BAB 13

249 28 17
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit


Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.



Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!


***



"Kak Elvan?" panggil Widan saat memasuki ruang tengah dan mendapati Elvan sendirian di ruang tengah menonton televisi.

Elvan menoleh ke arah Widan dengan tersenyum kecil. "Kamu sudah pulang, Wid?"

"Iya, Kak." Widan menghampiri Elvan dan mencium punggung tangan Elvan. Lalu mendudukkan diri di samping Elvan. "Bang Sat mana, Kak?"

Pertama kali mendengar Widan memanggil Satya dengan sebutan Bang Sat membuat Elvan berpikir jika Widan ini sangat kurang ajar sekali. Walaupun mereka sudah lama bersama, tetapi Elvan masih belum terbiasa mendengar Widan memanggil Satya dengan panggilan Bang Sat.

"Kakakmu sedang tidur siang di kamar," kata Elvan.

"Kakak nggak tidur siang juga?" tanya Widan dengan ekspresi heran. Biasanya ke mana saja Satya berada, Elvan akan selalu membuntuti kakaknya. Namun hari ini sangat aneh sekali melihat Elvan tidak membuntuti Satya seperti biasanya. "Apa Kak Elvan marahan sama Bang Sat?"

Elvan tersneyum kecil, senyum yang tampak sekali dipaksakan. "Tidak. Kami hanya berdebat kecil saja."

Widan menyentuh bahu Elvan. "Kakak jangan sedih. Bang Sat itu orangnya mudah banget kok untuk diluluhkan hatinya. Kak Elvan rayu juga Bang Sat bakalan luluh. Jadi Kak Elvan jangan terlalu ambil pusing."

"Ya. Kakak tahu itu."

Elvan juga tahu jiaka Satya itu mudah sekali untuk dibujuk. Hanya dengan memasang wajah sedih di hadapan Satya, pemuda itu pasti akan luluh.

"Ya sudah, kalau begitu Widan ganti baju dulu ya, Kak." Widan bangkit dari sofa dan masuk ke kamarnya, meninggalkan Elvan yang kini kembali sendirian di ruang tengah.

Widan kembali ke ruang tengah setelah ia berganti pakaian dan makan siang. Banyak topik yang mereka bicarakan. Elvan dan Widan memang semakin dekat setiap harinya. Seolah-olah mereka bukanlah kakak ipar dan adik ipar, melainkan seperti saudara kandung saking akrabnya.

Elvan sendiri sangat senang mengobrol dengan Widan. Pemuda itu memiliki keingintahuan yang sangat besar. Dan Elvan sendiri suka sekali menjawab dan menjelaskan setiap pertanyaan Widan.

"Nak Elvan? Sudah dari tadi, Nak?" suara ibu Satya menghentikan obrolan Elvan dan Widan.

Elvan menoleh ke sumber suara dan mendapati ibu Satya memakai kebaya warna hijau muda dengan rambut yang disanggul rendah.

Elvan bangkit dari sofa dan menghampiri ibu Satya untuk mencium punggung tangannya. "Dari jam dua belas tadi, Bu. Ibu dari mana?"

"Ini, Ibu sama Ayah habis datang dari selamatan orang menikah di desa sebelah. Di mana Satya? Kok nggak kelihatan?"

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Where stories live. Discover now