BAB 50

193 22 4
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit

Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.


Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!

***



“Sayang, bangun!” Elvan mengelus kepala Satya, sesekali ia mencium kening dan bibir Satya. “Sudah jam tujuh, nanti kita kesiangan pulang ke rumah ayah.”

Satya hanya bergumam tanpa membuka mata.

Sudah empat minggu mereka tidak pulang ke rumah orang tua Satya. Bukannya ia tidak ingin mengunjungi mertuanya, itu karena Satya yang bersikeras ingin ingin tinggal di kosan dan menghabiskan akhir pekan dengan bercinta supaya dirinya cepat hamil.

Minggu kemarin Widan mengiriminya pesan bahwa mertuanya merindukan mereka juga menanyakan apakan mereka akan pulang atau tidak. Dan Elvan menjanjikan kepada Widan kalau mereka akan pulang akhir pekan berikutnya.

Karena itulah malam tadi mereka hanya bercinta satu ronde supaya anus Satya tidak sakit, sehingga mereka bisa pulang hari ini. Awalnya Satya enggan untuk pulang dengan alasan ingin menghabiskan akhir pekan dengan bercinta, karena ia berpikir mereka tidak bisa bercinta saat pulang. Namun Elvan tetap maksa dan mengatakan bahwa orang tuanya merindukan mereka, akhirnya Satya mau pulang walau dengan hati terpaksa.

“Sayang, ayo bangun!” Elvan menepuk-nepuk pelan pantat Satya.

“Kita bercinta dulu, baru setelah itu aku bangun.” Satya mengalungkan kedua tanganya pada leher Elvan.

“Tidak!” Elvan menolak cepat. “Cepat bangun! Nanti kita kesiangan berangkatnya.”

“Kalau begitu kita melakakunanya sekarang, biar nggak kesiangan. Nanti kalau kita pulang, kita nggak bisa bercinta, jadi mari kita bercinta dulu sebelum pulang.”

“Kamu ini,” Elvan hanya bisa pasrah.

Namun pada akhirnya Elvan menuruti keinginan kekasihnya untuk bercinta sebelum mereka pergi ke rumah orang tua Satya. Rumah tampak sepi saat mereka tiba. Wajar saja, karena saat ini waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, tentu Armas dan Linda sudah pergi ke kebun, sedangkan Widan sudah berangkat ke sekolah.

Satya menghampiri pot bunga yang ada di samping kursi rotan dan mengambil kunci dari bawah pot tersebut.

“Tahu begitu tadi kita tinggal di kosan saja,” ucap Satya, ia melangkahkan kaki memasuki rumah dengan Elvan yang mengekori dengan membawa kantong belanjaan.

Elvan hanya bisa menggeleng pelan mendengar gerutuan Satya sejak mereka meninggalkan kosan. Ia melangkah ke dapur untuk meletakkan barang bawaannya sementara Satya langsung ke ruang tengah menyalakan televisi. Elvan menghampiri Satya dengan membawa camilan setelah menata semua barang bawaannya ke lemari makanan.

“Jangan cemberut begitu, nanti cepat tua,” goda Elvan. “Daripada menggerutu, lebih baik kamu makan ini.” Elvan menyodorkan camilan di tangannya kepada Satya, sementara tangannya yang lain ia rangkulkan di bahu Satya.

“Biarkan saja cepat tua. Yang penting kamu nggak ninggalin.” Satya mengambil camilan di tangan Elvan dan memakannya dengan kepala bersandar di bahu Elvan.

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang