Moonlight'15

387 82 12
                                    

💫💫💫

Shanghai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Shanghai

Sapuan awan putih tipis menutup sebagian langit sore itu. Hembusan angin menggoyangkan pucuk pohon, menyegarkan bagi para pejalan kaki yang kembali dari pekerjaan mereka menuju rumah masing-masing. Xiao Zhan salah satu dari segelintir orang yang menaiki bis kota, duduk termangu di kursi samping jendela. Mata beningnya memperhatikan setiap hal yang terlewati, namun pikirannya sama sekali tidak ada di tempat.

Satu minggu berlalu tanpa ada kabar sedikit pun dari Wang Yibo, dan hal itu menimbulkan tanda tanya di hati Xiao Zhan. Namun yang lebih menyiksa dari itu, ia harus mengakui kalau hatinya merindukan Wang Yibo. Ia kehilangan, dan dilanda kesepian tanpa kehadiran Yibo di sisinya.

Seperti biasanya, ia turun di halte, berjalan menuju apartemen dan melakukan hal-hal rutin lainnya yang membosankan. Terkadang ia merasa sangat lelah, hanya ingin berbaring dan tertidur tanpa melakukan apa-apa lagi, terlebih dengan hati dan pikiran yang galau seperti sekarang. Semangat hidupnya seperti ikut redup semenjak kepergian Wang Yibo.

Xiao Zhan merebahkan diri pada sofa, membiarkan gorden yang biasa menutup dinding kaca masih tergulung di satu sisi. Matanya terpejam, meluruskan kaki dan punggung yang terasa pegal. Ia berusaha rileks untuk mengurangi rasa penat yang melanda setiap harinya. Kesadarannya hampir terbang sewaktu suara ponsel yang ia letakkan di atas meja tiba-tiba berbunyi. Dengan malas ia menoleh, malas-malasan berusaha untuk menjangkau ponsel. Pandangannya yang mulai sayu berusaha membaca nomor tak dikenal yang masuk.

Nomor luar negeri.

Keningnya berkerut. Selain ia tidak pernah mengangkat nomor tanpa nama, kode yang muncul dan memperlihatkan nomor luar semakin membuatnya bingung. Karena merasa tidak ada kepentingan dengan nomor tersebut, Xiao Zhan membiarkan ponselnya terus berbunyi hingga akhirnya berhenti sendiri. Ia hendak menyimpan benda itu ketika bunyi panggilan dari seberang kembali masuk. Nomor yang sama.

“Sebenarnya siapa? Aku tidak memiliki teman di luar China,” gumamnya. Masih ragu-ragu untuk menerima panggilan. Tetapi ponselnya terus berdering. Bahkan setelah panggilan kedua berhenti, panggilan ketiga kembali menyusul.

“Apakah penting? Dia sampai tak berhenti menelepon,” ia bergumam lagi. Menimbang dengan benak dipenuhi berbagai dugaan. Akhirnya Xiao Zhan bangun, duduk bersandar dan memilih untuk menerima hubungan jarak jauh. Meski diliputi keraguan, perlahan ia mendekatkan ponsel ke telinga.

“Halo...” ia menyapa dengan suara pelan.

“Hai... Akhirnya kau mengangkat teleponku.”

Suara di seberang terdengar ceria. Xiao Zhan bahkan seperti bisa melihat senyuman bahagia pada seseorang di seberang sana. Sebenarnya ia bisa saja menangkap ciri khas dari suara yang terdengar, namun karena kebingungan yang melanda membuatnya menghiraukan hal tersebut.

𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐚𝐭 𝐓𝐡𝐞 𝓜𝓸𝓸𝓷𝓵𝓲𝓰𝓱𝓽Where stories live. Discover now