BAB 12

260 30 5
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit


Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.



Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!


***



Waktu yang dijalani bersama orang tercinta memang cepat berlalu.

Tidak terasa sudah satu bulan Elvan tinggal di kosan Satya. Elvan juga sudah berani secara terang-terangan menunjukkan kasih sayangnya, seperti mencium kening Satya, yang selama ini selalu ia lakukan saat Satya sedang terlelap tidur. Untuk mencium bibir Satya secara terang-terangan, sepertinya Elvan masih harus bersabar dan memerlukan waktu. Elvan tidak ingin Satya merasa jijik kepadanya saat ia mencium bibirnya.

Elvan ingin Satya tidak merasa risih setiap ia menyentuh pemuda itu. Karena itulah Elvan ingin membiasakan Satya menerima sentuhan-sentuhan kecil darinya. Sebab setiap kali Elvan mencium kening Satya, pemuda itu tampak jelas menunjukkan sikap risih dan tidak jarang memintanya untuk tidak melakukan itu. Ya, walaupun sekarang Satya sudah tidak menolaknya mencium kening pemuda itu setelah ia memasang wajah sedih.

Tidak dapat dipungkiri jika Elvan ingin sekali mencium bibir Satya setiap saat. Namun sepertinya Elvan harus memiliki kesabaran ekstra. Dan untuk sekarang rasanya tidak masalah jika ia harus mencium bibir Satya saat pemuda itu tertidur.

Elvan juga semakin perhatian kepada Satya. Semua pekerjaan seperti memasak, mencuci piring dan merapikan tempat tidur juga ia lakukan.

Bahkan Elvan selalu memberitahu setiap kegiatan yang ia lakukan di kantor kepada Satya melalui pesan singkat. Elvan sudah berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia—setelah Satya memaafkannya akibat dirinya yang sudah menipu Satya dengan penampilannya—akan selalu jujur kepada Satya tentang apapun.

Walau Satya pernah memintanya untuk tidak melakukan hal-hal tidak berguna—menurut Satya—tetapi Elvan tetap melakukannya. Elvan juga tidak peduli jika Satya tidak membalas semua pesannya. Yang terpenting ia sudah melaporkan setiap kegiatannya kepada Satya.

"Arven, aku akan pulang lebih dulu." Elvan memasukkan beberapa berkas ke dalam tasnya. "Jika ada yang membutuhkan tanda tanganku, kamu tidak perlu menemuiku dan letakkan saja di meja kerjaku, aku akan menandatanganinya besok."

Semenjak menikah dengan Satya, Elvan tidak ingin membawa pekerjaannya ke rumah. Mungkin dulu Elvan akan menyelesaikannya walau harus begadang. Namun sekarang ia tidak lagi sendiri seperti dulu, ada Satya yang menunggunya di kosan. Elvan ingin waktu istirahatnya ia habiskan bersama kekasihnya.

Arven menatap Elvan. Tidak biasanya tuan mudanya pulang lebih awal. Biasanya Elvan akan pulang paling akhir dari karyawan-karyawannya. Namun setelah menikah, tuan mudanya selalu pulang tepat waktu sesuai jam pulang kantor. Namun Arven tidak berani bertanya kepada Elvan alasan kenapa tuan mudanya itu pulang lebih dulu hari ini.

"Baik, Tuan Muda."

"Kau tidak perlu mengantarku, aku akan pulang naik taksi saja," kata Elvan ketika Arven bangkit dari kursinya. "Kau kerjakan saja pekerjaanmu, jika capek lebih baik kau pulang saja. Jangan buat dirimu sakit."

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang