30 - New POV

18 4 0
                                    

 "Terserah padamu. Aku tidak punya hak untuk melarangmu. Dan kami juga tidak punya niatan untuk melarangmu kembali pada Anonymous," tegasku pada Logan.

Kami bertiga berunding sedikit setelah Raven pergi tanpa rasa bersalah atau sedikitnya rasa hormat. Logan bahkan baru saja menonaktifkan diri dari Anonymous karena tidak ingin terlibat lebih jauh dengan mereka, dan kini mereka memintanya kembali karena ada sebuah kejadian yang baru saja terjadi.

Dan kau tahu apa yang lebih anehnya? Logan sepertinya tidak berusaha menolak permintaan atau sekadar memberi jarak pada Anonymous ketika mereka datang kembali padanya. Aku benci cara berpikirnya.

Sementara itu, Vallery hanya diam sembari tangannya bersedekap. Dia tidak ingin, atau tidak mau mengomentari pembicaraan mengenai pilihannya. Dia sebelumnya sudah mengatakan bahwa aku tidak bisa mempercayainya juga, jadi aku tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan sekarang.

Tidak ada kelanjutan mengenai pembicaraan ini. Setidaknya hening hingga Logan menyelesaikan makanannya dan izin pada kami untuk pergi terlebih dahulu. Sepertinya dia sudah memutuskan dengan cepat.

"Kalau begitu, aku akan menemui Raven dulu. Nanti akan kukabari."

Logan berlalu dengan cepat, mendapat respons dari Vallery berupa bahunya yang terangkat dan aku yang berpura-pura berkutat dengan sisa makananku. Aku yakin dia menyadari ketidaksetujuan kami atas keputusannya. Namun mungkin dia punya alasan bagus lain dalam pikirannya sehingga memutuskan untuk kembali bergabung.

"Kau tahu bahwa dia brengsek, kan?" cetus Vallery dengan tiba-tiba. Aku langsung mendongak dan menatap ekspresi wajahnya yang entah mengapa lebih terlihat kesal daripada—yang seharusnya—aku. "Kita—maksudku, kau! Kau bisa saja tidak memperbolehkannya untuk kembali bergabung dengan Anonymous. Kau sendiri mendengar apa yang dia katakan tentang pandangannya mengenai kepercayaan soal kelompok-kelompok organisasi itu, dan sekarang dia menelan ludahnya sendiri dengan cara bergabung kembali dengan Anonymous."

Aku tidak menjawab dan hanya memberi anggukan lemah yang entah dia menyadarinya atau tidak, lalu mengangkat bahuku. "Mungkin dia punya alasannya sendiri. Atau setidaknya ada sesuatu yang ingin dia lakukan tetapi belum bisa memberitahu kita."

"Oh, jadi sekarang kau membela Logan. Tidak dapat dipercaya!" dia kemudian berdiri dan enyah dari tatapanku.

Bagus, dia juga pergi. Aku memutuskan untuk duduk bersandar dan mendongakkan kepalaku ke langit-langit kafetaria. Aku merasa kenyang, namun ini perasaan kenyang yang berbeda dari biasanya. Seperti, kenyang yang lebih segar. Ketika kau berada di luar untuk waktu yang lama, lalu mengalami perubahan yang signifikan dengan seketika, pasti akan ada sesuatu yang kau sadari.

Tidak lama kemudian Logan kembali. Lebih cepat dari dugaanku.

"Bagaimana?" sambutku dengan singkat, menarik kepalaku agar dapat melihatnya yang hendak duduk di kursi yang sama seperti tadi.

Dia memberiku kartu kosong yang tembus pandang, lalu menyodorkan pergelangan tangannya.

"Hmm?"

"Coba pegang kartu itu di atas pergelangan tanganku."

Aku hanya melakukan yang dia suruh, dan secepat ketika kartu itu kuletakkan di atas pergelangan tangannya, kartu yang seharusnya tembus pandang itu berubah mengedap dan berubah menjadi tanda pengenal yang menurutku terlalu rancu dan membingungkan.

"Oh, sekarang mereka menanamkan sebuah chip di dalam pergelangan tanganmu?" dia mengangguk. "Dan kau sekarang sudah resmi menjadi bagian dari Anonymous, lagi. Dan sepertinya kali ini lebih resmi, hmm?" Dia mengangguk lagi untuk kedua kalinya. "Cepat sekali, seperti sudah kau rencanakan saja," tambahku dengan sinis.

OriginsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang