Bab. 23

66 19 13
                                    

Nata melepaskan pelukannya dari tubuh Qiara, lalu Qiara pun berbalik menatap Nata.

"Abang lagi bercanda kan?"

Qiara berharap Nata hanya sedang bergurau, tapi ternyata Nata menggelengkan kepalanya.

"Gue enggak lagi bercanda ... gue beneran suka sama lo Qiara. Gue pengen terus ada di samping lo dan bisa jagain lo."

Qiara sontak terdiam, dia tak tahu harus menjawab apa. Dia memang merasa nyaman di dekat Nata, tapi dia hanya menganggap Nata sebatas saudara.

"Lo enggak harus jawab sekarang kok Qia." Nata maju lalu menggenggam tangan Qiara. Laki-laki itu tersenyum hingga lesung pipitnya terlihat. "Kalau pun lo enggak punya rasa sama gue. Tolong beri gue kesempatan buat buktiin seberapa besar perasaan gue ke lo."

"Kalau setelah itu lo masih belum punya rasa, gue akan terima apapun keputusan lo."

"Abang, gue ...."

Nata mengerti dengan sikap Qiara, dia pun kembali memundurkan langkahnya menjauh dari Qiara. Dia melihat ke arah langit di luar jendela. "Qia, kayaknya hujannya udah reda deh. Gue pulang dulu ya."

"Ah, ok Bang ...."

Nata menyambar dompet dan ponselnya yang ada di atas meja, lalu melangkah cepat ke arah pintu, tapi dia kembali berbalik menatap Qiara yang mematung di tempatnya. "Besok ada pemakaman Malika. Lo bisa kasih jawabannya setelah acara itu."

Qiara mengangguk, lalu Nata pun menghilang dari pandangannya.

Qiara memijit keningnya, dia sungguh bingung harus bersikap apa terhadap Nata. Jika dengan Tara dia bisa langsung  jujur, tapi tidak dengan Nata. Qiara tak tega menyakiti hati sebaik Nata. Apalagi saat ini Qiara juga belum tahu pasti apakah Ian memiliki rasa yang sama dengan dirinya.

"Haruskah gue beri kesempatan buat Nata?"

......

Keesokan harinya sesuai ucapan Nata semua mahasiswa kampus yang mengenal Malika datang menghadiri acara pemakaman. Malika di makamkan di samping kuburan neneknya. Isak tangis dari pihak keluarga mewarnai pemakaman. Tentu saja hati orang tua mana yang tak sakit melihat putrinya meninggal dengan cara yang tak berperikemanusiaan. Setelah dilecehkan dia dibunuh dengan sadis dan dibiarkan membusuk dalam waktu yang lama.

Qiara menaburkan bunga di atas makan Malika dia turut mendoakan Malika, dan dia juga sudah memaafkan semua salah dan sikap Malika yang semasa hidup selalu menyakitinya.

Lika gue udah maafin semua kesalahan lo. Gue harap lo bisa tenang di alam sana.

Ian, Nata, Jimmy, Yudhist bahkan Tara pun hadir di pemakaman tersebut. Tak ada senyum menghiasi wajah mereka semua. Bahkan Jimmy begitu begitu terlihat terpukul. Laki-laki itu terus meneteskan air matanya dari awal prosesi dimasukannya peti jenazah Malika hingga ditutupnya kuburan tersebut.

Bahkan dia enggan pergi dari kuburan tersebut, padahal keluarga Malik sendiri sudah pergi sedari tadi.

"Sayang ayo pulang. Yang lain nungguin kita." Keyza membujuk Jimmy, tapi laki-laki itu malah menggeleng dan memeluk gundukan tanah di depannya.

"Aku masih mau disini Key, kalian pulang aja duluan."

Keyza menggeleng tak percaya dengan sikap Jimmy, sikap Jimmy sungguh membuat hatinya bertanya-tanya.

Aku tahu kamu dan Malika sudah berteman sedari lama, tapi menurutku terlalu berlebihan jika kamu merasa begitu kehilangan dan sesakit ini Jimmy. Apalagi di samping kamu ada aku, pacar kamu.

Keyza kemudian menatap Ian, dan memperhatikan Ian yang tak meneteskan air mata sedikit pun. Ian saja yang notebenenya adalah pacar Malika. Dia tak sesedih itu. Sebenarnya ada apa di antara kamu dan Malika?

Qiara, My Stepsister (TERBIT)Where stories live. Discover now