15 - Nightcrawler

25 4 1
                                    

Perjalanan ini terasa seperti tidak ada habisnya. Aku sudah tidak bisa menghitung berapa ratus kilometer kami melewati padang tandus ini, dan Logan sepertinya juga tidak khawatir. Tepat saat tengah malam, kami akhirnya berhenti di sebuah kota kecil yang terbengkalai. Satu hal yang terasa sedikit aneh adalah, semakin jauh kami menuju ke Borderlands, radiasinya justru semakin sedikit. Kami berhenti di sini bukan tanpa alasan, karena petunjuk yang Logan ikuti berakhir di tempat ini, juga bertepatan dengan itu, kami melihat adanya lampu sorot di kejauhan.

"Kurasa gedung ini cukup tinggi untuk memindai seluruh kota." Logan mendongak ke atas seperti dapat melihat dengan jelas apa yang ada di sana. Sedangkan aku masih tidak dapat melihat apa pun selain warna hitam yang diselingi titik-titik putih yang muncul dan menghilang secara bergantian.

"Aku jadi semakin iri dengan organ synth-mu," protesku datar dan ikut mendongak berulang kali, namun tetap tidak dapat melihat apa pun kecuali gelapnya malam. "Gedung ini aman?" tanyaku melanjutkan, "maksudku, sepertinya gedung ini benar-benar ingin runtuh saja," ralatku dengan cepat.

Logan menatapku dan kembali mendongak untuk sesaat, dan kemudian membalikkan tubuhnya ke belakang di mana lampu sorot itu terlihat. "Kurasa aman..." ucapnya enteng.

"Kurasa?" aku mengernyit mengulangi satu kata spesifik itu dan tidak terkesan sama sekali oleh jawabannya. Untuk ukuran organ synth yang dapat dia manfaatkan, jawaban yang dia berikan setidaknya bisa lebih jelas.

"Ya, aku yakin gedung ini kosong." Dia lantas beralih padaku. "Ayo kita cek."

Kami bertiga naik ke atas gedung berlantai delapan ini. Cukup tinggi untuk rata-rata gedung di sekitar sini yang sekitar empat atau lima lantai. Vallery masih diam saja karena rasa kantuknya yang mungkin belum habis, berbeda denganku yang tidak bisa tidur karena semakin dekat dengan apa yang sedang kami cari.

Setelah sampai di lantai tertinggi, Vallery malah mencari tempat untuk menuntaskan tidurnya. "Nanti bilang saja kalau butuh sesuatu," gumamnya sebelum menyamankan posisinya dan tertidur begitu nyenyak. Di sini cukup hangat, mungkin itu yang membuat dirinya bisa tidur tanpa merasa khawatir sedikit pun.

Logan terlihat mondar-mandir dan mengecek setiap ruangan yang ada di sekitar sini. Di ruangan yang terletak di ujung, dia menemukan sebuah tangga yang sepertinya menuju ke atap. "Kau mau ikut ke atap?" ajaknya. "Atau kau mau di sini saja? Sepertinya kau kedinginan."

Aku menggeleng. "Vallery tidak akan bangun sampai tidurnya tuntas. Jadi..."

"Kalau begitu terserah padamu saja."

Aku kemudian mengikutinya ke atap dan angin yang cukup hebat menerpa ketika aku berdiri, aku langsung berlindung di balik tembok setinggi satu meter yang mengelilingi gedung. Dinginnya cukup menggelikan meski aku sudah membalut tubuhku dengan jaket yang cukup tebal. Logan hanya memandangku dengan seringai geli ketika aku mencoba menghangatkan diri dengan cara sedikit berjoget dan menggesekkan tangan sembari sesekali meniupnya.

"Kau terlihat menggelikan, kau tahu itu?" dia kemudian beralih ke arah di mana lampu sorot itu berasal. "Baiklah, apa yang kita dapat di sini." Logan mengeluarkan teropong kecil dari saku celananya, tepat di bawah Glock-nya yang bergelantungan di pinggang.

"Persetan dengan pendapatmu, Logan." Saat ini aku lebih mementingkan bagaimana cara untuk dapat menghangatkan diri daripada menggubris pendapat Logan. "Apa menurutmu Papi ada di sana?" aku mengintip dari balik celah lubang di tembok dan berusaha melihat apa pun yang dilihat oleh Logan.

Logan melirikku sejenak dan lanjut meneropong. "Sepertinya di pusat kota ini ada sebuah benteng," ujarnya tidak begitu yakin. "Arah lampu sorot itu berasal dari sana. Coba lihat." Dia memberiku teropong kecilnya dan kini aku bisa melihat bagaimana bentuk kota ini lebih jelas.

OriginsWhere stories live. Discover now