Bab. 4

155 42 6
                                    

Nata menahan tangan Ian. "Cukup Ian! Lo mau bikin nyokap lo malu?"

"Mereka duluan yang cari gara-gara sama gue, Nata! Gue enggak bisa diam aja kalau lihat cewek gue difitnah dan  dikasarin begini!"

"Qiara enggak fitnah, Ian. Gue lihat kok kalau Malika memang sengaja numpahin minumannya ke baju Qiara," bela Nata.

Wajah Malika berubah pucat, tetapi dia masih berusaha mengelak. "Lo pasti salah lihat Nata! Gue enggak mungkin numpahin minuman ke baju Qiara secara sengaja."

"Mau bukti?" tanya Nata seraya memperlihatkan video di layar ponselnya.

Video yang memperlihatkan detik-detik kejadian sesungguhnya, dan jelas sekali kalau Malika memang merencanakan untuk menumpahkan minumannya ke kebaya putih yang dikenakan Qiara.

Ian menatap Malika, dan dia merasa malu. Tanpa bicara apa pun Ian menarik Malika dari hadapan Qiara.

Tara menatap Nata, dan laki-laki berkacamata itu balas menatap Tara dengan tatapan tajam seperti biasa.

"Lo pikir gue bakal bilang makasih sama lo karena lo udah nolong Qiara? Jangan pernah ngimpi lo!"

Nata hanya tersenyum hingga lesung pipitny terlihat. "Haha gue enggak mengharap kata terima kasih kok dari lo. Gue nolong Qiara karena dia memang enggak salah."

"Oh, iya gue cuma minta sama lo jangan coba-coba mancing emosi Ian hari ini! Gue enggak mau hari bahagia tante gue rusak cuma gara-gara orang seperti lo!"

Setelah berkata seperti itu Nata pun meninggalkan keduanya. Hingga tak dia duga Qiara mengikutinya ke balkon hotel, lalu berdiri di sampingnya.

Qiara menyapa Nata lalu menyunggingkan senyumnya yang manis. "Makasih ya Nata karena udah nolongin gue tadi."

Nata mengangguk seraya mengalihkan pandangannya. "Iya sama-sama. Gue nolong lo karena kita kan udah jadi saudara sekarang."

"Ah, iya lo benar. Lo berarti sekarang udah resmi jadi sepupu gue."

"Iya sepupu dan nanti kita bertetangga juga."

Qiara mengangguk-anggukkan kepalanya sambil melihat ke arah depan. Dia tak menyadari bahwa Nata sesekali mengamatinya.

"Qia,"

"Iya, kenapa?"

"Selamat datang di keluarga tante gue. Kalau Ian kurang welcome lo harap maklum ya," ucap Nata.

Qiara menghela nafas. "Iya gue ngerti kok. Sebenarnya gue juga masih belum bisa nerima pernikahan ini. Tetapi gue pengen lihat ayah gue bahagia. Setahun belakangan ini ayah gue berubah jadi ceria, dan ternyata penyebabnya adalah kehadiran Mami Lisa."

"Jadi walaupun Mami Lisa itu maminya Ian, cowok yang musuhin gue. Gue akan berusaha menerimanya dan gue juga akan mencoba memperbaiki hubungan dengan Ian."

Nata tersenyum, dia tak menyangka selain memliki paras yang cantik ternyata Qiara memiliki hati yang baik dan bijak. Jadi tak salah jika memang selama ini Nata tak pernah ikut membenci Qiara.

Nata terus berbincang berbagai hal dengan Qiara hingga lama kelamaan udara mulai terasa lebih dingin dan dia menyadari bahwa Qiara hanya memakai kebaya tipis.

Nata melepas jas yang dikenakannya dan menyampirkan di bahu Qiara. "Nih, pakai jas gue udaranya dingin."

Qiara tertawa kecil. "Ih, Nata ternyata lo bisa romantis juga ya."

"Romantis apaan sih, gue cuma enggak tega lihat lo kedinginan," bantah Nata sambil menutupi wajahnya yang memerah.

"Haha ok, makasih ya Abang."

Qiara, My Stepsister (TERBIT)Where stories live. Discover now