BAB 36

168 21 0
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit



Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.



Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!



***



Setelah kepergian Rayan, Elvan mendudukkan diri di kursi yang tersedia.

Elvan mengambil ponselnya yang bergetar di saku celananya. Sebuah pesan masuk dari Ringgo. Dan saat membaca pesan Ringgo yang menanyakan keberadaannya membuat Elvan tersadar jika ia belum menghubungi Arna. Tanpa membalas pesan Ringgo, Elvan langsung menghubungi Arna.

Sial!

Elvan benar-benar lupa untuk menghubungi Arna. Tadi pagi ia terlalu asyik menghabiskan waktunya dengan Satya, membuatnya benar-benar lupa menghubungi laki-laki itu untuk meminta izin libur.

Seandainya Ringgo tidak mengiriminya pesan, maka ia benar-benar tidak akan menghubungi Arna.

"Halo, Van." Suara Arna dari seberang telepon. "Ada apa?"

"Maaf mengganggu waktunya, Pak. Saya izin libur untuk hari ini."

"Kenapa kamu izinnya mendadak, Van?" terdengar suara Arna yang sedikit tidak senang. "Jika kamu ingin izin, seharusnya kamu mengikuti prosedur."

"Maaf, Pak. Ini masalah mendadak, Bapak bisa memotong gaji saya sebagai kompensasi."

"Ini bukan masalah pemotongan gaji atau apapun, Van. Tapi setidaknya ikuti prosedur perusahaan." Arna menghela napas. "Ini untuk pertama dan terakhirnya, lain kali saya tidak ingin kamu meminta izin mendadak seperti ini."

"Baik, Pak. Terima kasih atas pengertiannya."

"Ya."

Elvan memutus sambungan telepon setelah mengucapkan terima kasih untuk ynag kedua kalinya kepada Arna. Elvan tidak masalah jika Arna memecatnya karena ia mengambil libur secara mendadak. Jika ia dipecat, maka dirinya hanya perlu mencari kerja di perusahaan lain. Karena bagi Elvan, prioritas utamanya adalah Satya.

Elvan menatap ponselnya yang kembali berdering. Nama Nurhadi tertera di layar ponselnya.

"Halo, Hadi," sapa Elvan setelah menggeser tanda panggilan pada layar ponselnya.

"Kamu jam berapa mau ke kafe, Van?"

"Aku masih tidak tahu, Hadi. Sekarang aku sedang menemani Satya periksa di rumah sakit."

"Kalau begitu aku akan pergi sebentar untuk menyervis mobilku. Nanti kamu tunggu di ruanganku kalau aku belum datang," terang Nurhadi.

"Ya."

"Kamu baik-baik saja?" tanya Nurhadi cemas.

"Ya, aku baik-baik saja. Aku hanya cemas menunggu hasil pemeriksaannya."

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang