BAB 9

265 34 26
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit


Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.



Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!


***



Mobil yang dikendarai Arven berhenti di depan kos-kosan Satya tepat pukul sepuluh malam. Satya memang meminta kepada Elvan untuk mengantarnya ke kosan supaya besok ia bisa langsung berangkat ke kampus setelah mobil yang dikendarai Arven meninggalkan bandara.

Elvan dan Satya segera keluar dari dalam mobil. Dan dengan dibantu oleh Arven, Elvan mengeluarkan satu koper berukuran besar yang berisi oleh-oleh dari Belanda.

"Kamu nggak pulang, Van?" tanya Satya heran ketika Arven mulai menjalankan mobilnya secara perlahan meninggalkan kos-kosan untuk mengantar kedua orang tuanya dan Widan ke rumah.

"Sekarang sudah malam dan aku juga capek, jadi aku ingin menginap di kosanmu. Boleh?" tanya Elvan sambil menatap Satya tepat di mata pemuda itu.

Mana mungkin Elvan akan pulang sendirian sementara Satya tinggal di kos-kosan. Cukup di malam pertama mereka saja ia tidak bisa tidur bersama kekasihnya, tidak untuk waktu yang akan datang. Lagi pula ini adalah kesempatan yang selalu Elvan tunggu-tunggu—setelah ia menikah, bisa berdua bersama Satya. Elvan tidak akan melepaskan kesempatan ini.

"Oh, ya sudah kalau gitu. Ayo masuk!" Satya melangkahkan kakinya memasuki kosan.

Dengan menarik koper di tangan kanan, Elvan berjalan di belakang Satya. Mengikuti pemuda itu masuk ke dalam kamarnya.

Kegelapan langsung menyapu pandangan mereka begitu Satya membuka pintu kamar.

Satya masuk ke dalam kamarnya secara perlahan dengan bantuan cahaya lampu dari luar untuk mencari sakelar lampu.

Sinar lampu yang menyala di kamar Satya menyilaukan mata Elvan, membuat Elvan refleks menyipitkan matanya.

"Ayo masuk, Van!" ajak Satya.

Elvan segera masuk, tentu setelah ia melepaskan sepatunya terlebih dahulu.

Elvan meletakkan koper di dekat lemari Satya. Ia membuka koper dan mengambil pakaian yang ia beli di Belanda. Setelah ikrar pernikahan mereka, Elvan memang sudah merencanakan untuk tinggal bersama Satya sesampainya mereka di Indonesia.

"Sat, aku beoleh memakai sabunmu?" Elvan menatap Satya yang sudah menghempaskan tubuhnya di atas kasur tanpa mengganti pakaiannya.

"Boleh. Itu sabunnya ada di belakang pintu, handuknya juga tergantung di belakang pintu." Satya menunjuk ke pintu kamar.

Elvan segera berjalan menuju pintu kamar dan mendapati peralatan mandi di sebuah ember kecil. Elvan mengambil ember itu—yang hanya berisi satu sikat gigi, pasta gigi, sabun mandi batang, sampo dan sabun cuci muka—lalu menuju kamar mandi yang sudah Satya tunjukkan.

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora