BAB 46

134 22 0
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku dan Non-Baku

Ø EYD masih belum sempurna

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 21+

Ø Adegan seks eksplisit


Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.



Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!


***



Elvan mengikuti Satya keluar dari taksi. Mereka baru saja dari rumah sakit untuk memeriksakan saluran serviks buatan di tubuh Satya untuk yang terakhir kalinya. Sejak pagi tadi, Elvan dapat melihat raut wajah Satya yang tampak bahagia. Tanpa Satya memberitahu dirinya, Elvan tahu apa yang ada dipikiran Satya yang membuat suaminya itu bahagia. Apalagi saat Rayan memberitahu mereka bahwa saluran serviks buatan di tubuh Satya sudah siap kalau mereka ingin bercinta.

Satya berbalik dan menatap Elvan.

"Aku berangkat dulu," pamit Elvan. Ia ingin memeluk Satya, tetapi mengingat mereka berada di luar kos-kosan, membuat Elvan terpaksa melupakan keinginannya.

"Ya, hati-hati di jalan, Van."

"Hm!"

Elvan kembali masuk ke taksi yang langsung meninggalkan kosan setelah Elvan memberikan alamat kantornya kepada pengemudi.


***



Usai menyantap makan malam, mereka berdua bersantai dengan Satya yang duduk di pangkuan Elvan. Tangannya ia kalungkan di leher Elvan.

"Van?" Satya menatap mata Elvan dengan penuh harap. "Ayo, Van."

"Ke mana?" goda Elvan yang berpura-pura tidak tahu dengan apa yang dimaksud oleh Satya.

"Kamu nggak lupa sama janji kamu kan, Van?" suara Satya terdengar kecewa.

"Janji apa? Aku nggak ingat kalau aku ada janji sama kamu hari ini."

Elvan sangat ingat dengan kuat kalau ia telah berjanji kepada pemuda bahwa mereka bisa bercinta empat bulan setelah melakukan operasi saluran serviks di tubuh Satya sesuai dengan peringatan Rayan. Namun Elvan tidak ingin melakukannya sekarang. Bukan karena ia tidak ingin bercinta dengan orang yang dicintainya, tetapi ia tidak ingin orang lain mendengar apa yang mereka lakukan mengingat kamar mereka tidak kedap suara.

Selain itu, dan yang paling penting, Elvan tidak ingin Satya hanya fokus untuk cepat hamil. Ia ingin Satya fokus dengan kuliahnya terlebih dahulu. Apalagi saat ini pemuda itu sedang mengerjakan skripsinya, dan Elvan tidak ingin Satya mengabaikan skripsinya.

Dalam relung hati terdalamnya, Elvan juga ingin menjamah suaminya dan menanam benihnya hingga Satya hamil. Namun ia tidak ingin Satya hamil saat ini karena ia takut kehamilan Satya akan menunda pengerjaan skripsi Satya.

Wajah Satya berubah cemberut dan juga kecewa dalam sekejap setelah mendengar ucapan Elvan. Pemuda itu bangkit dari pangkuan Elvan dan naik ke tempat tidur. Merebahkan tubuhnya dengan membelakangi Elvan.

Melihat sikap suaminya membuat Elvan hanya bisa menghela napas pelan dalam hati.

Elvan bangkit dari duduknya dan merebahkan dirinya di belakang Satya dengan tangan menopang tubuhnya. Sementara tangan yang lainnya memeluk Satya. "Sayang, maafkan aku, ya."

Belahan Jiwa [BL | MPREG]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum