Moonlight 3'

558 109 12
                                    

💫💫💫

Love at The Moonlight 🌕

Sore itu, Xiao Zhan tergesa-gesa untuk segera tiba di apartemen

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Sore itu, Xiao Zhan tergesa-gesa untuk segera tiba di apartemen. Ia memasuki pintu unitnya tepat jam tujuh kurang lima belas menit. Setelah menggantungkan tas dan blazer pada stand-hanger, ia mengganti alas kaki dengan sandal khusus dan melewati foyer menuju ruangan tamu. Satu set sofa minimalis warna cokelat berbahan kain terdapat di tengah-tengah, menghadap satu televisi layar datar yang diletakkan di atas meja panjang. Ada satu vas cantik pada satu meja bulat di sudut ruangan, berisi bunga Peony dan bunga Matahari yang menjadi perpaduan cantik. Lampu tidur tinggi mengisi sudut lainnya dan memendarkan sinarnya yang lembut menerangi ruang tamu yang gelap.

Xiao Zhan menekan saklar, menjadikan ruang tamunya terang benderang. Ia duduk pada sofa, meraih remote dan menyalakan televisi. Ia membuka channel hiburan dan matanya cemerlang oleh semangat karena konser artis yang ia nantikan sudah mulai tayang. Tetapi tayangan itu masih memperlihatkan penampilan artis lain dan Xiao Zhan menggunakan kesempatan itu untuk beranjak sejenak dari ruang tamu. Ia melangkah menuju dapur, mengambil air minum dan memilih camilan dari lemari makanan. Ia pun memutuskan menyeduh kopi untuk menemaninya menonton konser sang idola.

Malam itu, Xiao Zhan tidak beranjak dari sofa dan terus menyaksikan konser. Matanya selalu berbinar setiap kali Aaron tampil di atas panggung, terlihat tampan dan bersinar dalam balutan yang terus berganti-ganti. Wajah tampan itu terlihat berkeringat sewaktu di zoom dan Xiao Zhan hanya bisa memandangi melalui layar kecil. Ia membayangkan, seandainya bertemu langsung dengan sosok tampan itu, apa yang akan terjadi pada dirinya. Mungkin saja ia tak mampu berkata-kata karena kekagumannya terhadap Aaron.

“Andai aku mendapat tiket VIP. Aku bisa melihatnya dari jarak dekat, tetapi harganya melebihi budget-ku,” keluh Xiao Zhan. Ia melupakan tentang konser kedua yang mungkin akan digelar lagi seperti perkataam Zhuocheng. Fokusnya terlalu kuat pada konser hingga ia bahkan tidak menyiapkan makan malam seperti biasanya. Ia hanya terus mengisi perut oleh biskuit dan kopi.

“Kenapa dia tampan sekali? Sepertinya hanya impian di siang bolong untuk bisa berdekatan dengan sosok seperti dia,” Xiao Zhan mengeluh lagi. Ia menyesap kopi sambil tak lepas dari memelototi layar televisi.

Ketika cairan kopi dalam cangkirnya tandas, konser itu pun berakhir dan Xiao Zhan terhempas lemas pada sofa. Meski konser itu berlangsung cukup lama, namun ia merasa tidak puas karena masih menginginkan melihat pemuda tampan itu dari dekat. Berusaha menyadarkan diri, Xiao Zhan bangun dari sofa, dan membiarkan televisi itu tetap menyala sewaktu ia berjalan masuk ke dalam kamar. Beberapa menit berlalu, ia kembali keluar kamar setelah mandi dan berganti pakaian. Sesaat ia berdiri di dekat pintu, memiringkan kepala ketika samar-samar mendengar nada dering ponsel miliknya.

“Ponselku...” gumam Xiao Zhan dan teringat kalau ponselnya masih di dalam tas hitam yang selalu ia bawa ke tempat kerja.

Ia mendengar nada dering itu semakin nyaring ketika sudah berada di dekat stand-hanger. Ia memeriksa isi tas, mendapati satu panggilan yang masih berbunyi.

𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐚𝐭 𝐓𝐡𝐞 𝓜𝓸𝓸𝓷𝓵𝓲𝓰𝓱𝓽Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon