Bab. 16

71 16 10
                                    

"Ian bangun, kita udah sampai di Lembang."

Ian mengerjapkan matamya saat Qiara mengguncang tangannya. Sepertinya dia tak sadar sudah memejamkan mata saat sedang berkelut dengan pikirannya sendiri.

"Serius udah nyampe?" tanya Ian dengan suara yang sedikit parau.

"Iya, tuh kita udah nyampe Vila," jawab Ibu Lisa seraya menunjuk bangunan di depan mereka.

"Kok Vila? Kita bukannya mau ke tempat wisata?"

"Kita istirahat dulu Ian, Dada Papah sedikit terasa sakit."

Pak Saka menatap Ian. "Maaf ya, gara-gara Papah kita enggak bisa langsung ke tempat yang kamu mau."

"Enggak apa-apa Pah, yang terpenting Papah bisa istirahat dulu sekarang," jawab Ian seraya memamerkan senyum yang tulus  .

"Ya udah ayo turun semuanya, jangan lupa perlengkapan kalian dibawa."

"Husein, Jimmy kalau mau ganti baju untuk sementara kalian pinjam dulu aja baju Ian atau Nata ya." Tambah Ibu Lisa.

"Siap Tante nanti kita pinjam baju mereka," sahut Jimmy yang begitu bersemangat.

Semua turun dari mobil dan mulai mengeluarkan barang bawaan yang ada di bagasi.

"Sini biar Abang bantu bawain," ucap Nata saat Qiara hendak mengangkat sebuah tas yang cukup besar.

"Enggak usah Bang, gue bisa sendiri."

"Ih, udah sama Abang aja ini berat tau."

Nata memaksa Qiara mengerahkan tas besar itu. Namun, Ian mendahuluimya.

"Gue aja yang bawa ini, lo bawa yang lain aja Nat, dan lo Qia lebih baik masuk ke dalam. Biar bawa barang-barang begini urusan kita para lelaki," ucap Ian seraya membusungkan dan menepuk dadanya.

"Ok, ya udah gue bantu yang di dalam aja deh."

Qiara pun meninggalkan Nata dan Ian. Kedua laki-laki itu bekerjasama memindahkan barang yang mereka bawa. Ian tak habis pikir dengan pikiran ibunya. Mau pergi berlibur hanya beberapa hari tapi barang yang dibawa sangat banyak seperti akan menginap berbulan-bulan.

Sementara Ian dan Nata bekerja, Husein dan Jimmy malah sedang asyik mengagumi pemandangan di sekitar vila.

"Woy bantuin! Malah asyik-asyikan aja disitu!" Ian berteriak kepada Husein dan Jimmy, tetapi yang dipanggil tak menoleh sama sekali.

"Eh, ini kotak apaan Ian?" tanya Nata saat melihat sebuah kotak berwarna hitam yang dihiasi pita ungu.

"Simpan jangan sentuh! Itu kado buat Qiara." Ian membuang wajahnya, dia tak ingin Nata menyadari akan perubahan sikapnya.

Namun, tenyata Nata mulai curiga. Dia begitu sudah mengenal Ian sedari dalam kandungan. Menurutnya sikap Ian ada yang berbeda kali ini.

Apa jangan-jangan Ian mulai tertarik sama Qiara?

"Kenapa enggak lo kasihin kadonya dari kemarin?"

"Kelupaan, dan belum ada waktu yang pas," jawab Ian seraya memindahkan barang ke dalam.

"Oh, begitu."

....

"Ah, akhirnya beres." Ian mengecek bagasi dan ternyata yang tersisa tinggal kotak hadiah miliknya untuk Qiara.

Ian menatap kotak yang kini dipegangnya. "Enaknya gue kasihin kapan ya kado ini?"

Ian yang temgah fokus berpikir tak menyadari bahwa Qiara datang dari belakang punggungnya.

Qiara, My Stepsister (TERBIT)Where stories live. Discover now