BAB 11

235 30 29
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit


Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.



Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!


***



Tidak terasa dua minggu sudah mereka bersama.

Elvan benar-benar sangat menikmati hidup bersama Satya walau ia masih belum bisa menyesuaikan tidur di kasur yang keras. Ya, hanya itu yang masih belum bisa Elvan sesuaikan.

Kini Elvan dapat melihat semua sifat dan sikap Satya setelah mereka menghabiskan waktu bersama. Siapa yang menyangka jika Satya jauh lebih cerewet dibandingkan sebelum mereka tinggal bersama. Namun Elvan tidak keberatan atau mengeluh tentang itu, ia justru menyukainya. Cintanya kepada Satya sudah membutakan hati Elvan, membuatnya menyukai semua yang ada di diri Satya, termasuk sifat cerewet Satya.

Elvan mengambil ponselnya yang berdering di balik jas kerjanya. Tertera nama Elvina di layar ponselnya. Elvan segera mengangkat panggilan telepon dan menempelkan ponselnya ke telinga.

"Halo, Kak." Elvan menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi kerjanya.

"Kamu di mana, Van? Bisa kita bertemu?" bukannya menjawab pertanyaan Elvan, wanita di seberang telepon justru bertanya balik kepada Elvan.

"Aku di kantor. Memang Kakak di mana saat ini?" tanya Elvan dengan kening berkerut heran. Bukankah saat ini kakaknya berada di Belanda? Kecuali jika saat ini kakaknya berada di Indonesia. Akan tetapi itu tidak mungkin terjadi.

"Coba kau tebak," pinta Elvina.

Elvan memutar matanya. "Di Belanda."

"Salah! Saat ini aku ada di Indonesia," terdengar suara Elvina yang tampak senang dan bersemangat.

Elvan menegakkan tubuhnya. "Serius, Kak?!" ucapnya tidak percaya.

"Iya. Kemarin Kakak tiba di Indonesia. Sekarang Kakak sedang di salon menemani Mama. Karena Mama akan lama berada di salon, jadi kupikir labih baik menemuimu. Jadi apa bisa kita bertemu? Kakak kangen sekali sama kamu, Van."

"Baik!" sahut Elvan dengan berapi-api. "Kita bertemu di kafe depan kampus Elvan dulu. Elvan akan kirim alamatnya."

Elvan benar-benar senang mendengar jika kakaknya sudah kembali ke Indonesia.

"Baiklah. Kakak berangkat sekarang."

Sambungan telepon terputus.

Elvan segera mengirim alamat kafe di depan kampus. Setelah itu ia membereskan semua berkas-berkas di atas mejanya.

"Arven, aku akan pulang sekarang. Jika ada hal yang penting dan mendesak tolong kamu tangani dulu, atau kamu bisa meletakkannya di atas mejaku," Elvan memberi perintah kepada Arven yang fokus dengan pekerjaannya.

"Baik, Tuan Muda. Apa Tuan Muda mau saya antar?" tawar Arven.

"Tidak perlu. Aku akan pulang naik taksi saja."

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang