27 - Dog

7 3 0
                                    

Dua orang itu kini ada di hadapan kami. Mereka berdiri dengan tatapan dingin yang sangat tenang. Rasanya ngeri mengetahui mereka melakukan itu setelah semua hal yang baru saja terjadi. Tetapi pertanyaan yang lebih tepat adalah, kenapa mereka bisa tahu kami ada di sini?

"Hai lagi," ucap perempuan itu. Cahaya yang cukup terang dari lampu kendaraannya membuatku dapat melihat sebuah memar samar yang tercetak di wajahnya. Itu pasti ulah dari pukulanku tadi. Dia berjalan seolah tidak ada senjata yang menodongnya, kemudian mendekati bagian belakang Mustang.

Benar, ada sesuatu yang mereka tembakkan pada mobil selain peluru. Melupakan sebuah peluru pelacak seperti itu adalah hal yang cukup sepele. Perempuan itu menarik sebuah peluru yang kelihatannya menembus cukup dalam di besi tua mobil.

"Ini adalah sebuah pelacak yang aku tembakkan ke mobilmu," dia melemparkan peluru yang sudah sedikit tidak berbentuk itu kepadaku. Aku menangkapnya, kemudian dua pistol tertodong ke arahku ditambah dengan senapan mesin yang mencuat di atas kendaraannya. "Sekarang, serahkan benda yang kau ambil tadi kepadaku, atau kalian akan hancur menjadi kepingan-kepingan tidak berharga."

Hollow itu masih berada di sebelah pintu kendaraannya, revolver besar miliknya diacungkan lurus ke kepalaku. Satu tembakan darinya pasti akan menghancurkan kepalaku ke seluruh lantai beton parkiran ini.

Jantungku mulai berdetak dengan cepat lagi. Otot-ototku kembali menegang. Aku menodongkan pistolku tanpa arah yang menentu. Walau salah satu dari kami bisa saja menembak dulu, tetapi aku tidak yakin akan selamat karena senapan mesin itu pasti akan menghabisi kami sebelum kami dapat menembakkan peluru kedua.

"Bagian dari Bexley yang mana yang terbaik?" pertanyaan dari Logan membuatku menoleh ke arahnya.

"Apa kau bercanda? Tentu saja East Bexley," ucap perempuan itu dengan spontan. Kemudian mengalihkan arah pistolnya ke Logan sembari mengernyitkan dahinya seolah tersadar akan sesuatu tentang pertanyaan Logan. "Tunggu dulu, apa katamu barusan?" nadanya berubah seketika, seolah menyadari sesuatu.

"Bagian dari Bexley yang mana yang terbaik?" Logan mengulangi. Dia maju hingga berada satu langkah di depanku.

"Kau dari Anonymous?"

Logan lantas menurunkan pistolnya. "Jadi memang benar. Itu artinya kau juga."

Entahlah, untuk satu waktu, aku bingung apakah ini sebuah kebetulan yang tepat waktu atau hanya adegan anti-klimaks. Meski keadaannya sudah tidak lebih tegang, namun adrenalin masih enggan menenang. Aku bisa merasakan darahku mengalir deras. Tubuhku menolak hal ini. Aku menggeleng heran dengan apa yang terjadi.

"Apa yang terjadi?" tanyaku tanpa mengerti apa yang sedang terjadi.

Tidak ada yang menjawab, dan yang dilakukan oleh Logan hanyalah mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sepertinya sebuah kartu. Dan melemparkannya pada perempuan itu.

Setelah dilihat untuk sejenak waktu, perempuan itu melemparkan kartu itu kembali pada Logan. Sekarang perempuan itu terlihat lebih tenang, lalu mengisyaratkan teman Hollow-nya yang untuk menurunkan revolvernya, lalu senapan yang mencuat kini sudah kembali masuk ke dalam van.

"L," ucap perempuan itu. "Aku selalu bertanya-tanya kapan aku bisa bertemu denganmu. Dan di sinilah kita, bertemu secara kebetulan di momen yang tidak terduga."

Mereka berdua saling melangkah untuk mengeliminasi jarak antara mereka. Ketika sudah saling tatap dengan jarak yang dekat, mereka bersalaman.

"Logan Hunt. Divisi Jokers."

"Ah, Jokers, pantas saja aku tidak pernah melihatmu," perempuan itu seolah menjadi orang lain yang lebih ramah. "Kuma Kanagi. Divisi Tech." Salam mereka berlalu dengan cepat, tetapi sepertinya meninggalkan sebuah kesan yang tidak kumengerti. "Hollow yang di sana adalah Xavier."

OriginsWhere stories live. Discover now