri Amoure bersikap dingin padanya saat menginjak usia dewasa, namun dahulu saat keduanya masih kanak kanak, putri Amoure selalu membantunya. Yah, jarang si. Namun ia senang akan semua itu.

Padahal, Allan berharap adiknya yang akan membelanya ketika dia disalahkan atas apa yang bukan kesalahannya. Namun nyatanya, kakak perempuannya lah yang membelanya.

"Menjijikan!" Putri Hana berdecih sembari menatap Pangeran Allan sinis. Pangeran Allan mengangkat sebelah alisnya yang mana membuat kadar ketampanannya meningkat.

"HAHAHA, Oh adikku sayang. Mana yang lebih menjijikan dengan mencintai suami kakakmu sendiri hugh? Belum lagi ingin menjebak suami kakaknya lagi,"

"Haduhh, aku sih malu." Setelah mengatakan hal itu Pangeran Allan perlahan berjalan mundur. Ia tertawa pelan melihat wajah Putri Hana yang menahan amarah.

Dari lubuk hatinya, Pangeran Allan menyayangi adiknya Hana. Hanya saja, sikapnya yang bertopeng tebal membuat Pangeran Allan jijik. Pangeran Allan mengetahui semua kedok Permaisuri dan Permata kekaisaran. Ya, ia mengetahuinya.

Hanya saja dia bungkam. Jangan lupakan bahwa keduanya adalah keluarga pria itu. Ia masih menganggap ikatan persaudaraan mereka. Makannya tidak ia bongkar.

Biarkanlah lambat laun pasti bau bangkainya akan tercium. Itu pasti!

"Satu hal yang harus kau tau, Hana. Walaupun aku bukan Putra mahkota, namun aku berbekal ilmu tentang hukum penghukum."

Back to the Past?जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें