Bab. 15

73 15 5
                                    

Beberapa hari kemudian

Cklek!

Ian membuka pintu kamarnya sembari menguap lebar. Seketika dia menutup mulutnya saat menyadari bahwa ada sosok Qiara yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya seraya berpangku tangan.

"Pagi Ian," sapa Qiara seraya memamerkan giginya yang rapi.

"Pa-pagi, lo ngapain diam di depan kamar gue?"

"Gue disuruh bangunin lo, tapi gue kan dilarang masuk ke dalam kamar."

Ian lantas mengamati penampilan Qiara dari atas hingga bawah. "Penampilan lo kok rapi banget. Ini kan hari Minggu, lo mau pergi kemana?"

"Kita mau liburan ke Lembang Ian." sahut Ibu Lisa yang muncul dari belakang Qiara.

"Kok Ian enggak dikasih tahu. Ian kan belum siap-siap Mi." Ian mendadak merajuk, bibirnya jadi mengerucut seperti anak kecil yang tak diberi jajan.

"Ya, kamu tinggal mandi sekarang. Apa perlu Mami mandiin kamu kayak kemarin-kemarin pas kamu malas mandi?"

Ian mengibaskan tangannya. "Ih, Mami jangan nyebar hoax deh. Ian ini udah gede enggak mungkin dimandiin sama Mami."

Qiara tertawa kecil mendengar semua itu. Dia tak menyangka bahwa dibalik mukanya yang kadang gahar Ian benar-benar seperti anak kecil saat di hadapan ibunya.

"Ih, lo jangan percaya ... jangan ngetawain gue juga!" ucap Ian kepada Qiara yang menertawakanya.

Ian mencoba menutupi pipinya yang mulai memerah karena menahan malu.

"Ya udah cepat mandi. Apa kamu mau ditinggal di sini sendirian?" ucap Ibu Lisa Kemabli seraya berkacak pinggang.

"Ya udah tungguin 5 menit, Ian mau mandi dulu."

Tanpa basa-basi Ian punmasuk kembali ke kamarnya.

Qiara tertawa. "Mandi apaan 5 menit? Dia pasti enggak sabunan ya Mi."

"Kalau kata orang tua Mami itu namanya mandi ular, cuma pake air enggak sabunan."

Qiara dan Ibu Lisa sama-sama menertawakan kebiasaan Ian yang tenyata punya kebiasaan mandi dengan kilat. Setelah puas tertawa keduanya pun beranjak dari depan Kamar Ian karena harus mempersiapkan hal lainnya sebelum berangkat ke luar kota.

.....

Sesuai ucapannya setelah 5 menit Ian pun keluar dari kamarnya dengan penampilan yang sudah rapi dan wangi. Dia juga sudah membawa tas selendang kecil yang berisi ponsel dan dompetnya.

"Ayo berangkat, udah siap nih!" ajak Ian seraya melangkah ke teras. Tempat semua orang menunggunya.

"Loh, Nata ikut juga?" tanya Ian saat melihat Nata sudah berpakaian ala pantai.

"Kenapa nanya begitu? Emang gue enggak boleh ikut?"

"Boleh kok boleh, woles kali. Btw lembang itu dingin tau. Ngapain lo pake baju ala pantai?"

"Lah, kok ke Lembang. Bukannya kita mau ke Pantai Pangandaran."

Ibu Lisa menepuk jidatnya. "Kita mau ke  Lembang, rencana ke pantainya enggak jadi soalnya ombak di sana lagi kurang bersahabat. Maaf Tante lupa ngasih tau kamu."

"Aduh salah kostum kalau begini, mesti ganti baju lagi nih."

Ian menarik tangan Nata. "Udah Lo enggak usah ganti baju. Nanti lama lagi."

"Yok, kita berangkat Mi."

Keluarga itu pun naik satu persatu ke dalam mobil milik Ibu Lisa. Ibu Lisa dan Pak Saka duduk di kursi depan. Sementara Ian, Nata, dan Qiara duduk di belakang.

Qiara, My Stepsister (TERBIT)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora