BAB 54

204 20 5
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit

Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.


Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!




***





“Ayah, Ibu,” panggil Elvan untuk meminta perhatian kedua mertuanya. “Ada yang ingin Elvan katakan kepada kalian semua.”

Saat ini mereka berada di ruang tengah usai menyantap makan malam.

Linda meletakkan remot TV dan menatap Elvan, begitu juga Armas yang duduk di samping Elvan. Mereka berdua memberikan perhatian penuh kepada Elvan. Termasuk Widan yang sedang belajar.

“Elvan tidak tahu apakah ini merupakan kabar bahagia untuk ayah dan ibu atau tidak,” kata Elvan memulai pembicaraan. Ia sedikit gugup untuk mengatakannya. Bagaimanapun terasa aneh mendengar laki-laki bisa hamil. “Tapi bagi Elvan dan Satya, ini merupakan kabar yang paling membahagiakan. Karena saat ini Satya sedang hamil, Ayah, Ibu.”

Elvan menatap wajah Linda dan Armas bergarntian. Memperhatikan setiap perubahan pada wajah mereka berdua. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya saat tidak ada perubahan apapun pada wajah kedua mertuanya. Membuat Elvan semakin tertekan.

Suasana ruang tengah pun terasa sangat mencekam bagi Elvan.

“Elvan tahu jika ini tidak masuk akal, tapi memang seperti itulah kenyataannya, Ayah, Ibu.” Elvan melanjutkan ucapannya dengan perasaan was-was karena kedua mertuanya yang tidak memberi respon sama sekali.

“Kalian lagi nggak bohongin ayah sama ibu kan, Van? Sat?” suara Armas memecah keheningan yang terjadi cukup lama, kentara sekali nada tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

Elvan tahu bahwa ini pasti akan sulit untuk diterima oleh Armas dan Linda. Namun memang seperti itulah kenyataannya. Dan mereka tidak ingin menyembunyikannya.

“Elvan tidak berbohong, Ayah.” Elvan menjawab mantap untuk meyakinkan kedua mertuanya. “Bahkan kami sudah memeriksakannya ke dokter.”

“Bagaimana mungkin Satya bisa hamil?” nada tidak percaya semakin jelas keluar dari mulut Armas. “Satya kan laki-laki, mana mungkin laki-laki bisa hamil?”

“Sebenarnya lima bulan yang lalu Satya mengeluarkan darah setiap kali buang air kecil.” Elvan menjelaskan, “dan saat diperiksakan ke dokter, dokter mendiagnosa jika Satya memiliki satu set organ reproduksi wanita yang mana Satya bisa hamil jika induk telurnya dibuahi.”

“Tapi kan Satya laki-laki, dia nggak mempunyai itu, jadi bagaimana dia bisa hamil?” tanya Armas cepat.

Sebagai seorang ayah, Armas benar-benar terkejut dan masih belum bisa menerima anak sulung laki-laki kebanggaannya bisa hamil.

“Satya yang minta untuk melakukan operasi, Yah,” jawab Satya sebelum Elvan sempat membuka suara. “Satya minta dokter untuk melakukan operasi saluran serviks buatan di anus Satya yang menghubungkan dengan rahim Satya. Jadi jika kami berhubungan badan, maka sperma Elvan akan masuk ke dalam rahim Satya, Yah.”

Semua orang di ruangan itu tampak syok setelah mendengar ucapan Satya, termasuk Elvan.

Elvan tidak menyangka bahwa Satya akan mengatakan yang sebenarnya kepada orang tuanya. Padahal ia sudah memikirkan alasan yang lebih baik supaya Armas atau Linda tidak syok seperti sekarang. Sebab Elvan yakin mereka akan syok jika mengetahui kebenarannya. Dan jika mereka tahu lebih awal bahwa Satya memiliki satu set alat reproduksi wanita, Elvan yakin mereka pasti akan menolak ide gila mereka untuk melakukan operasi saluran serviks buatan pada tubuh Satya.

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang