BAB 65

249 21 5
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit



Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.



Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!



***



Karena sekarang mereka sudah memiliki rumah sendiri, Elvan bisa lebih fokus mencari pekerjaan. Elvan tidak pilih-pilih, ia memasukkan lamaran kerja ke semua jenis pekerjaan. Namun, jika ada lamaran kerjanya yang diterima sesuai keahliannya, maka ia akan memilih pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

Walaupun sibuk mengirim lamaran kerja berbagai perusahaan, Elvan masih memperhatikan Satya. Bagaimanapun Satya adalah prioritas utamanya. Apalagi Satya tidak pernah mau makan jika bukan makanan yang sudah ia makan lebih dulu.

Hal itu membuat Elvan mengkhawatirkan Satya jika dirinya keluar rumah. Pernah sekali dirinya benar-benar lupa hingga membuat Satya tidak makan selama sehari penuh karena dirinya lupa mengenai Satya yang tidak pernah mau makan jika bukan makanan yang sudah ia makan.

Saat itu adalah hari pertama dirinya mengirim lamaran pekerjaan. Dan sejak saat itu, Elvan selalu pulang ke rumah sebelum tengah hari untuk makan siang bersama dengan Satya dan membuatkannya susu. Serta tidak lupa ia juga meminum air mineral di botol besar dan meninggalkannya untuk Satya supaya suaminya itu bisa minum saat dirinya tidak ada di rumah. Meskipun merepotkan, tetapi Elvan menikmatinya.

Selain itu, karena Satya yang selalu mual setiap pagi karena mencium bau tubuhnya, Elvan selalu bangun lebih awal untuk mandi dan membuatkan sarapan bersama Bi Astri.

"Sayang, ayo minum susunya dulu." Elvan meletakkan susu yang baru saja ia buat di hadapan Satya yang asyik menonton televisi.

Tanpa membantah, Satya langsung meminum habis susunya.

"Bagaimana, Van? Sudah ada panggilan?" Satya menatap Elvan yang duduk di sampingnya dengan tangan yang merangkul bahunya.

"Belum." Sudah hampir dua minggu ia memasukkan berkas lamarannya, tetapi masih belum ada satu pun panggilan dari perusahaan-perusahaan itu.

"Semoga saja kamu dapat pekerjaan yang sesuai dengan keahlianmu," doa Satya tulus.

"Semoga saja. Terima kasih untuk doanya, Sayang." Elvan mencium pipi Satya.

"Apa setelah ini kamu mau keluar lagi untuk memasukkan lamaran kerja?" Satya meletakkan kepalanya di bahu Elvan.

"Hm! Kamu ingin apa? Nanti akan aku belikan saat pulang."

"Nggak pingin apa-apa."

"Nanti kalau tiba-tiba kamu menginginkan sesuatu, kamu telepon aku, ya." Elvan mengingatkan yang dijawab Satya dengan anggukan kepala dan gumaman.

"Van?"

"Hm? Ada apa, Sayang?" Elvan mencium kepala Satya. Sesekali mengelus kepalanya.

"Aku boleh kerja nggak?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 09 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Where stories live. Discover now