thirty nine

21 4 0
                                    

Happy reading for yu!!!

...





"Loh raina mana?," tanya randi yang baru saja tiba dengan semangkuk bakso yang berada di tangannya.

Aca menoleh pada randi lalu mengidikkan bahunya

"ke kelas," celetuk mika

"kenapa?"

"bikin tugas," sahut gio

"dia enggak makan dulu?"

"udah kenyang katanya," randi pun mengerutkan keningnya lalu hanya mengangguk saja dan kembali menatap aletta yang juga sedang menatapnya, dengan tersenyum randi pun memberikkan semangkuk bakso itu pada aletta.

Saat sedang menikmati makanan mereka, tanpa disengaja aca melihat gibran yang sedang berjalan ke arah mereka sepertinya, dan... betul saja gibran duduk tepat di hadapnnya dengan anya yang sedang memesan makanan.

Posisi ini yang aca tidak sukai, mika yang paham pun segera berganti tempat duduk dengan aca hingga sekarang ia bertatapan dengan gio, merasa ditatap gio pun menaikkan sebelah alisnya pada aca seperti bertanya ada apa, lalu aca hanya menggelengkan kepala

"apa kabar?," tanya gibran yang tertuju pada aca

"baik," gibran tersenyum manis membuat aca rindu pada senyuman itu, biasanya ia selalu melihatnya bahkan bisa dibilang setiap hari, tapi semenjak kejadian itu keduanya sama sama seperti orang yang asing ya walaupun masih ada rasa diantara keduanya.

Tak lama itu anya datang dengan membawa makanan dan minuman di tangannya, ia menatap aca dengan tatapan menyeringai, namun bukan aca namanya jika harus memperdulikan orang

"ini sayang. kenapa kita duduk disini sih?"

"enggak apa apa. gue pengen bareng temen gue, kalo lo nggak mau di tempat lain," anya hanya cemberut

"kamu makan aku suapin ya sayang," tanpa perlawanan dari gibran, ia membuka mulutnya saat anya menyuapi dirinya membuat aca yang melihatnya menjadi tak karuan dengan tangan yang sudah ia kepal

"astaga kenapa gue jadi gini sih," batin aca menggebu gebu.

Kesal karna melihat hal yang membuatnya tak nyaman aca pun segera beranjak pergi meninggalkan mereka tanpa kata kata apapun lagi.
Mika yang sadar jika temannya itu kesal pun segera mengikuti langkahnya begitu juga dengan aletta yang dengan cepat berlari menyusul mika.

"Pasti dia iri karna aku bisa pacaran sama kamu, iya kan sayang?," tak ada respon apapun dari gibran, yang ada ia malah melihat pundak aca yang berlari menjauh, randi yang mendengar itu pun menjadi tertawa terbahak bahak

"anya anya lo tu kalo ngomong ya bener bener dulu!," anya mengernyitkan keningnya

"kenapa?," tanyanya bingung

"sebelum lo pacaran sama gibran, udah aca duluan kali, jadi kenapa dia mesti iri sama lo kan udah bekas hahaha," anya menghembuskan napas kasar

"tapi gibran cintanya sama gue!," ucap anya lantang

"kalo bukan bokap dia yang maksa mungkin gibran juga nggak mau kali sama lo!," memang benar, gibran dipaksa oleh papanya karna anya adalah anak dari teman dekat sang papa sehingga mereka harus dijodohkan, jika gibran menolak semua fasilitas miliknya disita oleh orang tuanya bahkan ia akan dijamin oleh papanya jika tak akan ada orang yang mau menerimanya untuk bekerja.

"udah lah cabut!," seru gio yang diangguki oleh randi, mereka berdua pun pergi meninggalkan gibran dengan anya.

***


Bel masuk telah berbunyi pertanda pelajaran akan dilanjutkan kembali, seorang guru masuk ke dalam kelas, kali ini mata pelajaran mereka adalah agama islam.

Setelah menjelaskan mereka diminta untuk mengisi soal yang ada di buku paket, kelas pun mendadak menjadi hening tak ada yang bersuara hingga dengan berbisik bisik raina pun bertanya pada aca

"ca," aca menoleh

"heumm?"

"isi nomer 3 apa?," aca pun langsung membacanya lalu ia kembali melihat raina

"malaikat jibril menerima wahyu," raina melebarkan bola matanya

"bukannya zakat ya?," sontak aca langsung menahan tawanya

"lo pikir malaikat jibril fakir miskin apa hah?," bisik aca seraya menahan tawa sedangkan raina menggaruk garuk keningnya sambil menyengir

"hehe gue kira, maaf ya tuhan," aca hanya menggeleng gelengkan kepalanya tak habis pikir.

Tak berselang lama jam pulang pun tiba, waktunya mereka pulang kerumah masing masing, kali ini mika akan pulang bersama dengan alva dan kebetulan mereka akan ke bandara untuk menjemput kedua sepupunya yang telah lama tak pulang.

Selama di perjalanan tak ada yang membuka suara, hingga setelah menempuh waktu yang lumayan lama mereka pun tiba di bandara.

Hal pertama yang mereka lihat adalah dimana kedua sepupunya itu seperti orang gila, bagaimana tidak, pasalnya keduanya sama sama sibuk dengan kegiatan masing masing, ratu yang duduk di atas koper sembari melihat orang yang lewat, sedangkan gevan yang berjongkok dengan tangan yang memegang handphone membuat mika dan alva tak habis pikir pada keduanya.

"Disini nggak ada kursi ya kak?," tanya alva, mika menggelengkan kepalanya

"gue rasa nggak ada deh," keduanya pun turun dari mobil dan segera menghampiri ratu dan gevan

"kalian nggak bisa duduk ya?," celetuk mika membuat ratu dan gevan beralih menoleh padanya

"astaga lama banget sih kalian, panas nih gue," kesal ratu

"kalo mau cepet kenapa nggak naik taksi aja kak ratu?!," ratu menatap mika sinis lalu beralih pada kembarannya itu

"noh tanya sama dia!," gevan mengernyitkan keningnya

"hemat duit," mika tak habis pikir lagi pada gevan,bisa bisanya dia bilang hemat duit padahal ia sangat kaya, definisi menyusahkan orang lain dengan cara lembut

"udah cape cape pulang sekolah terus disuruh jemput lo pada lagi!"

"nggak ikhlas lo?!!"

"nggak!!," alva yang melihat sang kakak akan berperang pun malah melenggang pergi bersama gevan, biarlah mereka berdua punya dunianya sendiri.






Tau nggak???...

Sama sih gue juga nggak tau😭😭

See yu next part and Bye bye

Tbc

Mikayla [ On GOING ]Kde žijí příběhy. Začni objevovat