BAB 17

222 26 1
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit


Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.



Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!


***



Elvan merasa tidurnya terganggu ketika merasakan seseorang mengelus kepalanya. Namun entah kenapa Elvan merasa tubuhnya terasa sulit untuk digerakkan. Elvan tiba-tiba membuka mata ketika menyadari ia harus bangun untuk menyiapkan sarapan.

Pertama kali yang Elvan lihat saat membuka mata adalah senyum Satya yang selalu berhasil membuat Elvan terpesona sebelum akhirnya terdengar suara Satya yang menyapa indra pendengarannya. "Selamat pagi, Van."

"Pagi," balas Elvan dengan suara serak. Kening Elvan berkerut. Tidak biasanya Satya sudah bangun pagi-pagi sekali. "Kok tumben kamu sudah bangun, Sat?" Jam berapa sekarang?"

"Sekarang sudah jam enam," ujar Satya.

"Ya ampun!" seru Elvan terkejut dan refleks terduduk dari tidurnya hingga membuat Satya terkejut dan ikut duduk dari baringannya.

"Ada apa?" tanya Satya heran.

"Aku kesiangan," panik Elvan. Mungkin karena ia kelelahan sehingga bangun lebih lambat dari biasanya. "Aku akan mandi dulu, setelah itu kita makan di luar."

Elvan mengecup kening Satya terlebih dahulu sebelum meninggalkan kasur untuk bergegas mandi.

"Nggak perlu," ujar Satya sambil tersenyum, membuat Elvan menghentikan gerakannya. "Aku sudah memasak untuk sarapan kita."

Elvan menatap Satya tidak percaya. Selama ini Satya tidak pernah bangun pagi dan memasak, karena itulah Elvan yang selalu memasak untuk sarapan mereka berdua.

Elvan mengalihkan pandangannya ke sebuah meja kecil yang diisyaratkan oleh Satya dengan kepalanya. Di atas meja sudah ada beberapa hidangan yang dimasak oleh Satya.

"Maafkan aku, Sat," sesal Elvan, karena dirinya yang bangun kesiangan membuat Satya harus memasak untuk sarapan mereka. "Aku benar-benar kelelahan hingga kesiangan dan tidak sempat membuat sarapan untuk kita."

"Nggak masalah, aku memakluminya," ujar Satya. "Dan mulai saat ini biarkan aku yang memasak untukmu. Kamu cukup kerja saja, mencari uang yang banyak supaya bisa mengajakku ke luar negeri lagi seperti kemarin."

Elvan terkejut mendengar ucapan Satya, tetapi sedetik kemudian ia tersenyum lebar ketika melihat senyum lebar Satya.

Kini semangat Elvan untuk mendapatkan pekerjaan dan mengumpulkan banyak uang kembali menggebu. Elvan berjanji kepada dirinya sendiri untuk menghasilkan banyak uang supaya ia bisa mengabulkan setiap keinginan sang kekasih.

"Lebih baik sekarang kamu mandi," perintah Satya yang langsung dituruti oleh Elvan tanpa bantahan.

Kasur sudah rapi ketika Elvan kembali ke kamar. Bahkan Satya juga sudah menyiapkan pakaian dan tas kerjanya. Melihat itu semua membuat dada Elvan sesak dengan kebahagiaan yang membuncah di hatinya. Tampaknya saat ini Satya sudah mulai menyukainya, memikirkan hal itu membuat hati Elvan berbunga-bunga. Elvan berdoa semoga saja ini bukan sekadar ilusinya semata.

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Where stories live. Discover now