51 - The Calm

7 2 0
                                    

Sisa dari hari itu aku habiskan bersama Grant untuk entah apa saja. Kami bertukar banyak hal yang entah bagaimana cukup memberiku ketenangan di tengah kekacauan yang sedang terjadi – dan kemungkinan akan lebih besar lagi di masa depan.

Dia bercerita hal lain mengenai nama yang dia berikan untukku—yang mana ternyata Issabella adalah nama dari mendiang anak perempuannya; dan dogtag yang dia buat untukku.

Aku juga bercerita mengenai perjalananku ketika memulai seluruh cerita ini: bagaimana hubunganku dengan Vallery, Papi, dan bahkan Logan; juga apa yang aku lakukan dengan informasi mengenai kepingan flashdrive kepada Anonymous dan Guardian.

Selain itu, kami melakukan beberapa penelitian kecil mengenai diriku yang masih Grant pertanyakan, seperti: apakah tubuhku memang benar-benar kebal terhadap radiasi; apakah regenerasi tubuhku yang jauh lebih baik dari manusia biasa; apakah dari semua manipulasi dan modifikasi DNA akan mempengaruhi masa hidupku; dan lain sebagainya – kalian tahulah...

Namun sayangnya, aku tidak bisa mendapatkan hasil dari penelitian kecil itu secara instan.

Pada malam di hari yang sama, Alison meneleponku (akhirnya). Tetapi telepon kali ini bukan kabar baik yang aku tunggu. Dia mengabarkan bahwa Jenderal Peyton meminta kedatanganku – dan tentu saja, Alison tidak bisa memberi tahu detailnya padaku.

Aku sebenarnya membuat keputusan yang cukup sulit untuk meninggalkan Grant di labnya. Bagaimana pun juga, dia mungkin adalah orang yang "mengetahui" seluruh informasi yang aku perlukan. Hanya saja, hal yang mendesak ini diyakinkan oleh Grant bahwa dia tidak akan ke mana-mana hingga aku kembali. Dia bahkan meminjamiku kendaraannya jika mesin tua itu masih menyala. Ingat, kan, kalau aku kemari mengendarai van milik Kuma dan meninggalkan Mustang di Macerian? Untungnya kendaraan tua yang disebutkan oleh Grant adalah mobil listrik dengan panel surya di atapnya, dan masih berfungsi dengan baik.

Esok paginya, aku langsung berangkat menuju Hillsword.

~ O r i g i n s ~

Aku disambut oleh Alison setiba di Hillsword. Ada cukup banyak Para Guardian yang berlalu-lalang di sekitar markas, dan rasanya terlihat cukup penting karena ada beberapa alat berat yang dibawa.

"Kau mau menjelaskan sesuatu padaku?" sambutku. "Mengenai kenapa jenderal ini ingin menemuiku lagi? Apa yang dia inginkan lagi setelah koordinat-koordinat itu?"

"Lebih buruk," timpalnya, lalu mempercepat langkah kaki jenjang miliknya di bawah sepatu berhak setinggi beberapa senti. "Kau mungkin sudah membuat keputusan yang salah dengan memberinya apa yang dia mau secara sekaligus."

Tentu saja. Jenderal gila mana yang tidak senang jika diberikan sesuatu yang merupakan obsesinya? Dan aku akui, itu memang kesalahanku karena terlalu naif memberikan porsi yang sama dengan Anonymous. Bagaimanapun juga, Peyton Ross adalah orang sinting yang akan melakukan apa saja untuk mendapatkan segala keinginannya. Bagaimana aku bisa melupakan hal penting itu? Bodohnya aku.

"Uh, menurutmu apa yang harus kulakukan?"

Alison menengok ke belakang dan menunjukkan kernyit lebar di dahinya, kemudian menaikkan kembali kacamatanya yang melorot. "Aku tidak tahu? Mungkin kau bisa menuruti apa yang dia inginkan? Pikirkan sendiri. Kau lebih tahu situasi yang sedang kau hadapi."

"Itu saja?"

"Kau mau apa lagi?" ujarnya dengan risih. "Cukup turuti perkataannya untuk mengulur waktu."

"Baiklah ... itu tidak membantu sama sekali," gerutuku dengan nada yang tidak kalah risih.

Kami berjalan ke ruangan penuh lorong, koridor dan beberapa aula besar maupun kecil. Hingga pada akhirnya, kami sampai di depan ruangan yang sama. Alison dengan sigap mengetuk pintu ganda di hadapannya, lalu membukanya.

Dengan begitu, muncullah sosok jenderal sinting di balik pintu itu – terduduk di singgasana palsu yang memberinya kekuatan semu. Aku selalu benci seringai licik yang dia perlihatkan seolah itulah bagaimana rupa wajah aslinya.

Alison masuk terlebih dahulu dan memberinya hormat kecil yang membuatku muak. "Jenderal, Issabella Allister sesuai permintaan anda," katanya seolah menyiratkan aku adalah tumbal sebuah ritual.

"Silakan duduk, Nona Allister," sambutnya dengan riang sambil menunjuk kursi tunggal di seberang mejanya yang berbentuk melengkung. Aku langsung duduk sembari menahan sungging bibirku selama hal itu berlangsung. Sementara itu, Alison hanya berdiri tidak jauh dari tempatku.

"Jadi, ada keperluan apa Anda memanggil saya?" tanyaku spontan. Jujur saja, aku ingin ini cepat selesai.

Dia tersenyum, "Begini, Nona Allister ... aku tahu bahwa kau sudah menjalankan kewajibanmu dengan kontribusi besar yang kau berikan beberapa minggu lalu," dia memulai, "Namun masalahnya terletak pada jumlah koordinat dari kepingan yang kau berikan pada kami."

Berani-beraninya dia berkata seperti itu. Enam koordinat yang kuberikan seharusnya sudah bisa menutupi sepuluh tahun waktu kerja kalian Para Guardian untuk mencari kepingan itu.

"Maaf? Tidak semuanya?" timpalku seolah aku tidak mengerti yang dia maksud. Namun sialnya, aku lupa bahwa responsku ini bertolak belakang dengan apa yang berusaha untuk Alison katakan padaku beberapa saat lalu.

"—Nona Allister!" dia menginterupsi dengan tiba-tiba dan menggebrak meja seraya menggunakan jarinya untuk menunjuk ke arahku, wajahnya langsung berubah seutuhnya seperti sedang murka. Aku kaget bukan main dengan reaksinya. "Jangan main-main denganku," lanjutnya dengan geram. "Aku tahu kau memiliki koordinat untuk sisa kepingan lainnya. Dan yang aku maksud dengan sisa ... adalah 14 lainnya. Jangan kau kira aku tidak tahu bahwa jumlah kepingan itu ada 24." Dia menarik kembali tubuhnya ke tempat semula, begitu juga dengan ekspresinya yang kini tenang. "Jadi, Nona Allister—biar aku tegaskan sekali lagi, mengapa kau tidak memberi semua koordinatnya padaku?"

Aku sempat melirik ke arah Alison yang berdiri di sebelahku, namun dia justru terlihat seperti patung yang tidak mempunyai ekspresi. Gawat, aku harus memberinya solusi agar aku tidak dibunuh di tempat.

"Saya ... sedang mengerjakannya."

Untung saja, aku memiliki dua kepingan di sakuku. Satu yang kuperoleh dari Grant malam itu; dan satu lagi yang kami peroleh di Rover Garden. Dan jika Vallery pernah mengatakan bahwa kepingan yang pernah kami temukan di Rover Garden adalah kepingan utamanya, maka kepingan yang kuperoleh dari Grant kemarin bukan sesuatu yang lebih penting dari yang lainnya.

Secara perlahan, aku meraih kepingan tersebut di saku celanaku. "Namun aku sudah berhasil menemukan satu lagi," kataku sambil menyodorkan kepingan tersebut – yang di mana aku harap bisa sedikit mengulur waktuku sebelum dia meminta koordinat yang lain atau bahkan kepingan yang aku miliki. "Saya akan memberi anda koordinat yang lainnya dalam waktu dekat setelah hacker kami bisa meretasnya seperti sebelum-sebelumnya."

Tatapannya beralih dariku menuju kepingan yang baru aku sodorkan di mejanya, lalu meraihnya dengan mudah menggunakan jemarinya. "Hmm, baiklah, aku tahu kalian tidak hanya berdiam diri saja," katanya menimbang-nimbang. "Aku akan memberimu waktu tiga hari."

Aku rasa penawaranku justru membuatku makin terpuruk, pikirku. Namun bagaimanapun juga, tiga hari seharusnya adalah waktu yang bisa kumanfaatkan.

"Saya mengerti," balasku dengan singkat.

"Bagus kalau kau sudah mengerti," dia mengangguk-angguk, lalu menambahkan, "Tiga hari. Dan aku sendiri yang akan menghubungimu. Jika kau gagal, maka aku punya dua pilihan untukmu: aku bisa membunuhmu sendiri dengan tanganku; atau kau mengikuti proses hukum yang dimiliki oleh Guardian. Untuk catatan, aku punya banyak pelanggaran untuk itu."

Aku menelan ludah. Alison langsung menyenggol lenganku yang berarti kami sudah selesai. Aku buru-buru berdiri dan berjalan keluar mengikuti Alison. Tanganku gemetar dan tidak kunjung mereda, seolah memiliki pikiran sendiri. Jenderal itu memang sinting, dan ini lebih sinting lagi.

Aku tidak mau membuang waktu lagi. Aku langsung menuju tempat di mana aku memarkir kendaraanku tanpa berkata apa pun kepada Alison – yang demikian juga dengan dirinya yang tidak mengatakan apa pun. Aku rasa dia tahu betapa terpojoknya aku dan tidak bisa membantu sedikit pun.

Aku tidak tahu pastinya, namun segala hal yang kulakukan hari ini seperti merupakan firasat buruk atau bom waktu yang hanya menunggu untuk meledak. Dan hal itu benar-benar terjadi ketika aku kembali ke lab milik Grant, dia sudah tidak ada. Ke mana perginya orang itu?

OriginsWhere stories live. Discover now