Bab 9

150 32 29
                                    

Ian memecah jalanan di tengah hujan yang semakin deras. Alam seolah ikut bersedih sama seperti apa yang tengah Ian rasakan. Ian sedih dan kecewa ... bukan pada orang lain, tapi kepada dirinya sendiri yang belum bisa berdamai dengan luka di masa lalu.

Apakah gue memang udah keterlaluan? Enggak seharusnya gue bikin Mami kecewa! Enggak seharusnya gue bikin Mami sedih!

Pemikiran itu terus berputar dalam kepala Ian bersamaan dengan laju motornya yang terus melaju di atas aspal.

Haruskah gue kembali, dan meminta maaf sama mereka semua?

Ian menggeleng saat memikirkan niatnya itu. Dia bertekad tak ingin terlihat lemah di hadapan Qiara. Dia juga mencoba meyakinkan dirinya bahwa apa yang sudah dia lakukan adalah tindakan yang benar. Ya, dia merasa sudah benar memarahi Pak Saka yang memang hanya membuat hidup sang ibu terbebani.

"Gue enggak perlu minta maaf! Gue juga enggak akan balik ke rumah sebelum Mami yang minta!" Ian berteriak lantang di tengah guyuran hujan yang semakin deras.

Karena sudah memutuskan seperti itu dia tak mungkin kembali ke rumahnya. Kini Ian hanya punya satu tempat tujuan, yaitu apartemen Malika. Ian mengarahkan motor besarnya menuju apartemen Malika yang ada di pusat kota. Malika tinggal seorang diri karena kedua orangtuanya sudah pindah ke kota asalnya yaitu Jogjakarta. Namun, karena terlalu lama tinggal di ibukota Malika jadi tak bisa berlogat Jawa sama sekali.

Ian tiba di parkiran apartemen tempat Malika tinggal. Dengan keadaan yang basah kuyup Ian melangkah turun dari motornya, lalu berjalan menuju pintu masuk apartemen.

Namun, sebelum masuk tiba-tiba Ian tak sengaja melihat Malika sedang dipapah oleh Yudhist, anak The Dragon.

"Dia ngapain di sini? Sama cewek gue lagi?"

Tanpa menunggu, Ian menghampiri Yudhist, dan keduanya terlihat kaget melihat kedatangan Ian.

"Ian ...," ucap Malika.

Malika langsung menjauh dari Yudhist, dan Yudhist juga nampak ingin menjelaskan sesuatu. Tapi sebelum sempat berbicara apa pun Ian sudah memukul wajah Yudhist hingga tubuhnya terjatuh.

Bugh!

"Ian!" Malika berteriak seraya menutup mulutnya.

Ian mengarahkan telunjuknya ke arah Malika. "Kamu selingkuh di belakang aku Lika? Kamu selingkuh sama cowok cupu ini?"

"Hei, lo jangan nuduh gue sembarangan!" teriak Yudhist mencoba membela diri.

Yudhist berdiri seraya menyeka cairan merah yang keluar dari sisi bibirnya yang sobek.

"Lo tuh jangan main pukul sembarangan! Ini enggak seperti yang lo pikir."

Ian maju ke hadapan Yudhist dan tak segan mencengkram baju yang dikenakan Yudhist. "Lo pikir gue bego! Lo barusan main rangkul cewek gue. Kalau bukan pacaran kenapa mesti ngerakul segala?"

Yudhist mendorong tubuh Ian. "Lo tuh bisa enggak sih menyelesaikan masalah enggak pakai otot?"

"Enggak semua masalah harus diselesaikan pakai adu jotos!"

"Bacot lo!" teriak Ian. "Ngaku aja lo selingkuh kan sama cewek gue?"

Yudhist berdecak lalu menggeleng. "Udah gue bilang gue enggak selingkuh sama cewek lo! Gue justru udah nolong cewek lo!"

"Nolong apaan?"

"Tanya aja sama cewek lo sendiri!" Yudhist melirikkan matanya ke arah Malika yang nampak basah kuyup dari atas hingga bawah, dan Ian baru sadar kalau penampilan Malika begitu tak karuan. Riasan wajahnya nampak berantakan. Perempuan yang tertutupi jaket itu nampak habis menangis.

Qiara, My Stepsister (TERBIT)Where stories live. Discover now