BAB 56

200 20 4
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit

Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.


Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!



***





Setelah mengantar Satya ke kampus, Elvan pergi ke kantor untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya. Kemarin ia mendapat pesan dari Arna yang menanyakan alasan dirinya tidak masuk kantor. Beberapa karyawan yang mengenalnya menyapa Elvan saat ia memasuki gedung kantor.

Elvan segera menuju ke ruang kerja Arna. Kebetulan sekali Arna juga baru saja datang, sehingga Elvan langsung menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada Arna. Awalnya Arna tidak mau menerima surat pengunduran dirinya, tetapi setelah Elvan memberikan alasan yang tentu saja dengan sedikit kebohongan, dengan enggan akhirnya ia menerima surat pengunduran diri Elvan.

Setelah beberapa saat berbasa-basi, Elvan pamit undur diri meninggalkan ruang kerja Arna. Sesampainya di luar gedung perusahaan, Elvan menatap gedung itu untuk sesaat sebelum melangkahkan kaki menuju ke sebuah kafe untuk menemui Arven. Pagi tadi setelah ia selesai mandi, ia menelepon Arven dan mengajaknya bertemu di sebuah kafe tidak jauh dari perusahaan ayahnya.

Setelah memikirkan beberapa kali, akhirnya malam tadi Elvan membulatkan tekadnya dan memutuskan untuk menjual semua saham miliknya. Lagi pula ia memerlukan banyak uang untuk mengawali hidup baru mereka di London.

Saat dirinya bekerja di perusahaan ayahnya dulu, Elvan selalu menyisihkan uang gajinya untuk membeli saham di perusahaan miliknya sendiri. Walau ayahnya sudah memberikan mereka masing-masing saham sebesar 10 %, tetapi Elvan ingin memiliki tabungannya sendiri. Saat itu Elvan tidak pernah berpikir akan menjual saham miliknya. Yang ada dipikirannya saat itu adalah bagaimana caranya ia bisa memajukan perusahaannya menjadi perusahaan yang terus berkembang dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.

Namun sekarang tidak ada pilihan lain bagi dirinya selain menjual semua saham itu untuk bertahan hidup, sebelum dirinya mendapatkan pekerjaan selama mereka di London. Elvan tidak pernah tahu berapa persen saham yang ia miliki. Sebab ia menyerahkan hal itu kepada Arven, karena itulah ia meminta bantuan Arven untuk menjualkan saham miliknya.

Sementara saham pemberian ayahnya, Elvan tidak ingin memakainya sama sekali. Sejak ayahnya mengusrinya, Elvan bertekad tidak akan menggunakan sepersen pun uang dari orang tuanya. Ia hanya ingin menggunakan uang hasil kerja kerasnya sendiri selama ini.

Sesampainya di kafe, Elvan mendapati Arven sudah menunggu dirinya. Elvan mendudukkan diri di hadapan Arven.

“Maaf membuatmu menunggu,” ucap Elvan dengan nada bersalah. “Apa kamu sudah menunggu lama?”

“Tidak. Saya juga baru saja tiba.” Arven menjawab cepat. Pagi tadi ia terkejut saat Elvan tiba-tiba menelepon dirinya dan juga meminta bertemu dengan dirinya, tetapi ia senang karena akhirnya bisa bertemu dengan tuan mudanya. Sudah lama mereka tidak bertemu dan tentu saja Arven sangat antusias saat Elvan mengajaknya untuk bertemu. “Bagaimana kabar Anda?”

Elvan tersenyum kecil. “Seperti yang kamu lihat. Arven, bisakah aku meminta bantuanmu?” Seperti saat ia meminta bantuan Nurhadi, Elvan langsung mengatakan tujuan utama dirinya mengajak Arven bertemu.

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Where stories live. Discover now