BAB 55

175 17 0
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit

Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.


Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!



***






Walau sudah mencoba memejamkan mata, tetapi Elvan masih tidak bisa tertidur sama sekali. Kamar itu sangat sunyi, hanya terdengar suara detak jarum jam dan juga deru napas Satya dan Widan yang teratur. Elvan mencium kepala Satya dengan tangan yang tiada henti mengelus perut datar Satya.

"Kak Elvan," suara Widan sontak membuat Elvan terkejut hingga menghentikan gerakan tangannya pada perut Satya.

"Kamu belum tidur, Wid?" tanya Elvan. "Kakak kira kamu sudah tidur."

Widan menghela napas pelan. "Bagaimana Widan bisa tidur kalau tangan Kak Elvan selalu bergerak terus dari tadi?"

Sebenarnya Widan sudah tertidur lelap, tetapi ia terbangun saat merasakan tangan Elvan yang berada di balik pakaian Satya terkadang menyentuh perutnya yang sedikit menempel dengan perut Satya. Secara tidak langsung, Elvan juga mengelus perut Widan, membuat pemuda itu yang mencoba untuk mengabaikan dan melanjutkan tidurnya tidak bisa tidur.

"Maafkan, Kakak," ucap Elvan salah tingkah. Ia hanya ingin mengelus perut Satya, tetapi ia tidak menyangka kalau gerakannya akan mengganggu Widan. "Kalau begitu kamu lanjut tidur, kakak tidak akan mengganggu lagi."

"Hm!"

Suasana kamar kembali hening. Karena takut membangunkan Widan atau Satya, ia tidak berani menggerakkan tangan atau bagian tubuhnya yang lain. Elvan hanya bisa mencium aroma rambut dan leher suaminya.

"Kak Elvan?" suara Widan memecah keheningan yang terjadi cukup lama, membuat Elvan yang akan terlelap terkejut dan hampir saja terjatuh dari tempat tidur.

"Ada apa, Wid?" tanya Elvan dengan suara pelan.

"Sebenarnya Widan penasaran dan udah lama pingin tanya sama Kak Elvan," ujar Widan. "Cuma Widan takut aja."

"Takut kenapa? Memangnya kamu mau tanya apa?" Elvan dibuat penasaran dengan ucapan Widan.

"Kak, apa sih yang membuat Kak Elvan cinta banget sama Bang Satya?"

Untuk sesaat Elvan tertegun dengan pertanyaan yang diajukan Widan. Namun selanjutnya ia tersenyum penuh kasih sayang menatap bagian belakang kepala Satya. "Tidak ada."

"Masa sih, Kak?" Widan tidak percaya dengan jawaban Elvan. "Pasti ada sesuatu yang bikin Kak Elvan cinta banget sama Bang Satya. Kalau nggak, mana mungkin Kak Elvan cinta mati sama Bang Satya."

"Kakak serius, Wid. Kakak mencintai kakakmu karena dirinya, tidak ada yang lain."

"Cinta pada pandangan pertama?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Kakak mencintai kakakmu karena dirinya. Jika kamu mencintai seseorang karena sesuatu yang ada pada dirinya, berarti kamu bukan mencintainya, tetapi kamu sedang berkompromi dengannya. Karena jika kamu mencintai seseorang itu karena sosoknya, kamu tidak akan pernah bisa menemukan kekurangannya. Walaupun di mata orang lain ia memiliki banyak kekurangan, tetapi di matamu, itu akan menjadi kelebihan."

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Where stories live. Discover now