Bab. 21

72 16 11
                                    

Suara sirene terdengar menjauh. Tapi masih banyak orang yang berkerumun di sekitar Qiara. Dalam sekejap para mahasiswa berkumpul di area parkiran. Mereka ingin tahu apa yang sebenarnya telah terjadi.

Kasak kusuk terdengar mereka mulai membicarakan peristiwa penangkapan Ian dan juga kematian Malika. Ada yang percaya bahwa Ian memang pelakunya, ada pula yang tak percaya.

"Enggak mungkin kalau Ian yang udah ngebunuh Malika, mereka kan selalu mesra banget," ucap salah satu orang yang ada di sekitar Qiara.

"Iya kemarin-kemarin mesra tuh, tapi kan tiba-tiba mereka merenggang setelah ada rumor kalau Malika di p*****a Yudhist.  Bisa aja gara-gara itu si Ian sakit hati dan habisin si Malika." Balas yang lainnya berpendapat.

Qiara mencoba abai dengan semua argumen para netizen yang sok tahu dan maha benar. Dia memilih tak peduli dan berbalik pergi, tetapi saat dia berbalik, dia tak sengaja bertabrakan dengan Nata. Benturan yang keras membuat dirinya terjatuh ke belakang.

"Ah, sorry Dek. Lo enggak apa-apa kan?" tanya Nata sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Qiara berdiri.

"Gue enggak apa-apa kok Bang."

"Sorry gue beneran lagi buru-buru jadi enggak merhatiin jalan."

Nata mengedarkan pandangannya ke sekeliling dengan raut yang penuh kekhawatiran.

"Lo nyari apa Bang?"

Nata menatap Qiara. "Gue denger berita dari anak lain katanya Ian di datangi polisi. Lo tahu sekarang Ian kemana?"

"Iya tadi Ian disamperin polisi di sini. Sekarang dia udah dibawa sama polisi bang."

"Astagfirullah!" Nata menyugar rambutnya. "Gue harus susul Ian sekarang. Gue yakin Ian enggak mungkin melakukan hal sekejam itu."

"Lo mau ikut ke kantor polisi?" tanya Nata kepada Qiara.

Qiara menggeleng. "Enggak Bang, gue masih ada kuliah."

"Gue duluan ya Bang." Dengan cepat Qiara melangkah dari tempatnya. Dia benar-benar tak ingin terlibat dengan Ian yang kini dibencinya.

Namun, tiba-tiba perempuan itu terhenti saat mendengar percakapan Nata dengan seseorang melalu teleponnya.

"Halo Bik Jum, ada apa?"

"Apa!" Nata berteriak membuat Qiara menoleh ke arahnya.

"Ok, aku sekarang bakal. Kalau bisa Bibik panggil dokter Farhan dulu aja ke rumah."

Dr. Farhan? Kalau enggak salah itu dokter pribadi keluarganya Ian.

Apa Mami sakit?

Karena penasaran Qiara pun menghampiri Nata yang hendak pergi. Dia menahan lengan laki-laki itu.

"Bang, tunggu."

"Ada apa Dek?"

"Si-siapa yang sakit? Tadi aku enggak sengaja dengar percakapan Abang."

"Apa Mami Lisa yang sakit?"

Nata mengangguk. "Iya Dek, Tante Lisa pingsan katanya setelah dapat telepon dari kepolisian perihal Ian."

"Gue mesti pulang sekarang."

"Gu-gue ikut Bang." Qiata menawarkan diri untuk ikut serta dengan Nata. Walaupun dia membenci Ian, tapi dia tak tega mendengar bahwa keadaan Ibu Lisa sedang tak baik-baik saja.

"Ya udah ayo Dek."

......

Kediaman Ian.

Bik Jum menyambut kedatangan Qiara dan Nata dengan wajah panik.

Qiara, My Stepsister (TERBIT)Where stories live. Discover now